Thursday, January 16, 2014

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

Lanjutan part 2

Kwon Yul dilapori jika tukang listrik itu adalah seorang wartawan yang sedang menyaru.

“Segala sesuatunya berhasil diatasi sekarang. Kau boleh pulang,” ucap Kwon Yul.

Namun, Dajung, yang merasa punya salah pada Kwon Yul, tidak beranjak dari tempatnya. Dia berucap, “Bagaimana bisa aku pulang di waktu kayak begini? Aku kan sudah membikin masalah.”

“Terus, kau punya ide guna menyelesaikan kekisruhan ini? Kala kemarin, kau menyelamatkan posisiku dengan membuat pernyataan jika kita pacaran. Ah, benar. Bagaimana bila kita nyatakan jika kita menikah saja. Aku tak kepikiran ini sebelumnya. Menurutmu bagaimana? Ide baguskah?” Kwon Yul berucap dengan nada setengah bercanda.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

“Kita? Benar-benar menikah?” Dajung bertanya serius.

“Kau mau serius?”

“Aku serius, Perdana Menteri. Hmm… maksudku… kita tak menikah beneran. Istilahnya kawin kontrak. Enam bulan, tak lebih. Setujukah kau, Perdana Menteri?”

“Kau kan mengatakan jika kau mau menikah denganku. Kalau begitu, baiklah, ayo menikah!”

***

Inho mengingatkan Sekretaris Heejoo jika mereka mesti menghaturkan terima kasih atas bantuan yang diberikan Dajung. Ucapan itu membuat Sekretaris Heejoo tersentil. Dia mengatakan jika Dajung bisa mengungkap mata-mata itu lantaran sudah bermalam di kediaman Perdana Menteri, bahkan berhasil membujuk Perdana Menteri menikahinya.

Pernyataan itu diakhiri oleh sebuah pertanyaan dari Sekretaris Heejoo, apa Inho tetap berpikir jika Dajung wanita baik-baik –setelah semua yang dilakukannya? Hal ini membuat Inho kaget.

***

Dajung mengucapkan terima kasih karena Kwon Yul bersedia melakukan kawin kontrak dengannya. Tapi, ide kawin kontrak yang dilontarkan Dajung ditolak mentah-mentah oleh Kwon Yul. Itu karena ide tersebut dirasa terlalu kekanak-kanakan.

“Menikah bukanlah mainan. Jika serius, menikah betulan saja. Menikah. Kau paham apa maksudku kan? Tidur dalam satu ranjang… selanjutnya… ah kau pasti tahu apa yang terjadi kan?”

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

Dajung limbung. Dia mundur beberapa langkah sampai tubuhnya menyentuh tembok. Kwon Yul bertanya pada Dajung apa maksudnya bersikap limbung seperti itu. Apa karena malu-malu?

“Aku penasaran dengan keinginanmu. Mengapa kau jadi ingin menikah denganku. Sesudah lakon sebagai pacarku, kau pasti kepingin tahu rasanya jadi istri Perdana Menteri kan? Jika kau jadi istri Perdana Menteri, apa kau merasa tak ada masalah dengan tiga anakku? Dajung, coba kau dengarkan omonganku ini. Aku tak mau lagi menikah! Jika aku jadi gila untuk kepingin menikah lagi, tak sudi aku menikah dengan wanita macam kamu! Mengertikah kau?!”

Dajung bungkam. Ungkapan Kwon Yul membuatnya sedih. Saat keluar dari ruangan, Dajung bertemu dengan Inho yang langsung marah –setelah informasi yang didapat dari Sekretaris Heejoo. Inho merasa Dajung adalah cewek oportunis yang mau mencari kesempatan menikah dengan PM. Inho merasa dirinya salah menduga tentang Dajung yang baik serta manis. Inho mengatakan tak sudi bertemu Dajung lagi.

Bagi Dajung, Inho bisa beropini apa saja. Tapi, kemauan Dajung untuk menikah merupakan kemurnian dan ketulusan hatinya. Jika hal itu mengganggu, Dajung minta maaf dan segera pergi.

***

Lady Na mengeluh pada Joonki jika Dajung adalah seorang wanita arogan. Di waktu bersamaan, Joonki dilapori bila “paket” tidak berhasil terkirim.

Lady Na penasaran dengan istilah “paket” itu. Namun, Joonki menghindar dan menenangkan sang istri jika tak lama lagi pihak Kwon Yul akan segera mengabarkan berita tentang putusnya Dajung dan Kwon Yul.

***

Saat berjalan, Dajung kembali menimang-nimang maksud perkataan Kwon Yul serta Inho. Dia bingung bagaimana mengatakan pada ayahnya.

***

Kwon Yul kebingungan mencari-cari teleponnya. Dia baru ingat jika telepon genggamnya dimainkan oleh Manse. Kwon Yul lalu memanggil Manse.

***

Waktu ada di tempat tidur ayahnya ponsel Dajung berdering-dering karena ada yang menghubungi. Ayah Dajung melihat ponsel Dajung untuk mengetahui siapa yang menghubungi putrinya.

