Pelayan-pelayan sedang sibuk membuat sebuah pesta perjamuan jelang kedatangan PM Kwon Yul (Lee Bum Soo) dan istrinya Nam Dajung (YoonA).
Hadirin dari dalam dan luar negeri mulai tiba. Kang Inho (Yoon Shi Yoon) mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka. Inho kemudian menyatakan bahwa Kwon Yul adalah Perdana Menteri Korea Selatan sekarang. Saat PM Kwon Yul datang tamu-tamu itu melakukan standing applaus. Tak lupa Inho menginformasikan Nyona Nam Dajung sebagai istri PM.
Dajung yang mengenakan pakaian merah berjalan diiringi para pengawal. Dajung melempar senyum penuh hormat untuk para tamu. Lalu bersama PM Kwon Yul, Dajung naik ke podium.
Di podium, Dajung segera memuji suaminya merupakan sosok berintegritas tinggi, yang dipuja masyakarat Korea. Segera mereka saling tatap, tersenyum. Namun, secara berangsur-angsur air muka keduanya berubah. Saling sinis.
Dan adegan pun berubah menjadi pertarungan mereka seperti di film Matrix. Hal itu menunjukkan mereka saling membenci satu sama lain. Ternyata, Kwon Yul dan Dajung terikat pernikahan kontrak.
***
Untuk mengetahui kenapa hal tersebut bisa terjadi, mari flashback dua bulan sebelumnya. Dimana, Dajung yang sedang di sebuah restoran tampak mengincar artis. Sementara itu, Kwon Yul duduk di ruangan lain bersama Heejoo (Chae Jeong-An). Mereka sedang rapat. Kwon Yul terlihat terkejut mengetahui dirinya dinominasikan presiden di pemilihan PM.
Selesai rapat, Kwon Yul diminta untuk menjaga rahasia hingga pengumuman resmi. Di luar ruangan Dajung heran mengapa pasangan artis yang sedang diincarnya belum juga muncul. Hingga akhirnya Dajung menyadari jika target yang diincarnya memakai wig. Dajung lalu mengarahkan kamera SLR miliknya pada target.
Kwon Yul yang tengah memikirkan berita yang barusan didapatnya kaget begitu mendengar suara klik kamera. Kwon Yul menghampiri asal suara, sampai akhirnya menghalangi Dajung dari membidik kamera ke arah targetnya.
Dajung menyuruh Kwon Yul menyingkir dari situ. Namun, Kwon Yul mencurigai Dajung adalah wartawan pemburu berita tentang pencalonan dirinya sebagai Perdana Menteri. Kwon Yul segera merebut kamera dari tangan Dajung, kemudian mengeceknya. Dia mencoba menghapus semua foto di kamera Dajung.
Dajung mengklarifikasi jika dia tak mengambil gambar Kwon Yul. Tapi Kwon Yul tak mempercayai. Dia tetap menghapus semua gambar yang ada. Kwon Yul lalu mengatakan jika Dajung tak bisa pergi begitu saja hingga Blue House memublikasikannya secara formal. Dajung tidak mengerti perkataan Kwon Yul.
Kwon Yul kembali nge-cek gambar di kamera Dajung. Dan mendapati bahwa apa yang diucapkan Dajung benar adanya. Foto di kamera Dajung bukanlah dirinya melainkan orang lain. Kwon Yul lantas memberi nasihat pada Dajung supaya tak mencampuri masalah orang lain. Dajung balik bertanya, memangnya Kwon Yul tak berbuat perkara yang sama.
Saat Dajung ingin mengambil gambar, sang artis tahu. Sehingga, Dajung dimarah-marahi.
***
Pengusulan Kwon Yul sebagai calon Perdana Menteri paling muda ditayangkan. Penayangan itu dilihat Park Joon Ki (Ryoon Jin) – saudara ipar sekalian lawan politik Kwon Yul. Melihat itu, Joon Ki serasa tak terganggu telah tersaingi Kwon Yul. Meski dari ekspresinya terpancar aura untuk menjegal lawan politiknya secara tidak fair demi kekuasaan politik.
Di lain tempat, Dajung yang sedang ada di kantor. Bosnya menghempaskan surat kabar yang memberitakan tentang Kwon Yul. Bos memerintahkan Dajung untuk mengorek informasi dari Kwon Yul.
