Lanjutan dari part 1
“Lama tak berjumpa, Heejoo. Kau terlihat muda, dulu dan kini,” Joonki menyapa Sekretaris Heejoo.
“Aku justru lebih menghormatimu bila kau tetap mengundangku Manajer Seo, Menteri Joonki.”
Setelah situasi yang sedikit kikuk, Kwon Yul mempersilakan Sekretaris Heejoo untuk pergi dulu dari ruangan. “Apa yang membuatmu muncul disini?” tanya Kwon Yul langsung tanpa basa-basi.
“Iparku hendak dinobatkan menjadi Perdana Menteri, janggal bukan bila aku tidak menemuinya? Aku kesini cuma mau mengucapkan selamat padamu.”
Meski Joonki tidak mengatakan alasan sebenarnya menemui Kwon Yul, namun Kwon Yul yang sudah makan asam garam di dunia politik bisa menerka bahwa tujuan Joonki bukanlah untuk mengucapkan selamat padanya secara tulus. "Kau yakin bila kedatanganmu bukan sebuah deklarasi perang?"
Joonki bertanya, "Masuk akalkah jika Menteri mengajak perang Perdana Menteri?"
"Aku tak paham jika itu orang lain. Tapi, karena ini menyangkut tentangmu, pertanyaanku jadi masuk akal. Biar bagaimana, aku tak mau berperang melawanmu."
"Bila kau tak ingin berperang, sila mundur saja."
"Joonki!"
“Adikku meninggal secara tragis. Kau pikir aku bisa diam, dan membiarkanmu bisa melenggang di arena pencalonan Perdana Menteri?”
“Apa kau masih mengira aku yang menyebabkan Na Young tiada?”
“Demi kemenakanku, kedatanganku kemari adalah memberimu ultimatum akhir. Umumkan pengunduran dirimu!”
"Kalau aku tak mau?"
"Kau bakal menyesal karenanya!"
***
Dajung menengok ayahnya yang berada di rumah sakit. Mereka sedang main kartu. Lalu, ayah Dajung menyampaikan unek-unek yang mengganjal di hatinya. "Tak berguna membesarkan anak perempuan."
Ayah Dajung menanyakan kapan waktunya Dajung menemukan pria yang tepat?
"Aku ini populer di kalangan pria-pria. Gara-gara itu, aku jadi punya masalah. Lihatlah wajahku begini cantik. Ayah pikir ada pria yang akan memberikanku kesempatan untuk sendirian?" tukas Dajung.
"Kalau begitu bawakan seorang pria untukku!"
Ayah Dajung bangun dari kursinya demi menyongsong kehadiran istri serta ibu mertuanya.
Dajung memanggil seorang dokter. Dia menanyakan keadaan penyakit ayahnya yang sesungguhnya. Dokter memberitahu Dajung, biarpun ayah Dajung saat ini terlihat baik, namun penyakit alzheimer adalah penyakit "kemunduran". Karena itu, hal yang bisa diusahakan hanyalah membuat kondisinya stabil selama mungkin.
Dajung mengasihkan ayahnya minuman. “Kemana perginya ibumu? Seyogyanya dia berpikir tentang perkawinanmu saat ini?”
“Ayah, mengapa kau menginginkan aku segera menikah?”
“Hey, apa kau menyimak yang kubicarakan? Saat sekolah kau repot mengintili Kang Ta, si baj*ngan itu! Saat kuliah kau berdemo terus, juga keluar-masuk kantor polisi.”
“Ya, aku paham. Minumlah minuman ini.”
“Aku tak sedang bergurau, Dajung. Aku berharap bisa menggenggam tanganmu dan melangkah bersama-sama denganmu di resepsi pernikahanmu. Maukah kau melakukan itu demi aku?”
“Kalau begitu, baiklah, aku akan menikah. Apa itu terdengar lebih baik?”
Kemudian, ayah Dajung menyuruh Dajung memijitinya. Dajung menuruti keinginan ayahnya itu. Sementara di dalam hatinya dia berseloroh, “Ayah, aku sangat menyesal. Tapi, aku belum mampu mewujudkan harapanmu. Ketimbang menikah, lebih baik aku ada di sisimu.”