“Sayangku, siapa ini? Dajung, mengapa kau cepat-cepat pergi? Kau mau melakukan apa?”

“Ayah, aku harus memberitahumu sesuatu. Aku jadi merasa berdosa pada ayah. Perdana Menteri dan aku…”

Belum kalimat itu selesai, ayah Dajung memotong. “Aku paham… Jika menikah nanti, kau tak mungkin bisa dengan mudah mengunjungiku. Tak masalah itu.”

“Bukan itu yang mau kuutarakan, ayah.”

“Tak perlu kawatir. Bila aku bisa menggenggam tanganmu ke pelaminan, itu sudah cukup. Aku sudah melakukan yang seharusnya. Jika saat itu juga aku mati, tak ada lagi penyesalan di hati.”

Dajung sedih. Untuk menutupinya, dia mengambilkan air untuk ayahnya. “Akan kuambilkan airmu, ayah.”

***

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

Kwon Yul memarahi Manse. “Kau! Mengapa kerap menghubungi wanita ini? Sudah kubilang kau tak boleh menghubunginya.”

Diomeli seperti itu, Manse menangis.

“Kwon Manse, berhentilah, aku katakan berhentilah! Mulai detik ini jangan melakukannya lagi. Ini perintah!”

Kwon Yul meninggalkan Manse yang masih menangis. “Nam Dajung. Dasar wanita ini, apa yang sudah diperbuatnya pada anakku?” Kwon Yul geram sekaligus heran.

Tak lama kemudian, ponsel Kwon Yul berbunyi. Dia melihat di layar Dajung yang menghubunginya. Tanpa bertanya lebih dulu, Kwon Yul langsung nyerocos, “Tak perlu cemas. Tadi yang menelepon itu Manse. Sudah ya…”

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

Ternyata yang menelepon bukanlah Dajung, tapi ayahnya. “Menantu Kwon. Benarkah ini menantu Kwon? Aku ayah Dajung. Kau kan punya rencana menikahi putriku. Aku mau tanya, bisakah rencana itu lebih dipercepat? Akan lebih baik jika pernikahan itu digelar dalam waktu enam bulan ini.”

Kwon Yul bingung dengan pernyataan ayah Dajung yang persis diucapkan Dajung agar mereka menikah dalam tempo enam bulan saja. Lalu, Kwon Yul memikirkan perkataan Dajung dan ayah Dajung.

Sekretaris Heejoo kemudian datang membawakan catatan medis ayah Dajung.

“Perdana Menteri maafkan atas kelancanganku. Namun, aku cuma mau mengatakan satu hal saja. Wanita itu meminta kau untuk menikahinya. Aku sudah tahu. Wanita itu sejak awal mendekatimu untuk tujuan itu. Tapi… mengapa kau sangat memperhatikannya? Mungkinkah kau akan menikahinya?”

“Tidak. Kau tak usah kawatir.”

***

Kwon Yul membuka catatan medis milik ayah Dajung. Dia bergumam apa sikap Dajung yang demikian itu, lantaran sakit yang diderita ayahnya?

Seorang pelayan datang tergopoh-gopoh sambil membawa kabar buruk. Dia mengatakan Manse sakit karena belum makan apa-apa seharian ini.

Kwon Yul kemudian melihat keadaan Manse. Dia juga membaca-bacai jurnal sekolah Manse.

Kendo. Aku mempelajari Kendo dari Hyung, Nuna, serta ayah. Aku telah melakukan latihan keras. Aku tak mengerti mengapa ayah memintaku belajar Kendo. Walau sudah berupaya sekuat tenaga, ayah tetap saja mengomeliku, karena kesalahan yang kulakukan ……

Ajumma. Aku mengenal Ajumma –wartawan paparapzi itu. Kwon Manse, jangan bilang apa-apa padanya. Ajussi ini orang jahat. Dia menyuruh Ajussi itu pergi. Bahkan, menggandengku dan membantuku main ayunan. Ajumma itu kayaknya orang baik. Aku mau menemuinya lagi.

Katak. Ajumma membikinkanku katak yang terbuat dari kertas lipat. Ajumma pintar membikinkanku katak dari kertas lipat. Bahkan, dia memberi katak itu mata dengan gambaran buatanya. Katak kepunyaan Manse yang unyu-unyu. Saat Ajumma memelukku, aku jadi menyukainya. Aku berandai-andai agar Ajumma bisa jadi ibuku. Aku amat berharap.

***

Saat melakukan liputan di panti asuhan, Dajung bertemu Roori yang kemudian menyapa. “Unnie, kau datang.”

Dajung menanyakan sedang apa Roori di tempat ini. Roori memberi penjelasan jika dirinya tengah membikinkan kimchi untuk anak-anak di panti asuhan. Selain itu, Roori mau mengubah imej tentang dirinya supaya dikenal sebagai gadis baik-baik.

