Tuesday, September 12, 2017

Sinopsis Girls' Generation 1979 Episode 2

Raja Sinopsis – Kelas Jung Hee kedatangan murid pindahan dari Seoul bernama Park Hae Joo. Ia adalah cewek yang menolong Jung Hee kemarin. Melihat Hae Joo, Jung Hee merasa tersaingi. Apa mereka akan rebutan Son Jin?


Klik tautlink diatas untuk membaca episode sebelumnya

Sinopsis Girls' Generation 1979 Episode 2


Pak Guru Oh memberi sekelumit informasi si murid baru. “Park Hae Joo murid pindahan dari SMA Seyeon yang berada Hyehwa-dong di Seoul. Papanya profesor di Univ. Seoul,” jelasnya, diikuti gumaman pujian dari anak-anak, “Hae Joo juara jawara kelas selama di Seyeon. Sebagai murid top di sekolahnya dulu, dibandingin sama kalian para cewek, ia akan menjadi murid yang bisa dijadikan patokan. Kita berharap banyak darinya.”

Pak Guru Oh mempersilakan Hae Joo memperkenalkan diri secara langsung. Hae Joo minta Pak Guru Oh melepas hukuman Jung Hee-Ki Ryu. Hal itu membuat Pak Guru Oh dan anak-anak makin mengagumi Hae Joo. Tak hanya pintar, Hae Joo ternyata memiliki hati emas. Pak Guru Oh mengabulkan permintaan Hae Joo. Ia menyuruh Jung Hee-Ki Ryu duduk.

Ki Ryu segera turun dari atas meja, tapi Jung Hee bengong dulu agak lama. Tampaknya terkesiap dengan permintaan Hae Joo. Eun Ja menarik rok Jung Hee, mengingatkannya untuk turun dari atas meja. Jung Hee pun kembali ke tempat duduknya.


“Halo, nama saya Park Hae Joo. Saya nggak jenius atau murid yang bisa dijadikan patokan murid lain,” kata Hae Joo memperkenalkan dirinya, “Saya murid biasa yang menyukai Sanulrim (grup band rock Korea), Hae Eun Hee, dan The Beatles. Selain itu, saya juga berharap bisa merasakan pengalaman cinta masa muda. Saya ini gadis yang penuh gairah.”

Semua anak bertepuk tangan mendengar perkenalan diri dari Hae Joo, kecuali Jung Hee dan Ae Sook. Mereka berdua diam saja. Entah apa yang ada di benak mereka.

Tiga teman Jung Hee membicarakan tentang kulit cantik sehat milik Hae Joo. Apakah itu karena Hae Joo berasal dari Seoul? Mereka berpendapat Hae Joo mirip benar dengan Jang Mee Hee atau Im Ye Jin. Jung Hee ikut nimbrung. Ia tidak setuju Hae Joo mirip Jang Mee Hee atau Im Ye Jin. Dalam pandangannya, ia menilai Hae Joo justru mirip Bae Yun Jung.


Mereka berpapasan dengan Hae Joo. Sebagai anak baru, Hae Joo cukup ramah. Ia menyapa Jung Hee. “Hei, kamu gadis yang kemarin kan? Gimana dengkulmu, tambah infeksi nggak?”

“Nggak kok,” sahut Jung Hee, membuat Hae Joo lega. Hae Joo melihat name tag di baju Jung Hee, lalu mengajaknya kenalan. Ia mengangkat tangannya. Jung Hee diam saja. Teman-temannya menyuruh Jung Hee menyambut tangan Hae Joo. Sayangnya Jung Hee tetap tidak mau. Ia mengajak teman-temannya kembali ke kelas, meninggalkan Hae Joo begitu saja.


Sepulang sekolah, kita melihat di depan gerbang SMA Jeonghyeon ramai ditongkrongi para cowok dari SMA Gaeryong. Eun Ja memberitahu Jung Hee jika Bong Soo dan “Kepala Ikan” (Dong Moon) juga ada dalam kerumunan para cowok itu. Apa yang mereka lakukan?

Para cowok heboh begitu melihat Hae Joo keluar sekolah. Mereka mengerumuni Hae Joo bak semut mengerumuni gula. Aish! Jung Hee cs. bertanya-tanya apa para cowok itu datang hanya demi Hae Joo ya? Jawabannya jelas! Kecuali satu orang, yakni Dong Moon, yang kemudian menghampiri Jung Hee.

“Nggak ikut mereka?” tanya Jung Hee. Dong Moon menggeleng. Ia mengaku datang menemui Jung Hee seorang. Ketiga teman Jung Hee pamitan, tak mau mengganggu Jung Hee-Dong Moon.


