Sekretaris Heejoo bertanya-tanya mengapa Dajung bisa berada dalam rombongan Perdana Menteri. Ketika itu, Joonki datang ke kantor Perdana Menteri dan bertemu Sekretaris Heejoo. “Manajer Seo, hari Minggu masih kerja saja. Perdana Menteri mempekerjakanmu terlampau berat.”
“Yap, sebagaimana yang kau katakan. Mengapa kau disini?”
“Aku kemari sebab Perdana Menteri. Kami lagi mempersiapkan rencana pembiayaan. Perdana Menteri memberikan seluruh pekerjaan padamu, sementar dia menyibukkan diri dengan pernikahannya. Bagaimana bisa seperti itu?”
Sekretaris Heejo tak menggubris ucapan itu, tapi Joonki menahannya.
“Kau pasti mau tahu, karena Perdana Menteri hendak menikah, aku biasa atau tidak kan?”
“Kau benar-benar tak apa-apa, jika Kwon Yul menikahinya?”
“Kau menginginkan jawaban seperti apa? Sesuatu yang sulit. Menyiksa. Aku marah. Atau patah hati. Begitu? Bila kau tak ingin mengatakan apa-apa lagi, aku undur diri.” Sekretaris Heejoo berlalu dari pandangan Joonki.
***
Ketika Kwon Yul sibuk meniliki lokasi pencemaran, Kang Inho ngobrol dengan Dajung. Dia meminta maaf atas kata-kata kasar tempo hari. Itu disebabkan Inho tak mengetahui keadaan ayah Dajung yang sedang sakit patah.
“Itu cuma kesalahpahaman. Tak perlu memintaa maaf,” tukas Dajung memaklumi.
“Bisakah kau melupakan kata-kata kasarku itu?”
“Kau pikir aku bisa dengan mudah memaafkanmu?” tanya Dajung menggoda.
“Terus aku mesti bagaimana? … agar Nyonya memaafkanku? Oiya, kudengar sekilas tadi apa yang dikatakan Perdana Menteri. Benarkah kau mau membatalkan pernikahan tersebut?”
“Entahlah, aku sendiri juga tak yakin. Seandainya aku mampu menghindar, yang sayangnya aku tidak bisa.”
“Awalnya, aku menilai janggal ide tentang pernikahan ini. Namun, setelah kurenung-renungkan, sepertinya ini bukanlah ide buruk. Putuskanlah sesuai kata hatimu. Apapun yang kau putuskan, aku akan mendukungnya.”
Kwon Yul merupakan tipe pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Doi nyemplung begitu saja ke dalam danau yang airnya tercemar. Hal itu membuat anak buahnya gelagapan. Di sana, Kwon Yul menemukan dua ikan mati. Dia lalu mengasih petunjuk untuk mengawasi danau tersebut.
Kwon Yul kemudian menyuruh Dajung memegang ikan yang mati tersebut. Dajung protes. Tentu saja dia jijik untuk memegang ikan tersebut. Namun, Kwon Yul bilang itu bayaran karena Dajung sudah menumpang helikopter negara.
Mereka lalu berbicara dua hati, apakah tak mau melanjutkan pernikahan? Dajung mengaku jika itu hanyalah emosi, sebab dia takut untuk menjadi istri Perdana Menteri. “… Semua ini karena ayah. Itulah mengapa aku mau menikah. Tapi jadi istri Perdana Menteri kurasa terlalu berat, pantaskah aku berada di posisi itu? Membayangkannya membuatku ingin melarikan diri. Kurasa kau tak mengerti apa yang kurasakan.”
“Bisa-bisa kau berkata aku tak mengerti? Waktu berhenti jadi jaksa, waktu terjun ke ranah politik, sampai ikutan pemilu dan menjadi PM, hal itu juga membuatku takut. Tapi, takut bukanlah alasan lari dari masalah.”
“Jika aku tak mampu melakukannya dengan baik, sepanjang aku tak melarikan diri, tak mengapa kan?”
“Tidak lari dari masalah merupakan setengah kemenangan. Melakukan dengan sungguh, itu jalan paling baik.”
“… Aku minta bimbinganmu, Perdana Menteri.”
“Itu yang hendak kubilang, Nam Dajung.”
Keduanya bersalaman.
***
Ketika hari pernikahan tiba, Inho berupaya menenangkan Dajung yang gugup dengan memuji Dajung cantik. Inho mengaku jika sebagai mempelai, Dajung terlihat aneh. Pernyataan yang tentu saja membuat Dajung tidak percaya diri dengan diri sendiri. Padahal, maksud Inho bukan seperti itu. Dajung menggaruk kepalanya, sehingga beberapa aksesoris hiasan yang dipakai di kepalanya berjatuhan. Inho terpaksa membantu, tentunya dengan perasaan risih.
Kwon Yul kemudian masuk ruangan dan melihat kejadian tersebut. Dia menilainya hal tersebut tidak pantas dilakukan. “Kau tentu ingat aturan kedua di halaman ketiga perjanjian kita kan?” ucap Kwon Yul memperingatkan Dajung, sesudah Inho keluar ruangan.