Bertemu dengan Roori membuat Dajung mau mengembalikan baju yang sudah dipinjamnya. Roori meminta Dajung supaya menyimpan baju tersebut. “Lagian, aku juga telah membuang bajumu, Unnie.”

“Apa?! Kok kau seenaknya membuang pakaian orang?”

“Karena itu, aku memanggilmu. Aku mau Scandal News mendapatkan berita ekslusif. Aku tak memanggil media lain loh… Jadi, kau harus memoto dengan cantik.”

Begitu melihat kehadiran Lady Na dan dua orang teman bigosnya, Dajung terkejut. Dia berupaya menghindar. Hal ini membuat Roori kebingungan.

“Dingin, mengapa tak ada seorang wartawan pun? Mereka mengatakan bila kita mengundang Roori, wartawan akan berdatangan. Tapi, tak satu pun dari mereka terlihat batang hidungnya.”

Tapi, teman-teman Lady Na tak mempedulikan hal itu dan justru bergunjing tentang Dajung. “Bila wanita itu betul-betul jadi istri Perdana Menteri, jadi dia akan menjadi wakil kita sebagai istri pejabat?”

“Jangan ngomong ngawur. Kata suamiku, mereka takkan menikah. … Seharusnya aku menginjak-injak wanita itu supaya dia tak bisa berkata-kata lagi.”

Dua orang teman Lady Na heran mengapa sampai segitunya Lady Na tidak menyukai Dajung. Alasannya, karena Dajung mengetahui skandal Kang Dohong.

Dajung yang mengumpet di balik truk bertanya pada Roori apa yang membawa ibu-ibu datang. Roori menjelaskan jika mereka datang ke sini karena mereka diundang sebagai grup istri politikus.

Dajung mau melarikan diri, setelah meminta maaf pada Roori yang terlihat kebingungan. Lady Na yang melihat hal itu segera melemparkan sesuatu ke arah Dajung. Membuat Dajung mengaduh kesakitan.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

“Kau berkata akan jadi istri Perdana Menteri. Jadi kedatanganmu untuk ikut berpartisipasi?”

“Bukan, aku datang untuk melakukan interviu.”

“Jadi kau wartawan yang dipanggil secara khusus oleh Roori? Kalau begitu bagus. Aku juga lagi mau bertemu denganmu,” Lady Na menukas.

“Kenapa kau mau bertemu denganku?” Dajung bertanya.

“Katakanlah sebenarnya, jika kau takkan menikah dengan PM. Aku telah mendengar hal lainnya juga. Jadi katakanlah yang sebenar-benarnya. Kau takkan menikah kan? Kenapa diam? Kau tak mampu menjawabnya?”

“Ya, aku takkan menikah dengan PM. Kemarin, aku hanya membual. Maafkan aku.”

“Apa orang tuamu mengetahui tindakan yang sudah kau lakukan? Jangan-jangan mereka senang menjual anaknya?” omongan itu mendesak batas kesabaran Dajung.

Benar saja, Dajung membalik dan menegur Lady Na. “Anda kelewat batas. Tak soal kau mencelaku. Tapi, jangan bawa-bawa orang tuaku!”

“Apa orang tuamu tahu apa yang kau lakukan? Atau, mereka dengan senang hati menjual anak mereka?” kata Lady Na mendesak batas kesabaran Dajung.


“Kau tak suka kami ngomong mengenai orang tuamu?” Dua ibu-ibu bigos ikutan angkat suara.

“Kalian kelewatan. Padahal, kalian tampak orang baik-baik. Mengapa mengatakan hal semacam itu? Karena kalian istri pejabat? Tidak malukah kalian? Khususnya Anda Nyonya Menkeu. Aku hidup dengan caraku sendiri. Jadi, kumohon, jangan campuri urusanku. Obrolkan saja hal-hal yang baik demi kelompok Anda.”

Lady Na murka lalu mau menampar Dajung. Belum sempat dilakukan, Kwon Yul tiba-tiba datang dan menegur Dajung. “Beginikah tingkah calon istri Perdana Menteri?”

Semua orang terheran-heran, bahkan Dajung sendiri.

“Kudengar kau mau membuat Kimchi. Kau datang demi kebaikan, jadi aku tak bisa apa-apa. Sebagai gantinya, akan kusumbangkan 1000 kubis.”

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 3]

Kwon Yul membawa Dajung menjauhi ketiga grup istri politikus itu untuk berbicara. “Mengapa kemari? Dan, mengapa kau mengatakan mengenai hal itu? Istri Perdana Menteri. Omong kosong apa lagi ini. Aku mengerti kau mau membantuku, tapi jangan seperti itu…”

“Mengapa aku membantumu? Aku kan mengatakan hal yang sebenarnya. Apa kau tak mengerti maksudku?”

“Maksudmu…” Dajung bertanya-tanya.

“Benar. Aku bakal menikahimu, Dajung. Kau bakal menikah denganku.”

Bersambung ke episode 4

0 komentar:

Post a Comment