Monday, January 13, 2014

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

Baca episode 2 [p1] [p2] [p3]

Pada episode sebelumnya Kwon Yul yang datang ke kantor polisi menemukan Dajung dalam kondisi mabuk. Kwon Yul segera membawanya keluar dari kantor polisi setelah mengucapkan terima kasih kepada polisi atas bantuan mereka.

Mereka berjalan berdampingan, Kwon Yul meminta Dajung untuk menghapus speed dial nomor telepon milik Kwon Yul. Karena, sebentar lagi mereka akan putus.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

Mendadak Dajung mengemis kepada Kwon Yul kemudian bertanya apa mereka menikah betulan dan tak terpisahkan.

Pertanyaan tersebut sontak membuat Kwon Yul terkejut, "Apa?"

"Perdana Menteri, tidak bisakah kita menikah saja?" Dajung bertanya dengan memohon-mohon.

Episode 3


Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

Pagi-pagi sekali Dajung terbangun. Lalu, terkekeh saat ingatannya sudah mengumpul.

"Kepalaku..." sambat Dajung.

Dajung menganggap jika dirinya bermimpi semalam tentang memohon kepada Perdana Menteri untuk menikahinya. "Mimpi aneh. Mimpi apa itu? Di mana ini?" tanya Dajung kepada dirinya sendiri yang bingung.

Perlahan-lahan, Dajung sadar bila dirinya ada di rumah Perdana Menteri. Saat melihat keluar jendela, Dajung tambah kaget lantaran ada pengawal-pengawal di luar rumah.

***

Kwon Yul sendiri sedang membawahi ketiga anaknya berlatih beladiri Kendo.

"Metode Jang Soo #12. Satu! Dua! Satu! Dua! Satu! Dua! Satu! Dua! Perhatikan kuda-kuda! Berpijak sekuat gunung, berhembus secepat angin! (Metode ini merupakan kutipan ahli perang Sun Tzu yang bisa diterapkan di dalam latihan beladiri). Kalian lupa?"

"Tidak!"

"Sekarang, aku adalah Perdana Menteri. Karena itu, kalian akan dibanding-bandingkan dengan anak-anak Korea Selatan lainnya. Kalian akan dikiblati mereka. Kalian patokan mereka."

"Ayah."

"Karena itu, jangan hanya bermain gadget! Mau mempelajari bahasa Inggris? Mimpi saja! Mau berhenti dari TK? Hanya orang bodoh yang memikirkannya!" Kwon Yul memberi nasihat yang cukup keras pada ketiga anak-anaknya.

Mendengar nasihat itu, Manse menangis.

"Kwon Manse, kau tak boleh menangis! Metode Wei Soo, Sang Soo, Shim Sang. Lakukan 10 kali sebelum balik ke rumah. Itu saja," Kwon Yul memberi perintah untuk kemudian berlalu.

***

Sekretaris Heejoo dan Kwon Yul bertemu di muka rumah. "Kepala staf Kang sebentar lagi, untuk apa kau menemuiku?" tanya Kwon Yul.

Sekretaris Heejoo memberi penjelasan bila dirinya datang karena ini kali pertamanya Kwon Yul bertugas sebagai Perdana Menteri. Jadi, wajar bila dirinya datang menemui Sekretaris Heejoo.

Kwon Yul menyuruh Sekretaris Heejoo menantinya beberapa waktu. "Tunggu sebentar, sepertinya ada masalah kecil yang mesti kuatasi."

"Masalah?" Sekretaris Heejoo bertanya dengan bingung. Apalagi ketika dirinya mendengar sopir mengeluhkan bau alhokol (lebih tepatnya bau mabuk) di mobil yang belum juga bisa hilang.

***

"Kenapa bisa aku disini? Aku tak mampu mengingat apa-apa.Sebaiknya aku keluar dari tempat ini secepat-cepatnya."

Belum sempat Dajung pergi, Kwon Yul keburu datang kemudian memegangi bahu Dajung. "Aku berharap saat ini kau sudah sadar."

"Bagaimana bisa aku berada disini?" Dajung bertanya.

"Kau sama sekali tak ingat mengenai peristiwa yang terjadi semalam? Saat kau mengemis padaku untuk menikahimu? Kau tak mengingatnya sama sekali ya?" Kwon Yul bertanya dengan nada jengkel.

"Loh itu bukan mimpi?" Dajung bertanya polos.

"Kau mau pura-pura tak tahu ya?"

"Tidak seharusnya kau membawaku kemari!" Dajung menegur Kwon Yul.

"Sama sekali tak ingat?"

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

[Kwon Yul mengingat kejadian semalam saat dirinya hendak mengantar Dajung kembali ke rumah. Namun, Dajung yang sudah terlampau mabuk nyerocos terus bila dirinya pindah rumah dan meminta Kwon Yul untuk menikahinya. Pengawal-pengawal Kwon Yul yang melihat tingkah Dajung urung untuk membantunya lantaran mengira Dajung adalah kekasih tuannya. Kwon Yul kehilangan akal. Semua itu berakhir tatkala Dajung mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya dan tepat mengenai wajah Kwon Yul. Jackpot!]