Bos Dajung memberikan penjelasan mengapa Dajung harus mendapatkan informasi tentang Kwon Yul. Pertama, Kwon Yul adalah kandidat Perdana Menteri yang cukup tampan dan juga politikus yang seksi. Kwon Yul mulai terjun ke ranah politik dengan mengawali karirnya sebagai jaksa dan masyarakat mencintainya. Bila disandingkan dengan artis Korea, Kwon Yul adalah Lee Byung-Heon. Kedua, Kwon Yul saat ini tengah jombo karena istrinya meninggal pada kecelakaan mobil setahun sebelumnya, saat dia menjabat Gubernur Jeju. Mau tak mau, Kwon Yul mesti membesarkan tiga anaknya sendirian. Tak pelak, kata si bos, Kwon Yul adalah bujangan paling diminati se-Korea.
Dajung kemudian mempertanyakan apa tabloid mereka mendapatkan keuntungan dengan mengintai seorang politikus? Bos menjelaskan sudut pandangan yang dipakai untuk tabloid mereka bukanlah sisi politik. Pembaca tidak menyukai itu. Pembaca tabloid mereka lebih berminat mengetahui hubungan Kwon Yul dengan sekretarisnya. Mungkinkah mereka sudah bekerja selama satu dekade ini tanpa hubungan apapun?
Dajung menolak tugas ini. Tapi bos Dajung punya senjata lain dengan mengancam anak buahnya itu untuk mengundurkan diri dengan gaji dibayar setengah. Dajung tak punya pilihan lain selain menyanggupinya.
***
Berbarengan wartawan-wartawan lainnya, Dajung sibuk melontarkan beragam pertanyaan kepada Kwon Yul. Tapi, pertanyaan Dajung keluar dari topik. Bila wartawan lain bertanya topik-topik khusus politik, Dajung malah melontarkan pertanyaan apa Kwon Yul berencana menikah kembali? Yeah, maklum Dajung berlatar belakang wartawati gosip, hohoho…
Namun, justru pertanyaan Dajung yang mengundang reaksi Kwon Yul. Laki-laki itu langsung mendatangi Dajung untuk meminta penjelasan dari pertanyaan itu. Karena reaksi itu mengundang perhatian dari wartawan yang lain, Dajung jadi malu sendiri. Kemudian, dia mengulang kembali pertanyaannya satu kali lagi, dengan memelankan suaranya.
Kwon Yul balik menanyakan kepada Dajung pengertian politik? Pertanyaan itu dijawab oleh Kwon Yul sendiri dengan menukil pengertian politik dari kamus, untuk menerangkan jika apa yang ditanyakan Dajung sama sekali keluar topik alias tidak relevan!
Wartawan lainnya bertanya-tanya mengapa ada wartawan gosip seperti Dajung di sini.
Kwon Yul naik ke mobil. Sekretaris Heejoo mengatakan bila wartawan gosip seperti Dajung akan membawa masalah nanti. Kwon Yul mengingat-ingat Dajung. Pasalnya, dia merasa sempat bersemuka dengan Dajung. Sekretaris Heejoo menyerahkan sejumlah arsip kepada Kwon Yul. Sewaktu membacai arsip-arsip itu satu per satu, Dajung tampak mengendarai skuternya membuntuti mobil Kwon Yul.
Seberhentinya mereka di lampu merah, Kwon Yul langsung menyibak kaca jendela mobil. Dia mengajukan pertanyaan sampai sejauh mana Dajung mau membuntutinya. Sekretaris Heejoo juga membuka kaca jendela.
Mendadak Kwon Yul ingat jika Dajung adalah wanita yang bertemu dengannya semalam. Dajung tertawa malu kegiatan membuntutinya tepergoki.
Kwon Yul berdecak mendapati polah Dajung. Sekretaris Heejoo bertanya apa sebenarnya yang diinginkan Dajung dengan membuntuti mereka. Dajung mengatakan bila dirinya mau mewawancarai Kwon Yul.
Diluar perkiraan, Kwon Yul mengizinkan Dajung untuk mewawancarainya. Dajung sempat kaget dan buru-buru memparkirkan skuter dan meletakkan helmnya di atas spion. Dajung lalu naik mobil Kwon Yul, air mukanya berubah riang.
Tanpa dikomandoi, Dajung langsung mengoceh hal-hal yang tidak penting dari A sampai Z sambil menyerahkan kartu namanya. Dajung juga tanpa basa-basi menyebut Kwon Yul sebagai Perdana Menteri. Di mata Kwon Yul sebutan itu keliru, sehingga Kwon Yul memberikan koreksi bahwa dirinya baru dijadikan kandidat saja.
Dajung tidak peduli. Dia malah mengendus wewangian tertentu dari arah Kwon Yul. Selanjutnya, dia mengajukan pertanyaan (lagi-lagi) diluar topik.
“Wangi-wangian Anda begitu harum, parfum apa yang Anda pakai?”
Dengan air muka yang terlihat ngeri, Kwon Yul membantah bila dirinya tak memakai parfum.