“Kenapa kamu mau menemuiku? Apa mau bicara denganku?” Jung Hee bertanya ketus. Dong Moon terdiam. “Kalau nggak mau, aku pergi saja!” tukas Jung Hee. Sontak Dong Moon menahannya, mencoba membelikannya jajanan. Jung Hee menolak, lagi-lagi alasan sibuk.


Hae Joo berhasil lepas dari kejaran para cowok SMA Gaeryong. Son Jin muncul, pura-puranya kebetulan berpapasan padahal sengaja menemui Hae Joo. Ia menyapa, “Maaf, kita kayaknya ketemu ketemu kemarin di apotek?” Hae Joon mengenali Son Jin, dan bersikap ramah. Mereka chit-chat sebentar. Son Jin sempat memberitahu bahwa dirinya adalah senior di SMA Gaeryong. Saat itu Young Choon lewat dan tatapannya agak gimana gituh waktu melihat Hae Joo, apakah ia juga suka sama Hae Joo?

Bong Soo-Jung Hee bertemu di dekat rumah. “Jung Hee, benarkah si Cosmos ada di kelasmu?” tanya Bong Soo. Jung Hee tidak tahu siapa Cosmos yang dimaksud. Bong Soo menjelaskan Cosmos adalah Hae Joo. Ia minta Jung Hee, jika itu benar, mengajak Cosmos ke rumah. Jung Hee tidak mau. Ia malah mengancam akan melaporkan Bong Soo pada papa gara-gara nongkrongin sekolahnya tadi.

Tepat saat itu papa muncul dari dalam rumah, bertanya apa yang mau Jung Hee laporkan padanya? Jung Hee tidak jadi bicara. Ia malah menyalahkan Jung Hee karena sering mengganggu Bong Soo. Ia mengingatkan supaya Jung Hee menghormati Bong Soo. Ah kesel saya sama bapaknya Jung Hee, terlalu membela Bong Soo meskipun Bong Soo salah!

Bong Soo mendesak Jung Hee memberikan jawaban: apakah Hae Joo sekelas dengan Jung Hee? Tentu saja Jung Hee marah dan memukuli Bong Soo yang mengikutinya sampai di kamar. Bong Soo ngacir keluar kamar Jung Hee sambil teriak, “Ma Jung Hee mukulin aku!”


Jung Hee bercermin. Ia gelisah, sembari bertanya-tanya apa cakepnya si Hae Joon? Ia sendiri kan jauh lebih cakep dibanding Hae Joon. Sekarang tanggal 10 September 1979, ia berharap hari Minggu cepat datang. “Aku kangen Jin,” gumamnya.

Besoknya di jam istirahat, ketika ketiga temannya lahap memakan bekal, Jung Hee terlihat loyo dengan kepala direbahkan di atas meja. Tak lama terdengar suara Hae Joo di speaker. Hae Joo siaran di ruang broadcasting SMA JHBS (Jeonghyeon's Broadcasting Club).

Segera Jung Hee datang ke ruang JHBS. Ia menemui Gwi Ja, Ketua JHBS, mempertanyakan kenapa Hae Joo diizinkan menjadi penyiar? Gwi Ja beralasan bahwa Hae Joo dulu DJ di sekolah lamanya dan ketua klub siaran di sekolahnya Hae Joo (yang juga temannya Gwi Ja waktu SMP) merekomendasikan Hae Joo.

Jam pelajaran olahraga. Jung Hee kebingungan mencari seragam olahraganya. Ia tak tahu kalau Ae Sook tengah menyembunyikannya. Jadilah ia tidak memakai baju olahraga.


Di lapangan, ternyata ada satu orang lagi yang tidak memakai baju olahraga, yaitu Hae Joo. Karena ia murid baru jadi belum punya seragam olahraga. Ia mau pinjam tapi gara-gara jadwal pelajaran diubah tak bisa meminjam teman di kelas lain. Ibu Guru Olahraga tak peduli. Ia tetap menghukum keduanya lari 10 keliling mengitari lapangan.

Hingga jam pelajaran olahraga selesai, Jung Hee-Hae Joo belum juga selesai lari keliling lapangan. Teman-teman Jung Hee kasihan pada Jung Hee. Ae Sook tersenyum licik melihat Jung Hee masih terus berlari.

Gwi Ja tergopoh-gopoh memberitahu Ae Sook kalau Pak Guru Oh mencarinya. Ada apa?