"Aku rela menuju kantor polisi untuk menjemput pacarku yang sedang mabok. Apa itu tak cukup? Kau masih menanyakan mengapa aku bisa membawa kau ke sini? Kau pikir aku mau melakukan itu?" tegur Kwon Yul.

"Maafkan, tidak umum aku menenggak alkohol sebanyak semalam."

"Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kau bisa semabuk semalam? Oiya, hal paling penting adalah, mengapa kau memintaku untuk menikahimu?" Kwon Yul bertanya lagi.

Pertanyaan Kwon Yul membuat Dajung mengingat kondisi ayahnya yang terkena penyakit alzheimer. Tentang permintaan ayahnya yang ingin menggandeng tangan Dajung di acara pernikahannya. Hidup ayahnya hanya enam bulan lagi, Dajung sebenarnya ingin mewujudkan keinginan ayahnya dengan meminta Kwon Yul menikahinya. "Maafkan aku, Perdana Menteri. Entahlah, aku terpikir saja untuk menikah. Bisa jadi itu dipengaruhi alkohol yang kuminum. Pikiranku melantur. Lupakanlah omonganku itu. Anggap aku tak pernah membicarakan itu kepadamu. Permisi."

"Mau kemana kau?"

***

Sekretaris Heejoo mendengar peristiwa Dajung mabok semalam dari staf lain. "Kau mengatakan bila Nam Dajung berada disini semalaman?"

"Tampaknya dia ketakutan bila Perdana Menteri enggan menikah dengannya. Karena itu, dia menenggak alkohol terlalu banyak. Kemudian, muntah-muntah dan memohon-mohon Perdana Menteri menikahinya."

"Ini hari merupakan hari pertama aku bekerja selaku staf Perdana Menteri. Aku penasaran, bagaimana keadaan Dajung?"

"Kastaf Kang Inho, aku mau bertanya sesuatu padamu. Dajung bukanlah wanita yang ada di dalam pikiranmu."

"Itulah kejelekanmu. Tidak tahu terima kasih. Aku mengerti Manajer Seo tidak menyukai Dajung. Namun, kau tetap mesti berterima kasih kepadanya. Tak peduli orang berkata apa, aku yakin Dajung adalah wanita baik-baik," kata Inho panjang lebar demi membela Dajung.

***

Dajung diminta untuk tidak angkat kaki dari ruangan hingga anak-anak berangkat dari rumah. Rasa jengah menghinggapi Dajung. Pintu mulai dibuka dari luar. Dajung berupaya menyembunyikan diri. Dan dia menemukan Manse tengah bersembunyi di bawah satu meja. Dajung sempat ingin berteriak, tapi Manse buru-buru menutup mulut Dajung.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

"Manse! Manse! Duh, anak ini. Bolos sekolah lagi! Jika PM tahu bisa berabe nih. Manse! Manse!" kata pelayan-pelayan berteriak-teriak mencari Manse.


Ketika suara pelayan sudah tak lagi terdengar. Keduanya cekikikan. "Kau harus berangkat sekolah. Mengapa dirimu justru bersembunyi disini?" tanya Dajung menegur Manse.

"Mobilnya telah pergi. Eh, Ahjumma lagi apa disini?" Manse bertanya balik.

"Oh, aku lagi bersih-bersih. Aku mesti segera pulang. Selamat bersenang-senang ya," tukas Dajung.

"Sudah, pergi sana. Meski sendiri itu membosankan, tapi tak mengapa. Selalu begini. Pergi sana. Pergi," Manse berucap dengan sedih.

***

Di dalam mobil, Kwon Yul memikirkan permintaan Dajung. Dia menduga benarkah Dajung berkeinginan untuk segera menikah. Pikiran tentang Dajung itu buyar tatkala Inho memberitahunya untuk bersiap-siap di hari yang sibuk –pertemuan dan penampilan yang tidak habis-habisnya.

Pikiran Kwon Yul dipenuhi imajinasi liar. Dimana dirinya berada di dalam pertemuan aneh. Seperti bertemu utusan Dinasti Qing dan para petinggi Joseon.

"Kepala Staf Kang, sepertinya dirimu begitu menganggap lalu diriku," kata Kwon Yul saat dirinya kembali.

"Apa?" tanya Inho kebingungan.

"Hentikan semua omong kosong ini. Cepat keluar dari mobil."

Setibanya di kantor, Kwon Yul membuat kejutan kepada para stafnya. Sebab, dia membatalkan agenda pertemuan, kemudian memilih melakukan evalusi terhadap anggaran untuk menggantikannya. "Tolong, siapkan laporan biaya tahun ini dan rencana biaya tahun berikutnya. Buat juga laporan biaya dan perencanaannya tiap departeman. Pastikan tak sedikit pun terlewati. Jika ada yang melakukan kesalahan, sekecil apapun, akan dikenai masa percobaan, penangguhan, bahkan dipecat sebagai hukuman. Karena itu, kerjakan dengan tekun dan teliti. Mengerti?"