***
Kwon Yul memikirkan omongan Joonki tentang faktor penyebab Na Young (istri Kwon Yul) meninggal dunia.
“Adikku meninggal secara tragis. Kau pikir aku bisa diam, untuk kemudian melepasmu melenggang di arena pencalonan Perdana Menteri?”
“Apa kau masih mengira aku yang menyebabkan Na Young tiada?”
***
Junior Dajung, yakni Heechul (Lee Min Ho) memberikan informasi jika Kwon Yul memiliki tiga orang putra. Berturut-turut adalah nama anak Kwon Yul: Woori (Choi Soo Han) berusia 15 tahun; Nara (Jeon Min Seo) berusia 12 tahun; dan Manse (Lee Do Hyun) berusia 7 tahun.
Dajung bingung untuk kebutuhan apa keterangan detail seerti ini. “Apa aku mesti gerocoki anak-anak ini? Apa kau tak berpikir hal ini agak vulgar?”
“Apa kau mau ditendang bos? Apa kau mau balik dengan tangan kosong?” sahut Heechul.
“Tentu saja tidak.”
“Terus, kita akan melakukan apa?”
“Jangan khawatir, akan kulakukan semua yang kubisa.”
***
Dajung segera memata-matai rumah Kwon Yul. Belum mendapat apa-apa, dia sudah tertangkap tangan oleh Inho. “Kau sedang apa?”
Demi menghindari kecurigaan, Dajung mengaku sebagai perempuan China. Inho pun langsung menjajal kemampuan Dajung berbahasa Mandarin. Sontak Dajung panik. Lagi-lagi Dajung mencoba ngeles dengan berpura-pura sebagai turis Jepang yang sedang membandingkan kotak sampah di Korea dan Jepang. Eh, ternyata Inho juga bisa bahasa Jepang. Dajung mati kutu.
Inho lantas memperingatkan Dajung jika kali ini dia melepasnya.
Dajung mengerti dan begitu hendak pergi, tiba-tiba dia berbalik dan menanyai siapa laki-laki yang menegurnya barusan.
Inho memberitahu Dajung jika dirinya adalah Kang Inho, ajudan calon Perdana Menteri Kwon Yul. Sesudahnya, baik Dajung maupun Inho, pergi dari tempat itu. Tidak beberapa kemudian, Inho menunjukkan lagi air muka misteriusnya.
***
Ancaman Joonki berputar-putar di dalam pikiran Kwon Yul.
“Demi kemenakanku, kedatanganku kemari adalah memberimu ultimatum akhir. Umumkan pengunduran dirimu!”
Saat tengah memikirkan ancaman Joonki, tiba-tiba Kwon Yul menerima berita jika Manse anak ketiganya raib. Kwon Yul kebingungan. Dia segera memberi komando supaya petugas keamanan dipanggil dan dilakukan pemeriksaan kamera CCTV.
Rupanya, anak ketiga Kwon Yul itu tengah berada di depan mini market bersama seorang wartawan, yang sebelumnya sempat berantem sama Dajung. Wartawan itu rupanya berusaha mengorek informasi tentang Kwon Yul dari Manse. Caranya cukup sederhana dengan membelikan Manse snack. Wartawan itu kemudian mengajukan pertanyaan apa status hubungan ayah Manse dan Sekretaris Heejoo.
“Hentikan, Byun Woo Chul si wartawan Koryo Ilbo! Kwon Manse, tidak usah ucapkan sepatah kata pun. Pria ini pria jahat!” Dajung menyuruh Manse bungkam seribu bahasa terhadap wartawan menyebalkan itu.
“Sebagai wartawan top, kau tak boleh memperoleh informasi melalui metode itu.”
Ketika Dajung berceloteh panjang lebar seperti itu, wartawan itu terpingkal-pingkal. Tampaknya gertakan Dajung membuatnya teringat jika Kwon Yul bisa saja memperkarakannya jadi masalah.
