Lanjutan part 2
Saat Kwon Yul keluar ruang kerjanya, dia heran melihat Dajung tengah berdiri di depan ruangannya. Kwon Yul menanyakan apa apa. Namun, Dajung malah membawa Kwon Yul masuk lagi ke dalam ruangannya, sebab dia mau mengatakan sesuatu. Di dalam, Dajung ngomong ngelantur dengan mengulas soal frasa “makan dan lari” yang dipakai Kwon Yul saat menjamu tamunya di acara perjamuan diplomatik. Dajung memberi Kwon Yul pujian atas sikap tegas yang dilakukannya.
Namun, Kwon Yul justru mengatakan jika sebenarnya dia telah melakukan kesalahan. Sebab, emosinya terlalu tinggi waktu itu. Hal itu membuatnya tersulut amarah. Kwon Yul menanyakan apa hanya itu saja yang mau Dajung obrolkan. Kalau sudah selesai, Dajung dipersilakan keluar ruangan.
Bukannya melakukan apa yang dikatakan Kwon Yul, Dajung justru mengendap-endap di sekitaran meja Kwon Yul untuk mencari kodok kertas. Ketika Kwon Yul sadar, Dajung membuat pengalihan perhatian dengan memuji Kwon Yul, yang sempat-sempatnya memeriksa pekerjaan rumah anak-anaknya. Kwon Yul dengan percaya diri mengatakan jika itu sudah tanggung jawabnya sebagai ayah. Dajung mengatakan supaya Kwon Yul mengenal ketiga anaknya lebih baik lagi dengan cara membangun komunikasi lebih intens dengan mereka. Khususnya Woori yang sudah abege puber. Kwon Yul memotong omongan Dajung, kemudian menyuruhnya keluar dari ruangan.
Sekeluarnya dari ruangan, Dajung celingak-celinguk mencari Woori. Ternyata Woori ada di ruangan terkunci yang tidak boleh dimasuki sembarang orang. Di ruangan tersebut terdapat piano besar, dan Woori menyentuh satu tutsnya, mengingatkan dia akan mendiang ibunya kembali.
***
Sambil membawa kodok kertas keluar dari ruangan, Omongan Dajung masih teringang-ingang di benak Kwon Yul. Soal membangun komunikasi. Mendadak Kwon Yul merasa sikap Dajung sedikit aneh. Dan ketika dia mau membuka kodok kertas itu, Dajung yang membuntutinya langsung menerkam Kwon Yul. Hal itu membuat kedua jatuh berguling-gulingan ke bawah. Dajung merebut kodok kertas itu dari tangan Kwon Yul. Tapi, kertas itu bukanlah surat perjanjian pranikah.
Kemudian, Dajung mencoba menenangkan Kwon Yul yang sepertinya masih shock dengan apa yang terjadi. Dajung berdalih jika kodok kertas buatan Manse tidak boleh dibongkar-bongkar sembarangan. Kwon Yul menengok ke pengawal di sekitar situ. Para pengawal mengatakan tak melihat apapun.
Dajung pun merasa jika surat perjanjian pranikah tersebut yang sudah berbentuk kodok kertas kemungkinan besar sudah ada di tangan Joonki. Dajung menghubungi Inho untuk minta bantuan. Namun, Inho menolaknya sebab itu bukan wewenangnya. Inho sendiri sedang ada di rumah sakit, menemani kakaknya yang masih koma. Inho berkata kapan kakaknya sadar? Sebab, Inho telah ada di samping seseorang. Inho meminta kakaknya menunggu apa yang akan dilakukannya mulai saat ini.
***
Sekretaris Heejoo menginformasikan kepada Kwon Yul perkara ketidakhadiran di rapat Menteri Keuangan. Kwon Yul sempat kaget. Tapi, dia menenangkan Sekretaris Heejoo supaya tak perlu merisaukan persoalan anggaran. Kwon Yul justru lebih mengawatirkan Sekretaris Heejoo, setelah kemunculan beberapa insiden dan Joonki. Waktu Sekretaris Heejoo mau menjelaskannya, Kwon Yul memotongnya dengan mengatakan jika maksud Heejoo sebenarnya baik. Tapi, bila diterus-teruskan Heejoo sendiri yang akan sakit. Heejoo keluar dari ruangan, di benaknya terpikir kata-kata Kwon Yul dan Joonki.
***
Dajung memberanikan diri bertandang ke kediaman Lady Na. Dia datang dengan alasan untuk mengenal Lady Na, padahal aslinya mau mencari kodok kertas yang diberikan Manse. Lady Na menjawab jika kodok kertas itu ada meja riasnya. Dajung pura-pura memuji perabot yang ada di rumah Lady Na supaya diizinkan melihat-lihat. Lady Na mengizinkan. Dajung pun mengecek kamar Joonki dan Lady Na. Dia akhirnya menemukan kodok kertas tersebut teronggok di meja rias begitu saja. Joonki, yang tiba-tiba muncul dan memergoki Dajung, bertanya apa yang Dajung lakukan disini.