Perintah Kwon Yul membuat para staf cemas.

***

"Kelihatannya ini kamar Perdana Menteri," Dajung bertanya-tanya, "Tak apa-apa bila kita disini?"

"Disini tempat teraman. Ayahku orang rapi. Masuk tanpa izinnya, bisa dipastikan orang itu mati."

Bersama Manse, Dajung melipat kertas kodok di dalam kamar Kwon Yul. Seselesainya, Sajung mengatakan pada Man Se, "Kau mengerti kan bagaimana caranya? Cobalah..."

Dajung melihat-lihat ruangan sekitar untuk kemudian membuka-bukai laci berisi baju dalam Kwon Yul. Ketika melihatnya, Dajung berpendapat tertawa geli. "Rupanya betul, celana dalam segitiga. Tampaknya aku mengerti seleranya."

Dajung kemudian terbayang bagaimana Kwon Yul bekerja dan membuang waktu di kamarnya demi menyiapkan jas. Imajinasi liar Dajung terus sampai ke ruang toilet di kamar. Dajung mengkhayalkan Kwon Yul tengah membersihkan diri. Dalam ruang imajinasinya itu, Kwon Yul melemparkan senyum kepadanya. Membuat Dajung terkejut sendiri.

Manse menanyakan apa yang membuat Dajung tertawa. Dajung mengatakan tak ada apapun.

"Ahjumma, apa kau mengerti cara membuat ddakji?" Manse bertanya kepada Dajung.

"Iya dong. Akan kubuatkan untukmu. Akan kubuatkan untukmu."

"Sebab, aku lapar," jawab Manse.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

Dajung yang seolah mengerti apa yang menjadi keinginan Manse segera merangkul Manse. "Manse, kau lapar sebab bosan kan? Ketika kecil aku pun seperti itu. Namun, jika lagi semacam itu, ayahku memelukku. Sesudah itu, aku tak lagi lapar. Bagaimana, tak lapar lagi?"


"Tak, aku masih lapar tuh," Manse membantah ucapan Dajung.

Masa-masa bersama mereka merasa terganggu dengan hadirnya pelayan. "Manse, disini kau rupanya," kata pelayan itu.

Si pelayan menanyakan mengapa Dajung masih tetap disini.

Dajung berpamitan pada Manse karena dia hendak pergi sekaran. Saat mencari barang-barangnya yang ketinggalan di ruangan, Dajung mendengar suara tangis Manse. Di ruangan tersebut, Dajung juga bertemu dengan seseorang yang tengah membenahi lampun ruangan.

***

Mendengar berita bahwa Dajung membuang waktunya dengan Manse membuat Kwon Yul kesal. Dia makin kesal saat mengetahui Dajung menghabiskan waktu bersama Manse di kamar tidurnya.

***

Di rumah, Dajung berpraktik mengatakan apa yang sedang terjadi sebenarnya antara hubungannya dengan Kwon Yul kepada ayahnya. "Sesungguhnya, aku serta Perdana Menteri bukan berpacaran. Tak seperti ini ah. Argh, gila rasanya aku. Bagaimana mengatakannya pada ayah?!"

Di tengah asyiknya Dajung berlatih, pesan singkat dari Kwon Yul masuk ke teleponnya. "Besok datanglah ke rumah. Jika tidak, kau akan mati!"

Dajung bingung ada apa Kwon Yul menyuruhnya datang.

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

[Dajung mulai berimajinasi. Dalam benaknya, dia terbayang Kwon Yul mendampratnya. "Dajung, berani-beraninya kau memasuki kamarku dan naik ke ranjangku. Maumu apa? Inikah caramu memaksaku menikahimu?"

Dajung membantahi omelan itu, tapi Kwon Yul menyatakan jika hanya ada satu cara menyadarkan wanita macam Dajung ini. "Tangkap dia!"]

Dajung menolak semua imajinasi yang tergambar di dalam benaknya. Bukankah jika hendak ditangkap, Kwon Yul lebih baik menghubungi polisi.

***

Faktanya yang terjadi adalah Kwon Yul merasa terheran-heran, siapa yang menyuruh Dajung datang. Dajung memperlihatkan SMS yang dikirimkan ke ponselnya. Gantian Kwon Yul kebingungan. Namun, langsung dia menyadari bila hal ini disebabkan oleh ulah Manse yang bermain-main dengan ponselnya semalam.

***

Sinopsis: Prime Minister and I – Episode 3 [Part 1]

Di lain sisi, Manse yang tengah menanti kedatangan Dajung dipanggil oleh pelayan tua. Pelayan itu menyatakan pada Manse bila ayahnya lagi marah.

Bersambung ke part 2

0 komentar:

Post a Comment