“Pasti. Aku mesti menjadi istri baik.”
“… Ingat dalam perjanjian pranikah tersebut tercantum kata mengenai “kesetiaan”. Untung cuma aku yang melihat kejadian tadi. Kalau orang lain?”
“Dia kan kepala staf, memangnya kenapa?” protes Dajung.
“Biar bagaimana, melakukan kontak fisik dengan pria lain itu tak boleh. Paham? Oiya, ayahmu bagaimana?”
“Tenanglah, editor serta Heechul akan membawanya kemari,” kata Dajung.
Mendengar editor dan Heechul hendak datang, Kwon Yul parno sendiri. "Apa? Kau mengundangi mereka? Kuperingatkan lagi, awasi Scandal News, jika sampai turun berita yang aneh-aneh, takkan kuampuni mereka."
Sebelum meninggalkan Dajung, Kwon Yul memberi Dajung sebuah kotak yang berisi cincin. Dajung kaget mengetahui Kwon Yul sempat-sempatnya membeli cincin. Tapi, Kwon Yul memberi penjelasan jika cincin itu dibelinya melalui online. (Kwekkk!!! Hahaha…)
Ayah Dajung yang sudah datang mengira jika semua wanita yang mengenakan baju putih adalah istrinya. Editor serta Heechul, yang mendampinginya, jadi mafhum mengapa ayah Dajung menyebut dokter di rumah sakit sebagai istrinya. Hal yang paling dikawatirkan adalah jika penyakit ayah Dajung lagi kumat, lalu dia menganggap Dajung adalah istrinya, maka ayah Dajung akan marah-marah kepada Kwon Yul yang telah mengganggu istrinya.
Dajung sedih, sebab penyakit ayahnya sedang kumat. Ini tentu menyulitkannya untuk mengantarkan mempelai wanita. Kwon Yul minta waktu sebentar. Mereka melihat salju pertama yang turun di jendela. Dajung menangis lagi saat memikirkan keinginan ayahnya untuk mendampinginya di acara pernikahan.
Waktu melihat salju, kesadaraan ayah Dajung kembali pulih. Dia mencari Dajung. Keduanya saling menangis.
Pernikahan pun bisa dilangsungkan. Kwon Yul berjalan ke altar gereja, yang disambut riuh tepukan tangan para undangan. Tak lama kemudian, didampingi ayahnya, Dajung berjalan menuju altar.
“Menantu Kwon, kuserahkan Dajung padamu,” kata ayah Dajung kepada Kwon Yul.
***
Sekretaris Heejoo melihat Joonki tengah minum sendirian. Joonki bilang jika sebelumnya dia mau menenangkan Sekretaris Heejoo. Namun, justru Joonki-lah yang ingat almarhum saudarinya, mantan istri Kwon Yul.
"Seperti bukan kau saja, Sunbae," kata Sekretaris Heejoo.
“Mengapa hari ini kau tak menyebutku Menteri?”
“Saat ini, aku mendatangimu sebagai teman semasa kuliah.”
Saat Joonki tidak ada di tempat, ponsel Joonki menerima pesan dari seseorang. Sekretaris Heejoo memungut ponsel tersebut dan memeriksanya.
***
Di dalam kamar, Dajung serta Kwon Yul duduk bersama di satu sofa. Tapi, keduanya duduk berjauhan. Lalu, ayah Dajung menghubungi Kwon Yul supaya lekas memberinya cucu. Dajung buru-buru mematikan ponsel tersebut. Dia meminta Kwon Yul tidak mempedulikannya.
Kwon Yul menyuruh Dajung pergi dari kamar sebab dia mau tidur. Namun, mereka justru berdebat. Saling berebut. Dajung tak kurang akal, dia mendesak serta mengurung Kwon Yul ke dinding. Kemudian, menggodanya, apa Kwon Yul mau tidur bersamanya? Dajung membalas apa yang pernah dilakukan Kwon Yul dulu.
Dalam kesempatan ini, Dajung menang dan Kwon Yul kalah. Dia mundur ke ruang kerja sambil bertekad untuk menulis ulang surat perjanjian tersebut lebih seksama. Sekretaris Heejoo kemudian menghubungi nomor Kwon Yul, yang justru diangkat oleh Dajung. Heejoo meminta Dajung untuk berhati-hati dalam setiap perkataan, sebab ada mata-mata di antara mereka. Meski belum diketahui siapa.
Setelah mendapatkan surat perjanjiannya, Kwon Yul mendatangi Dajung kembali untuk mengulas surat perjanjian mereka. Tapi, Dajung yang telah mendapat informasi dari Sekretaris Heejoo jadi lebih awas. Dia melihat ada penjaga di sekitar mereka dan takut kalau-kalau salah seorang dari mereka adalah mata-mata.
Dajung langsung mencium bibir Kwon Yul supaya tidak berbicara lebih lanjut…
Bersambung ke episode 5
0 komentar:
Post a Comment