***
Kwon Yul yang sadar Dajung tak di rumah, menemukan kamar dalam berantakan.
***
Joonki tidak bisa menerima alasan yang dikemukakan Dajung. Dia memberitahu jika nanti Kwon Yul bisa menjelaskan mengapa Dajung tak diizinkan Joonki untuk ke rumahnya. Saat hendak berlalu, Joonki meminta kodok kertas tidak dibawa.
***
Kwon Yul kemudian mengambil kodok kertas yang terletak agak tersembunyi. Begitu dibuka, Kwon Yul kaget bukan alang kepalang, sebab dia menemukan surat perjanjian pranikah. Aw... aw... aw...
***
Sementara itu, di rumah Lady Na - Joonki terjadi geger, setelah kodok kertas yang dipegang Dajung dibuka ditemukan foto skandal Lady Na bersama Kang Hodong. Sontak Joonki mengomel istrinya itu. Lady Na menarik kesimpulan jika foto skandal dalam wujud kodok kertas itu merupakan salah satu siasat Dajung.
***
Dajung lagi kebingungan. Pasalnya, surat perjanjian tersebut tidak berada di tangan Joonki. Dajung berdoa memohon petunjuk dari langit.
Kwon Yul kemudian datang dan menanyakan bahwa Dajung dari mana. Dajung ngibul dengan mengatakan jika dirinya baru bertemu rekannya. Kwon Yul menanyakan apa Dajung telah menemukan surat perjanjian pranikah yang hilang itu. Kemudian, Kwon Yul menyerahkan surat tersebut.
Dajung lega. Tapi Kwon Yul marah besar. Sebab, Dajung rela melakukan apa saja demi surat kontrak tersebut. Lebih parahnya lagi, Joonki tahu jika Dajung pergi ke rumah Joonki. Kwon Yul mengatakan jika Joonki itu saudara ipar dari almarhum istrinya.
Dajung minta maaf untuk itu. Sayangnya, api amarah Kwon Yul belum juga reda. Dia terus mengoceh sebab kecewa dengan sikap Dajung yang mau memecahkan apa-apa sendirian. Kwon Yul merasa menyesal mau melakukan pernikahan ini jika Dajung terus bersikap seperti itu. Kwon Yul memperingatkan jika dirinya bertaruh saat menyetujui pernikahan ini. Lalu, mengasih ingat Dajung mengapa mereka bisa sampai menikah. Dajung tak mengatakan apa-apa. Dia cuma menangis.
***
Inho melihat Dajung tercenung sendirian. Dajung yang melihat kedatangan Inho buru-buru menghapus air matanya dan mencoba tampil seceria mungkin. Inho menanyakan Dajung apa yang sudah terjadi. Kwon Yul sadar jika dirinya terlalu kasar berbicara. Kwon Yul keluar lagi.
Inho yang sedang mendengar curhat Dajung, kemudian melihat Kwon Yul mencari-cari Dajung, dan terlihat sebal. Dengan sengaja, Inho memeluk Dajung dan mengatakan tak mengapa bersandar pada seseorang. Dajung pun menangis dalam dekapan Inho. Kwon Yul akhirnya menemukan Dajung, dan Inho disampingnya. Kwon Yul mau mendekat, namun dia melihat para pengawal mendekat. Lalu, Kwon Yul mengalihkan para pengawal ke arah lain.
Sementara itu, Inho berkata jika dirinya memihak Dajung. Dia juga sempat menawarkan sandaran bagi Dajung bila hendak menangis lagi. Dajung menyahut takkan melakukannya lagi besok-besok. Kwon Yul terlihat kesal melihat adegan Dajung dan Inho tersebut.
***
Dajung kaget begitu melihat Kwon Yul duduk tercenung di kamar gelap sendiri. Kwon Yul mendatangi Dajung untuk mengatakan jika dirinya akan tidur di kamar ini. Sontak pernyatan tersebut membuat Dajung kaget. Sebab, bila Kwon Yul tidur di kamar, bagaimana dengan dirinya. Kwon Yul menjawab tidak mengapa, toh sudah menikah ini. Dajung yang tidak terima, membukakan pintu untuk mengusir Kwon Yul keluar kamar. Bukannya keluar, Kwon Yul justru menutup kembali pintu kamar itu. Dia mengatakan sebelum jadi ayah yang baik, dia harus menjadi suami yang baik dulu.
Dajung nervous dan menanyakan mengapa Kwon Yul mendadak jadi begini. Kwon Yul mengatakan bahwa dirinya akan ditertawakan orang bila mempertontonkan kemesraan di depan orang-orang sementara di belakang tidak. Kwon Yul menegaskan jika mulai saat ini, dia dan Dajung akan berbagi kamar, selaiknya pasutri yang telah menikah. Mau tak mau Dajung menerimanya…
Dajung yang tidur ngorok sempat bangun pada dini hari. Dia melihat Kwon Yul masih saja bekerja. Dajung pun tidur lagi. Kwon Yul melihat Dajung seraya tersenyum.
Bersambung ke episode 6
0 komentar:
Post a Comment