Pak Guru Oh tak berbasa-basi. Ia menuding Ae Sook meroko di toilet Gereja Ahram waktu Malam Budaya. Ae Sook tak bisa mengelak, karena Pak Guru Oh mengaku memiliki saksi. Ia berpikir saksi itu adalah Jung Hee. Pak Guru Oh pun memberikan hukuman berupa pukulan p*ntat pada Ae Sook. Adegannya mengerikan, Pak Guru Oh benar-benar memukuli Ae Sook dengan segenap tenaga memakai tongkat kayu yang biasa dibawanya. Apakah itu gambaran sekolah Korea tahun 1979?


Jung Hee-Hae Joo masih terus berlari. Karena sudah lelah, Hae Joo melambat dan berhasil disusul Jung Hee. Hae Joo bahkan berhenti, tapi Jung Hee mengajaknya lari pelan-pelan. Ia khawatir Ibu Guru Olahraga akan menambah hukuman. Hae Joo berusaha lari, tapi ia benar-benar tak kuat lagi dan kembali berhenti. Jung Hee menyuruh Hae Joo memegang tangannya dan berlari bersama pelan-pelan.

Selesai dari hukumannya, Hae Joo mengajak Jung Hee diskusi tentang Klub Siaran. Banyak hal belum diketahuinya. Jung Hee menolak halus, meminta Hae Joo berdiskusi dengan Soo Nim saja.

Dalam perjalanan pulang, Jung Hee melihat Ae Sook berdiri di dekat lingkungan rumahnya. Ia pura-pura tidak melihatnya dan ingin ngeloyor begitu saja. Ae Sook menyapanya, “Kamu kan yang telah mengadukanku meroko?” Jung Hee mengelak. Ae Sook tidak percaya. Ia siap berkelahi. Untung Young Choon lewat dan menegur mereka. Sontak Ae Sook langsung nempel ganjen pada Young Choon. Young Choon pergi, Ae Sook tetap membuntuti. Hahaha.


Bibi, yang melihat Jung Hee baru tiba di rumah, menanyakan keberadaan Young Choon, apakah ada di apotek? Soalnya mesin jahit nomer dua rusak. Jung Hee tidak menjawab pertanyaan Bibi dan malah membuat pernyataan kalau Young Choon adalah anggota gangster. “Benarkah?” tanya Bibi. Jung Hee mengangguk yakin.

Mamanya Jung Hee keluar. Mendengar apa yang diobrolkan, ia nyamber, “Kita nggak tauk darimana Young Choon atau apa yang dilakukannya.” Itulah kenapa Mama tidak ingin, baik Bibi maupun Jung Hee, dekat-dekat Young Choon. Bibi membela, biar bagaimana Young Choon tetap memiliki adik yang baik. Mama nyolot. Ia bilang Eng Cho bukanlah adik Young Choon, melainkan putrinya.

“Benarkah?” Bibi terlihat tidak percaya pada apa yang dikatakan Mamanya Jung Hee.

Mama melihat Bibi sibuk mengelap “guci emas” bertanya, “Bibi kenapa kamu selalu mengelap 'guci emas' itu sih?” Bibi beralasan “guci emas” itu kotor dan perlu dibersihkannya.


Hae Joo menyapa Young Choon yang sedang memperbaiki atap rumahnya. Dan tampak berusaha mengakrabinya – apakah itu berarti Hae Joo suka sama Young Choon? Entahlah. Young Choon sendiri terlihat berusaha datar menghadapi Hae Joo, lalu

Ketika Hae Joo hendak pergi, beberapa batang kayu yang dipersiapkan untuk memperbaiki atap jatuh. Young Choon yang melihat kayu-kayu itu akan menimpa Hae Joo langsung turun dan memeluk Hae Joon, membiarkan kayu-kayu itu menimpa punggungnya. Eng Cho muncul. “Young Choon!” pekiknya, lalu bengong melihat pose Young Choon masih memeluk Hae Joo dari belakang.

Young Choon buru-buru melepas pelukannya. Hae Joo menanyakan kondisi punggung Young Choon. Tentu saja Young Choon terlihat sok kuat, lalu menyuruh Eng Cho kembali ke apotek. Eng Cho tidak mau. Ia bosan dan ingin main bersama Young Choon. Hae Joo segera mengajak Eng Cho ke dalam rumah.

Setelah selesai kerja, Young Choon menanyakan apa yang Eng Cho bawa? Eng Cho menyebutkan jika itu adalah kue buatan Hae Joo. “Ia bilang kue itu untukmu,” katanya menjelaskan.


Jung Hee melatih vokalnya dalam menyebutkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Tetap saja logatnya Daegu punya, hahaha. Tiba-tiba Bong Soo muncul untuk mengagetkannya. Jung Hee berteriak.

