Dajung menanyakan maksud ayahnya bertanya hal itu. Kwon Yul bilang jika dirinya tak keberatan dengan pertanyaan tersebut. Dia justru meminta ayah Dajung untuk meneruskannya.
“Maksudku… Orang tua mana yang mau anaknya menikah dengan duda berbuntut tiga? Walau aku tak beruang dan tak berbudaya, namun aku sendiri yang merawat Dajung segenap hati. Sejak kecil, Dajung tak lagi memiliki ibu. Bila kau membuatnya sedih, aku takkan memaafkanmu!”
Ucapan ayah Dajung tak membuat Kwon Yul marah. “Aku minta maaf, dan terima kasih. Walau aku punya banyak kekurangan. Namun anda rela mengasih putri anda untukku. Aku orang yang tepat janji, jadi aku akan menjamin hal itu. Aku takkan membuatnya sulit, walaupun tak berani menjamin Dajung akan selalu bahagia. Nanti saat kami suami-istri, Dajung takkan menangis karenaku.”
***
Dajung sedang bersama Manse saat ini. “Kudengar kau mau nikah dengan ayahku. Kau pikir aku mau menyebutmu ibu? Sepanjang kau tak membuatkanku sejuta katak lipat dan lima juga ddakji, aku tetap menyebutmu Ajumma.”
Tidak seberapa kemudian Woori serta Nara datang. Mereka langsung berujar, “Aku tak paham kau sudah melakukan apa pada Manse. Namun, kami tetap tak sudi menerimamu. Berhentilah jadi ibu kami. Dan, jangan berharap kami akan memperlakukanmu sebagai ibu. … Persiapkan dirimu.”
Sikap kedua bocah yang mengeras ini berubah tatkala Kwon Yul datang. “Apa yang kalian lakukan? Kalian mesti mengatakan salam perpisahan kepada kakek.”
Kedua bocah itu mematuhi perintah ayahnya, dan pergi bersama Manse menemui ayah Dajung. Selepas ketiganya pergi, Kwon Yul menyatakan bangga atas sikap ketiga anaknya yang sopan, sehingga takkan menyulitkan Dajung nantinya.
***
Kang Inho melapor kepada Kwon Yul tentang proyek Pelabuhan Internasional Geum-Cho-Man di kantor. Betul proyek itu digarap pemerintah dan mendapat kucuran dana tambahan. Padahal, sedang defisit dan pencemaran polusi yang akut.
Kwon Yul mendapat kabar jika anggaran sedang sulit, sebagaimana Joonki melaporkan. Kenyataannya, persoalan utamanya ada pada anggaran yang aneh dan besar untuk proyek lingkungan seperti itu. Inho diminta untuk menyelidiki masalah ini.
“Seandainya anggaran ini bisa kita transfer ke Departemen Kesejahteraan, tentu anggaran mereka pasti cukup.”
Kang Inho kembali dengan berita jika proyek pelabuhan itu dikontraktori ipar Joonki, Grup Myeong Sim. Kwon Yul menenangkan Inho supaya tidak asal bertindak. Dia menyuruh Inho membahasnya dengan para ahli dan tidak boleh bocor.
Di samping itu, Inho memberi laporan jika dirinya tak tahu ayah Dajung tengah sakit. Itulah mengapa ayah Dajung merasa berat. Kwon Yul bertanya-tanya, bila ayah Dajung sehat, akankah ayah Dajung merelakan anaknya menikahi seorang duda beranak tiga.
“Oiya, ayah Dajung menelepon,” kata Inho melaporkan.
“Aku mau menghubunginya balik,” jawab Kwon Yul.
“Aku tak tahu keadaan separah itu.”
“Karena itu, aku jadi lebih merasa beban. Bila dia sehat, pasti takkan mudah menerima pernikahan ini. Aku pernah menikah dan punya anak. Dajung pasti lebih menyukai pria muda macam kamu. Dia tentu lebih bahagia, bukan begitu?”
***
Seusai memilih gaun pengantin, dengan ditemani Sekretaris Heejoo, Dajung pergi menemui calon suami kontraknya. Begitu ditemui Dajung, Kwon Yul marah-marah lalu memperlihatkan foto di ponselnya. Itu foto yang diambil Roori waktu bersama Dajung melihat-lihat cincin.
“Katakan jika ini bukanlah kau! Wanita yang sedang melihat cincin dengan harga duapuluh juta won. Ini bukan kau kan? Katakanlah…”
“Ya, wanita itu aku. Aku cuma melihat-lihat saja. Bagaimana mungkin aku membeli cincin semahal itu?”
“Kau pikir ini gurauan?! Berita ini sudah tersebar sebanyak sepuluh ribu artikel! Sepuluh ribu! Saat ini Manajer Seo tengah bekerja supaya artikel ini tersebar. Sebenarnya apa sih yang kau lakukan?”
“… aku cuma melihat-lihat sebentar, terus pergi lagi. Apa melihat juga tak diizinkan?”
