Lanjutan part 2
“Justru wanita tersebut mengusir pria yang membayari rotiku. Wanita itu bilang jika pria tersebut punya punya maksud tertentu, bahkan menyuruhku tidak mengatakan apapun.”
***
Di lain tempat, Dajung mengatakan kepada editornya jika dia sudah enggan menyusun cerita Kwon Yul. “Bahkan, bila kau mengacungkan belati ke arah tenggorokan, aku tetap enggan menginterviu Kwon Yul tengik itu.”
“Apa yang membuatmu dapat berkata enggan? Kau mau di-phk?”
“Kalau begitu, pecat aku!”
Semua orang yang melihat hal itu bingung mengapa tingkah Dajung lain dari biasanya. Ketika duduk di bangku, Dajung ditelepon seseorang.
Bersama-sama Heechul, Dajung balik lagi ke kantor Perdana Menteri. Di sana, Dajung melihat Byun Woochul – si wartawan menyebalkan. “Kukagumi semangatmu. Tapi, kau itu tidak pintar ya? Kau kembali kesini untuk diseret keluar lagi?” tanya Byun meremehkan.
“Maaf, kedatangan untuk mengadakan wawancara ekslusif ya.”
“Ha, kau? Dengan siapa?” Meski terkejut, nada suara Byun seolah meremehkan. Tapi, tidak lagi begitu Inho memanggil Dajung.
“Kau ke sini untuk wawancara kan? Tuan Kwon Yul sudah menunggumu. Sila ikuti aku.”
Sambil jalan, Dajung menyempatkan diri menanyakan sudahkah Manse menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi hari kemarin.
***
“Halo, Perdana Menteri!” Sapa Dajung begitu melihat Kwon Yul.
Kwon Yul mendecak mendengar kata PM tanpa embel-embel di depannya. “Berapa kali kubilang, aku ini masih calon…”
“Sudah, lupakan saja. Ayo mulai.”
Dajung mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara selama 10 menit.
Sebelum melontarkan pertanyaan pertama, Dajung memperhatikan Kwon Yul serta Sekretaris Heejoo. Lalu, dia menyuruh staf-staf untuk keluar dari ruangan selama wawancara berlangsung. Begitu semua dilakukan, Dajung bertanya langsung, “Apa hubunganmu dengan Manajer Seo Heejoo?”
“Apa harus kujawab pertanyaanmu tersebut?”
“Kau tidak mau menjawab? Atau tidak bisa menjawabnya?”
“Manajer Seo itu adik kelasku saat kuliah dulu. Kini, dia sekretarisku paling setia.”
“Itu saja?”
“Ya, itu saja. Sudah kusangka jika wanita ini cuma bertanya hal-hal tidak bermanfaat.”
“Aku juga tahu kau bakal mengatakan hal tersebut. Aku bisa mengerti kau takkan menjawabnya, jadi mari sambung ke pertanyaan berikutnya. Apa makanan kesukaanmu, Perdana Menteri?”
“Es krim.”
“Kau suka rasa pa? Vanila, stroberi, cokelat?”
“Aku cuma mengonsumsi yang stroberi.”
“Oh Tuhan, aku juga menyukai stroberi. Rasa stroberi sungguh nikmat. Terus, ngomong-ngomong kebiasaanmu mengonsumsi alkohol, bisakah kau mabuk?”
“Aku tidak mengonsumsinya.”
“Kira-kira apa yang menarik dari dirimu?”
“Aku tak pernah memikirkannya.”
“Terus mana dari bagian tubuh yang bakal Anda lihat untuk kali pertama? Dada?”
“Kenapa? Apa ada bagian tertentu yang mesti kupandangi dulu?”
“Siapa penyanyi kesukaanmu, Perdana Menteri?”
“Kim Kwang Suk.”
“Oh Tuhan, Kwangsuk. Aku juga menyukai penyanyi itu. Seleramu dan seleraku ternyata sama, Perdana Menteri.”
“Apa kau mau menanyakan hal-hal tak berguna macam begini?”
“Ada yang berpendapat jika kau jadi Perdana Menteri akan mengubah kondisi perpolitikan. Apa yang kau pikirkan mengenai itu? Apa aku mesti menanyakan pertanyaan politik macam itu? Aku sadar bahwa pertanyaan itu sudah banyak dilontarkan ratusan kali oleh wartawan-wartawan lain.”
“Kau ingin bermain-main kata bersamaku?”
“Karena aku tak memiliki waktu banyak, lebih baik kulanjutkan saja. Apa film kartun kesukaan Manse?”
“Film kartun kesukaan Manse adalah…” (skak mat)
“Ah, kau tentu tidak paham ya. Lau siapa nama sahabatmu yang paling dekat? Menurutmu, apa cita-cita anak-anakmu saat mereka besar nanti? Apa olahraga kesukaanmu? Dari yang kulihat, poin Tuan Perdana Menteri sebagai ayah adalah NOL BESAR! Anda bahkan tak mengenali anak sendiri? Ayahku yang membesarkanku sendiri, jadi aku paham. Begitu beratkah mengurus sendiri anak-anak Anda?”