“Anda pasti penyuka warna biru? Adakah merek tertentu yang Anda sukai? Gayamu cukup sempurna, siapa koordinatornya, apa Anda memakainya sendiri, PM? Jangan-jangan orang itu?”
Pertanyaan yang diajukan Dajung sungguh slebor. Terlalu slebor untuk seorang politikus macam Kwon Yul. Membuatnya tidak percaya ditanyai pertanyaan yang menggelikan begitu. Maklum, sebagai wartawan gosip, Dajung memang selalu dituntut untuk bertanya hal-hal di luar dugaan.
“Aneh! Kau sebut itu pertanyaan? Kau membuntutiku hanya untuk menanyakan pertanyaan itu?”
“Ya, untuk mengulas seluk-beluk Anda, calon Perdana Menteri. Pertanyaan ini hanyalah pemanasan.”
“Begitu ya? Sekarang, biarkan aku bertanya padamu, apa kau tak mau tahu kita sedang menuju ke mana?”
Rupanya mereka ke kantor polisi. Dajung tak bisa mempercayai dituduh menguntiti.
“Lepaskan aku! Apa yang kujalankan sedemikian salah di matamu, hingga Anda tega menyeretku ke kantor polisi?” seru Dajung.
Dajung lantas mengingat jika saat ini Kwon Yul belum memiliki otoritas untuk menjebloskannya ke dalam bui. Sebab, Kwon Yul masih berstatus calon PM Korsel.
***
Sekembalinya ke kantor, Kwon Yul segera membaca CV Kang Inho, orang yang dijadikan kandidat ajudannya. Sebuah fakta didapati Kwon Yul ketika mengetahui jika Inho selalu berada di peringkat kedua, saat di SMA maupun di Universitas Seoul. Inho menyatakan bahwa dirinya lebih suka bila orang menilai kemampuannya ketimbang hanya berada di peringkat pertama.
Inho tidak tertarik menjadi pesuruh. Inho mau jadi kepala penasihat yang bisa membantu Kwon Yul menggapai impian yang lebih besar. Inho menganalogikan dirinya adalah penasihat cemerlang Cina. Seperti, Zhuge Liang bagi Liu Bei dan Sima Yi bagi Cao Cao. Berdasarkan beberapa pertimbangan, akhirnya Kwon Yul mempekerjakan Inho sebagai bawahannya.
Sekeluarnya dari ruangan Kwon Yul, Inho berpapasan dengan Sekretaris Heejoo. Wanita itu menanyakan apa hasilnya. Inho menceritakan bila diriya diterima sebagai bawahan Kwon Yul. Dia senang punya pengawas ayu macam Heejoo.
Saat berlalu, Inho menunjukkan pandangan yang misterius. Apakah sesuatu yang terselubung dengan dia bekerja sebagai bawahan Kwon Yul? Kita lihat saja perkembangannya.
Sekretaris Heejoo muncul di ruangan Kwon Yul dan bertanya pada Kwon Yul kesannya mengenai Inho. Kwon Yul menganggap Inho baik. Dia kemudian bertanya, apa ada hal yang membuat Heejoo gelisah? Kwon Yul menjumput kartu nama Dajung. Dia berpesan kepada sekretaris Heejoo supaya wartawati gosip itu tak dibiarkan berkeliaran di sekitarannya lagi. Kartu nama Dajung dari Scandal News kemudian dirobek Kwon Yul, karena dipandang sebagai “sampah”.
Di luar, Dajung sedang diseret oleh penjaga keamanan karena ketahuan berkedok sebagai petugas kebersihan. Itu menunjukkan meski Dajung adalah wartawati tidak punya kualitas tinggi, tapi dia punya dedikasi.
“Kenapa kalian bisa melakukannya? Apa kalian mau mencabut hakku selaku reporter? Ini penindasan terhadap kebebasan pers, tidak, bukankah ini diskriminasi terhadap pers?” protes Dajung, tidak terima dirinya diperlakukan seperti benda.
“Kenapa kau bisa membuat cerita seperti itu, apa kau tidak merasa malu?” seorang wartawan meledek Dajung telah membuat malu profesi wartawan. Dia lantas membusungkan diri, karena bekerja sebagai wartawan dari koran yang terkenal se-Korea, Koryo Ilbo.
Jengkel mendengar pernyataan dari wartawan itu, Dajung bersiap dengan gagang sapunya sambil mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya. Sayang, aksi itu membuat Dajung diseret (lagi?).
Mendengar keributan yang disebabkan Dajung, Kwon Yul mendesis kembali. Saat itulah, Kwon Yul bertemu dengan saudara iparnya sekaligus lawan politiknya, Joonki.
Bersambung ke part 2
0 komentar:
Post a Comment