Friday, January 31, 2014

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Lanjutan part 2

Dajung membeli beberapa hadiah natal. Dia kemudian berniat mencari gitar untuk Woori, sayangnya harganya terlampau kemahalan. Jadi, dia memutuskan membelikan selendang gitar saja yang harganya pas di kantongnya. Kwon Yul lalu menemukan Dajung sedang tidur dengan pulas di tempat tidur dengan boneka kodok setengah jadi yang dibuat untuk Manse. Sehingga, tempat tidur berantakan kemana-mana.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Kwon Yul mengambil boneka kodok setengah jadi itu dan melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Dajung. Besoknya saat bangun, Dajung menemukan jika boneka kodoknya telah rampung. Dajung tersenyum simpul, mengagumi kemampuan Kwon Yul dalam menjahit.

Dajung menghadapi persoalan baru. Pasalnya, Woori serta Nara tidak mau hadir dalam acara sekolah adiknya. Dajung menjajal taktik hadiah untuk membujuk Nara. Taktik itu manjur, sebab Nara jadi penasaran dengan hadiah yang akan diberikan Dajung padanya. Sementara, Dajung tidak menerapkan hal yang sama pada Woori. Dia tetap punya akal untuk membuat Woori mau berangkat, yaitu akan mengungkit rahasia Woori yang seorang anggota band kepada Kwon Yul. Woori mengatakan itu adalah adalah ancaman. Dajung membenarkan hal tersebut.

Dajung mendapat telepon dari Kwon Yul yang menginformasikan tentang sesuatu yang penting. Dajung meminta Ahjumma untuk membawa ketiga anak tirinya untuk berangkat sekolah dulu. Kwon Yul berjanji untuk melakukan apa yang bisa dilakukan, tapi tak bisa menjamin apa-apa. Ketika Sekretaris Heejoo masuk ke dalam ruangan, Kwon Yul menutup telepon dan mengatakan akan menghubungi Dajung kembali. Sementara itu, secara diam-diam, Woori menghubungi Joonki – entah apa yang mereka perbincangkan. Joonki menutup teleponnya dan hendak menghubungi Woori kembali. Kala itu, Joonki tengah bersama Presdir Na, ayah mertua dan juga seorang konglomerat.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Presdir Na menanyakan Joonki apa Kwon Yul telah menyelidiki soal lingkungan di proyek pelabuhan tersebut. Joonki mencoba menenangkan mertuanya. Presdir Na sama sekali tidak meragukan kapasitas menantunya tersebut. Namun, Presdir Na menyindir jika Joonki, sebagai anjing penjaga yang dibesarkan keluarga Na, sudah selayaknya melindungi harta keluarga. Tapi, Joonki menjawab jika anjing hanya mengenal satu tuan saja, sementara Joonki tak dapat melakukan hal tersebut. Dia juga mengatakan jika seekor anjing sekalipun bisa menggigit majikannya apabila dalam keadaan yang memaksa. Joonki pergi, sedangkan Lady Na menggeram kesal dengan perlakuan ayahnya pada suaminya.

***

Presiden mengajak Kwon Yul untuk makan malam bersamanya. Namun, Kwon Yul tidak menerima ajakan tersebut lantaran sudah punya janji terlebih dulu bersama anak-anaknya. Presiden baru menyadari jika hari ini adalah hari natal. Presiden tak mempersalahkan Kwon Yul. Dia kemudian pergi bersama delegasinya. Kini Kwon Yul cuma memiliki waktu selama 20 menit untuk pergi ke sekolah Manse. Dajung pun tiba untuk menjemput dan membawa Kwon Yul ke sekolah Manse. Heejoo masgul.

(Sementara itu, di sekolah, Manse tengah bersiap-siap. Sedangkan Woori serta Nara juga sudah datang bersama Ahjumma. Nara masih merasa yakin jika ayahnya takkan datang menepati janji. Dia bahkan mengajak Woori bertaruh untuk itu.)