“Sudah selesai?”
“… Apa momen yang tersulit dalam hidup Anda, Perdana Menteri?”
Kwon yul bangun dari duduknya sambil mengatakan, “Waktu 10 menitmu sudah selesai. Oiya, aku ingin mengatakan sesuatu pada Nona Nam Dajung. Aku meminta maaf.”
“Apa itu permintaan maaf soal kemarin?”
“Ya. Tapi, kau tidak usah menunjukkan batang hidungmu lagi. Itu saja yang mau kusampaikan padamu.”
Daju mengucapkan terimakasih telah diberikan kesempatan untuk melakukan interviu hari ini. “Ini, kenang-kenangan dari Scandal News.”
Kwon Yul bertanya, “Apa ini?”
Rupanya Dajung memberikan hadiah boxer kepada Kwon Yul. Namun, sang kandidat Perdana Menteri mencoba mengembalikannya, karena dia tak mengenakan boxer.
Dajung puas dengan hasil interviu yang dilakukannya, kemudian menyerahkan kotak celana boxer kepada Inho. Dia pergi dengan cengar-cengir membayangkan sosok kandidat Perdana Menteri memakai celana boxer.
Dajung bercerita soal interviu yang menurutnya sukses kepada Heechul. Sementara itu, Kwon Yul memikirkan pertanyaan yang dilontarkan Dajung terkait masa tersulit dalam hidupnya. Jawabannya sudah pasti kehilangan istrinya (adik Joonki). Kwon Yul mengambil pigura yang terpajang foto istrinya, kemudian memandangi foto almarhumah istrinya itu. Saat ada suara ketukan dari luar, dia meletakkannya kembali.
***
Dajung mesam-mesem sendiri waktu menulis artikel yang didapatnya dari hasil mewawancarai Kwon Yul. Dia masih saja membayangkan bilamana Kwon Yul memakai celana boxer pemberiannya.
Dia lantas berandai-andai dengan liar jika artikel yang dikarangnya dibaca 500 ribu orang. Sehingga, bosnya akan menyerahkan bonus uang yang banya. Bahkan, angan-angannya jauh menggilai lagi dimana Kwon Yul datang menawarkan pekerjaan sambil mempersembahkan serangkaian kembang.
Heechul mengetuk pintu ruangan Dajung keras, membuat Dajung terbangun. Dajung dan Kwon Yul menjadi berada di pemberitaan besar. Dalam sebuah headline terpampang jelas foto Dajung yang sedang bertengkar dengan Kwon Yul di taman bermain gara-gara Manse.
***
Di satu sisi, Kwon Yul juga kaget begitu membaca headline surat kabar. Dia berpikir untuk menyuruh mereka memblokir berita utama dan akan menuntut siapa yang terlibat melakukan ini semua. Tapi, dia juga berpikir jika berita ini telah berdampak sistemik. Karena, terlanjut kesebar, pasti akan memicu pertanyaan di masyarakat mengenai wanita “misterius” yang ada di dalam headline itu.
Bola salju menggelinding tatkala awak media lain mengungkapkan fakta bahwa si wanita “misterius” itu punya profesi sebagai wartawan gosip.
Inho mendapatkan ide, dengan memakai momen gosip ini untuk menjadi keuntungan bagi pihak Kwon Yul. Caranya dengan memajukan Dajung ke ranah publik, meski tak masuk akal tapi tidak jadi soal sebab publik tidak tertarik dengan hal yang sebenarnya. Hal ini akan berujung pada pengeksposan Dajung sedang berkonspirasi bersama Joonki.
***
Di beda ruangan, Sekretaris Heejoo mengatakan jika kubu Kwon Yul meski langsung melakukan sesuatu. Namun, di luar dugaan, Kwon Yul menyatakan jika tak mau menjebak Dajung. Hal ini merupakan prinsip bagi Kwon Yul.
Dia takkan merasa lebih baik mengorbankan Dajung demi menyelamatkan muka serta kedudukan sendiri.
***
Wartawan Byun yang menyebalkan tengah ngobrol bersama rekan-rekan sesama wartawan lainnya. Byun pura-pura mengetahui siapa wanita “misterius” dalam foto itu. Padahal, sesungguhnya, Byun tak tahu apa-apa. Dia baru menyadari bahwa wanita “misterius” itu adalah Dajung saat mengingat baju yang dipakai Dajung sama dengan baju yang dipakai wanita “misterius” dalam foto headline.
Byun berusaha mengejar Dajung tapi tidak berhasil. Byun tidak berhenti dan terus mencari sampai ke atas. Sementara Dajung sendiri terus menghindar.
Hingga, sebuah tangan menariknya ke sudut ruangan dan menutup mulutnya. Rupanya Kwon Yul yang menarik tangannya.
Bersambung ke episode 2 [part 1]
Home »
Prime Minister and I »
Sinopsis Drama Korea »
Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 1 [Part 3]
0 komentar:
Post a Comment