“Ayo pergi, aku akan mengawanimu pulang ke rumah,” ucap Dajung kepada Manse.
***
Di rumah, Sekretaris Heejoo sedang gamang. Dia bingung perlukah melaporkan ini sebagai kasus penculikan. Sebab, dari rekaman kamera CCTV didapatkan fakta jika Manse pergi keluar sendiri. Inho lantas mengatakan jika Dajung sebelumnya terlihat di sekitaran rumah Kwon Yul.
***
Selama jalan pulang Dajung mewejangi Manse. “Manse, kau tidak boleh mengintili seseorang yang tak kau kenal. Walaupun orang itu membayari kau sesuatu. Jangan diikuti. Ok? Cepatlah, keluargamu tentu sedang mengcemaskanmu.”
“Mereka tak cemas kok, tak seorang pun dari keluargaku yang mencemaskanku. Semuanya sibuk sendiri-sendiri. Bahkan, terakhir aku pulang ke rumah telat, tak ada seorang pun tahu.”
Manse lalu menanyakan jika untuk media mana Dajung bekerja. Saat Dajung mengatakan nama kantornya, Scandal News, Manse tahu jika tempat Dajung bekerja adalah kantor media gosip artis. Manse juga menjelaskan jika ayahnya sempat memintanya untuk tak percaya pada para wartawan. Manse menguntit wartawan tadi itu, karena ingin memperoleh makanan ringan secara gratis.
Manse kemudian lari ke taman bermain. Dia memohon pada Ajumma Dajung membelikannya snack. Dajung berkata jika dirinya bukanlah Ajumma dan Manse lebih baik makan di rumah saja nanti. Gara-gara itu, Manse menangis dan merengek-rengek.
Pada waktu bersamaan, Kwon Yul datang dan memanggil-manggil anaknya. “Manse! Kwon Manse! Manse!” Begitu mendapati anaknya, Kwon Yul segera mengoceh-ngocehi anaknya.
“Berhenti di tempat kau berdiri!” ucap Kwon Yul pada Dajung.
“Perdana Menteri, kurasa ada kesalahan yang perlu diluruskan. Kau tak menganggap aku menculik Manse kan?”
“Nona Nam Dajung, kau tak sepintar itu. Aku juga tak mengira kau cuku bodoh menculik anak seorang calon Perdana Menteri.”
“Tentu saja, kau mengenalku baik.”
“Seberapa jauh kau mau terus seperti ini?”
“Maksudmu?”
“Kau telah memanfaatkan anak kecil demi berita? Walaupun kau seorang wartawan kelas tiga, punyakah kau integritas untuk profesimu?”
“Perdana Menteri, yang terjadi sebenarnya bukan seperti itu.”
“Apa yang kau maui dengan merangkul anak kecil? Apa seperti pertanyaan yang kau ajukan itu? Warna favoritku? Artis favoritku?”
(Ketika keduanya tengah ribut-ribut, sebuah kamera yang mengarah ke arah mereka sedang mengabadikan momen-momen tersebut.)
Sebelum pergi, Kwon Yul memberi peringatan terakhir kepada Dajung. Jika tetap mau berkarir sebagai wartawan, lebih baik Dajung tak pernah muncul lagi di hadapannya.
***
Pagi besoknya, didampingi Inho, Kwon Yul berpesan kepada tiga anaknya. “Seperti yang selalu kukatakan kepada kalian sebelum-sebelumnya, hati-hatilah, khususnya pada para wartawan yang kerap bertanya-tanya. Terutama kau, Kwon Manse.”
“Aku tak mengucapkan apa-apa kok. Aku cuma makan roti saja,” Manse membantah.
“Roti? Makin kupikirkan masalah ini, makin kupikir jika di wanita yang menjijikkan.”
“Bukan. Orang yang membayari rotiku itu seorang pria,” sahut Manse.
“Apa? Terus perempuan yang berada denganmu di taman bermain itu?”
Bersambung ke part 3
0 komentar:
Post a Comment