Di tengah perjalanan, Kwon Yul dan Dajung menghadapi masalah kemacetan. Dajung makin kesal, saat Kwon Yul menolak keistimewaannya sebagai seorang Perdana Menteri untuk mengosongkan jalan. Apalagi ini adalah acara pribadi. Inho berinisiatif mengecek GPS untuk mencari jalur lain. Kemudian, mereka tergopoh-gopoh menuju stasiun kereta. Para pengawal membantu melapangkan jalan supaya Kwon Yul cs bisa lancar menuju kereta. Hal ini kemudian menghebohkan warga Seoul yang melihat seorang pemimpin negara mereka mendadak muncul macam begini. Mata masyarakat pun memandang ke arah Kwon Yul. Beberapa orang yang sempat mengabadikan momen tersebut segera mengunggahnya ke jejaring sosial.

(Acara Manse dimulai.)

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Di dalam kereta yang penuh, tanpa sengaja Dajung sempat memeluk Inho. Kwon Yul, yang kawatir ada perhatian dari orang, segera membuat Dajung berdiri kembali di sebelahnya. Ketika Inho memberi petunjuk supaya keduanya turun, sementara para pengawal sudah keluar semuanya, Kwon Yul dan Dajung masih berada di dalam kereta. Hal ini lantaran Dajung kehilangan sepatu high heelnya. Kwon Yul yang kelas melemparkan kesalahan kepada Dajung. Dan… mereka bertengkar – seperti biasanya, sampai Inho mengingatkan keduanya supaya tidak saling bertengkar di muka publik.

***

Di sekolah, pertunjukan terakhir akan dihelat dan yang akan tampil adalah kelompok Manse. Nara cemas ayahnya tak datang. Begitu pula Woori. Di atas panggung, Manse melihat kursi Kwon Yul dan Dajung kosong. Dia kemudian tampil dengan sedih sebab mengira dibohongi. Kedua kakak Manse ikut-ikutan prihatin. Namun, semua itu berubah tatkala Kwon Yul serta Dajung tiba dan mengendap-endap ke kursi penonton. Semangat Manse menyala lagi melihat kehadiran orang tuanya.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]
Para penonton pun juga heboh dengan kedatangan Perdana Menteri Kwon Yul. Sementara itu, Inho mengawasi keduanya dari jarak yang cukup. Kwon Yul tersenyum bangga melihat anaknya tampil. Dajung juga tersenyum bahagia demi melihat Woori dan Nara bisa hadir. Ketika acara selesai, para ibu sibuk berpose dengan PM mereka. Manse menyambangi ayahnya. Kwon Yul jongkok untuk memeluk anaknya. Kejadian ini sangat mengharukan dan membahagiakan. Dajung yang melihatnya ikutan senang dan terharu.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

***

Sekretaris Heejoo tengah ada di universitas almamaternya, saat Kwon Yul menghubunginya. Heejoo menyatakan jika dirinya hendak menemui kawan-kawannya. Heejoo juga minta maaf belum sempat mengucapkan selamat Natal. Ternyata Joonki juga ada di universitas almamater yang sama. Saat masuk ke dalam sebuah ruangan, Joonki mengenang saat-saat muda dulu. Dia mengambil gitar dan mulai memainkan. Sepertinya dia mengenang pertemuan pertamanya dengan Heejoo. *Salah satu yang topik sering sekali dipakai di dalam cerita: mengenang cinta masa muda. Indah rasanya. Kalian bagaimana? Ada yang sering melakukannya?*

(Flashback. Heejoo yan masih remaja masuk ke ruangan, di mana Joonki muda tengah memainkan gitar. Heejoo mencari Kwon Yul, tapi yang dicari tidak ada. Joonki bertanya siapa gadis muda yang ada satu ruangan dengannya. Heejoo memperkenalkan dirinya, kemudian memanggil Joonki sebagai sunbae. Sebab, Heejoo hendak masuk ke kampus ini. Joonki kemudian merespons hal tersebut dengan menyebut Heejoo sebagai Hoobae. Mereka pun berkenalan dan saling melempar senyum.)