“Walau ini kawin kontrak, kau sepertinya menginginkan pernikahan yang sesungguhnya?”
“Bukan begitu maksudku. Tapi, salahkah semua itu? Aku ini perempuan, yang juga mau menikah. Apa salah mencoba gaun dan melihat cincin pernikahan?”
“Kau mau jadi Cinderella rupanya?”
“Cinderella? Kau bertanya apa aku mau jadi Cinderella?”
“… Kalau tidak seperti itu, mengapa kau mau difoto?”
“… Bagaimana aku bisa jadi Cinderella? Pangerannya kerap memarahiku. Para pelayannya sering membuatku kesulitan. Cinderella apa itu?”
“Ingat, yang mengajakku menikah itu kau! Lupakah?”
“Aku juga tak menginginkannya.”
“Bila aku mengetahui watakmu, aku takkan menikahimu.”
“Kalau begitu kita tidak jadi menikah. Masih bisa kan? Orang sehebat Perdana Menteri pasti sanggup melakukan apapun.”
Cekcok itu baru berhenti tatkala Inho datang, dan mengabarkan Profesor Kim datang buat sowan. Kwon Yul menyuruh Dajung diam di ruangan. Namun, kekesalan Dajung sudah di ubun-ubun, sehingga dia pergi begitu saja dari ruangan. Nara melihat hal tersebut.
Dajung mencuci tangannya. Kedua tangannya lengket karena terkena lem *hasil dikerjai Nara*.
***
Didampingi Kang Inho, Kwon Yul pergi menemui Profesor Kim yang menyerahkan contoh air limbah dari danau. Air itu terlihat tidak jernih dan berbau kurang sedap. Kwon Yul meminta Inho untuk mempersiapkan helikopter. Kwon Yul mau terbang ke TKP, dimana pencemaran lingkungan sedang terjadi.
***
Dajung kebingungan atas kejadian ini. Tapi, dia sadar jika pelakunya keisengan ini adalah Nara –saat bocah ini muncul di hadapannya.
Pelayan wanita berupaya memberi bantuan kepada Dajung agar terlepas dari lem dengan meletakkan tangan Dajung di dalam baskom berisi air hangat. Tapi, Dajung heri (heboh sendiri) sebab kedua tangannya belum lepas-lepas juga. Pelayan itu kemudian membantu Dajung menarik tangannya, dan… sukses.
Dajung bertanya kepada Kwon Yul jika dirinya harus menunggu seberapa lama lagi. Kwon Yul bilang jika mau cuci tangan dulu. Dajung menggeram. Tapi, dia menyadari sesuatu, lem perekat Nara!
Dajung tergopoh-gopoh menyusul Kwon Yul ke kamar kecil. Yang terjadi malah Kwon Yul meletakkan sabun yang berisi lem perekat Nara pada tapak tangan Dajung. Tangan mereka pun saling tertempel.
Mereka mencoba melepaskannya dengan merendamnya dalam baskom air hangat tadi. Inho menyaksikan hal tersebut. Kwon Yul marah. Dia meminta anak yang bertanggung jawab untuk menunjukkan diri. Dajung diam saja, sehingga dia ditanyai Kwon Yul. Karena Dajung diam, Kwon Yul marah lagi. Sehingga cipratan air hangat itu mengenai muka Inho. Kwon Yul menyatakan bisa menunggu lebih lama lagi. Karena itu, mau tak mau Dajung harus turut ke TKP.
***
Joonki dilapori jika tim Kwon Yul tengah ke lokasi pencemaran. Karena itu, dia segera meminta sekretarisnya untuk menghubungi perusahaan istrinya.
***
Ponsel Kwon Yul bergetar tanda ada yang menghubunginya. Dajung terpaksa mengambilkan ponsel itu dengan satu tangannya yang tidak terkena lem. Saat menerima, Dajung dan Kwon Yul kembali bertengkar, sebab tangan mereka masih saling tertempel.
Ternyata panggilan itu dari Sekretaris Heejoo. Kwon Yul tak bisa jelas mendengar suara Heejoo –kalah dengan suara helikopter. Namun, dia berupaya untuk mencari posisi yang enak untuk mendengarkan. Sehingga, Kwon Yul bergerak ke sana ke mari. Dajung ikut terseret sana sini juga. Adegannya cukup heboh dan lucu.
Ketika diberitahu, giliran Sekretaris Heejoo yang bingung kenapa Dajung bisa ikutan? Kwon Yul akan menghubungi Dajung lagi, sebab di helikopter terlalu berisik.
Waktu menutup ponsel pun, baik Kwon Yul dan Dajung mesti melakukan kerja sama secara baik dalam memencet tombol. Akhirnya, ponsel itu terjatuh, dan… kepala mereka berbenturan. Mereka pun berantem lagi. Melihat hal itu, Inho mengambilkan ponsel tersebut.
Waktu sudah sampai lokasi, Kwon Yul membantu Dajung untuk keluar dari helikopter.
Bersambung ke part 3
0 komentar:
Post a Comment