Saat Joonki pergi melihat-lihat kampus, dia sadar jika Heejoo berada di tempat yang sama. Mereka bertatapan dalam suasana yang cukup romantis di tengah pernik-pernik Natal. Salju kemudian turun. Joonki menyebut saat itu sebagai “hadiah tidak terduga”. (*meleleh bangetttttt neh adegan, cemungut sunbae*)

***

Dajung membagi-bagikan hadiah Natal yang sudah dipersiapkan untuk anak-anak. Manse mendapat boneka kodok yang kemudian memeluknya dengan riang. Sementara itu, Nara tersenyum imut saat mendapatkan hadiah CD artis favoritnya dari Dajung. Dajung memberi Inho catur, seraya berpengharapan kelak Inho bisa main catur main catur lagi dengan kakaknya. Semua menerima hadiah pemberian Dajung, termasuk Ahjumma dan pengawal-pengawal. Woori juga dapat hadiah selendang gitar, tapi raut wajahnya berekspresi bersalah akan sesuatu.

***

Di dalam kamar, Kwon Yul memberi Dajung pujian telah membagi-bagikan hadiah Natal. Dajung mengatakan jika Kwon Yul juga ikut berpartisipasi dengan merampungkan boneka kodok yang belum selesai. Kwon Yul kemudian protes karena dia sendiri yang tak mendapat hadiah. Dajung berbuat hal begini karena Kwon Yul sendiri tidak memberi hadiah untuknya. Tapi, semua itu hanya akal-akalan Dajung. Toh begitu, Dajung tetap memberikan sebuah buku untuk hadiah Kwon Yul.

Kwon kaget karena buku yang diberikan Dajung adalah buku miliknya yang ada di perpustakaan pribadinya. Dajung membenarkan hal tersebut, tapi yang dimaksud Dajung hadiahnya bukanlah buku itu melainkan Dajung membacakan buku tersebut untuk Kwon Yul.

Dajung menduga Kwon Yul terkena insomnia. Dajung kemudian menyuruh Kwon Yul tiduran di tempat tidur, di sebelahnya. Awalnya, Kwon Yul risih dan merasa sungkan, tapi karena Dajung memaksa… ya apa boleh buat. Ternyata buku yang dibaca Dajung adalah cerita 1001 malam. Sayangnya, justru Dajung yang ketiduran. Kwon Yul membuka mata lagi dan tersenyum. Dengan hati-hati Kwon Yul mengambil buku tersebut dan membaca untuk dirinya sendiri.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]
Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

Saat aku tak bisa menghilangkan kebencian serta ketidakbahagiaanku. Kemarahanku tak bisa dihentikan dengan kekejaman. Gadis itu menyelamatkanku, yang muncul saat aku tak mampu tidur.

Tanpa sadar, kepala Dajung terkulai lemas di bahu Kwon Yul. Kwon Yul menatap Dajung dan membaca, “Scherazade-ku.”

(Dalam cerita 1001 malam, saudari Scherazade, Dinazade, diam-diam meminta Scherazade untuk menceritakan sebuah kisah setiap malam. Sultan pun terpukau dengan cerita-cerita Scherazade. Tiap kali hendak mencapai klimaks, cerita itu selalu dihentikan. Hal itu membuat sultan menunda hukuman mati untuk Scherazade, sebab sultan ingin cerita terus dilanjutkan. Tak terasa, cerita sudah sampai 1001 malam dengan 1000 cerita. Scherazade mengatakan kepada sultan jika dirinya tak lagi punya cerita. Tapi, pada malam 1001, sultan telah jatuh cinta kepada Scherazade. Mereka menikah dan mempuyai tiga orang anak. Scherazade menjadi ratu.)

Bersambung ke episode 7

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 6 [Part 3]

0 komentar:

Post a Comment