Bong Soo bertanya, “Apa kamu berusaha mengalahkan Olivia lantaran kamu cemburu?” Jung Hee tidak tahu siapa itu Olivia. Bong Soo mengatakan bahwa itulah sebutannya untuk Hae Joo. Olivia Hussey terdengar lebih bagus dibandingkan Bunga Kosmos. Jung Hee kesal mendengar celoteh Bong Soo, kemudian mengusirnya keluar dari kamar.

Jung Hee menatap kalender, masih tanggal 11 September. “Kenapa masih hari Selasa sih?”

Bibi ingin meletakkan “guci emas” ke kamar papanya Jung Hee. Lantaran tidak ada mama, ia tak berani masuk dan hanya celingak-celinguk di depan kamar papa yang pintunya terbuka sedikit.

Jung Hee keluar kamar. Menemukan Bibi, ia bertanya, “Bibi lagi ngapain?” Bibi memberikan penjelasan. Ia kemudian meminta Jung Hee meletakkan “guci emas” itu di kamar papa, tapi Jung Hee menolak. Tak lama papa keluar. Dengan gaya diktatornya, ia meminta “guci emas” itu diserahkan padanya. “Dah senang?” tanyanya, “Balik kerja sana!” Ia juga menyuruh Jung Hee kembali belajar. (Nb. Bibi ini ternyata bukan adik mamanya Jung Hee, melainkan PRT-nya, CMIIW).

Mama selesai bekerja. Ia bertanya pada Jung Hee kemana “guci emas”-nya? Ketika Jung Hee menjawab dibawa papa, Mama heran, “Aneh. Ia pi2s dan b2rak di “guci emas” itu, tapi tidak pernah menyentuhnya.”

Young Choon melihat Eng Cho yang sudah lelap. Ia melihat kue, yang katanya Eng Cho diberikan Hae Joo untuknya, dan memakannya dengan lahap.

Hari-hari pun berlalu. Tak terasa sudah hari Sabtu saja. Jung Hee merobek kalendernya, dan sudah tanggal 15 September 1979. Jung Hee dan dua temannya di Klub Siaran mendiskusikan tentang lagu yang akan disiarkan. Hae Joo masuk ke dalam ruangan. Ia menyapa Jung Hee, tapi Jung Hee cuek.


Dan hari Minggu, tanggal 16 September 1979 pun tiba. Yeay, Jung Hee pergi ke perpustakaan tanpa terlambat lagi. Sialnya, ketika ia berada di ruangan tiket putih Son Jin tak ada. Ia berdiri memendarkan pandangan ke sekitar. Son Jin tak ada. Yang ada malah Dong Moon mengintip dari balik tempatnya duduk. Jung Hee pun pergi. “Kasihan Jung Hee. Ia sudah menunggu lama,” gumam Dong Moon.

Pada akhirnya, Jung Hee melihat Son Jin ada di perpustakaan. Rupanya belum masuk ruangan tiket putih. Ia menyapanya. Son Jin balas menyapanya, “Hai, kamu belajar disini?”

“Iya,” sahut Jung Hee, “Kupikir kamu nggak dateng.”

Son Jin menjelaskan jika dirinya datang terlambat jadi mendapatkan ruangan lain. Ia pamit pergi karena mau les dan meminta Jung Hee tidak mengikutinya lagi. “Belajar yang rajin ya,” pintanya, “Sampai jumpa.”

Jung Hee berniat mengikuti Son Jin lagi, tapi ia malah bertemu Hae Joo. Mereka pun pulang bareng.

Sepanjang perjalanan Hae Joo menggumamkan sebuah lagu. Jung Hee berpikir itu lagu berbahasa Inggris lainnya. Seolah bisa membaca pikiran Jung Hee, Hae Joo memberitahu jika lagu yang digumamkannya adalah lagu kesukaannya. Ia pun menyanyikannya dengan dance ala anak SMA. Jung Hee masih diam saja, merasa aneh kali ya? Hae Joo tidak berhenti. Ia terus menyanyi dan menari.


Pada akhirnya, Jung Hee terbahak-bahak melihat lagak Hae Joo yang lucu. Ia menyetandarkan sepedanya, lalu ikut menyanyi dan berjoget bersama Hae Joo. Tingkah yang lucu.

Hae Joo tiba di depan rumahnya. Sebelum masuk, ia mengatakan bahwa dirinya ingin menjadikan Jung Hee temannya sejak Jung Hee membantunya waktu mereka dihukum lari keliling lapangan. “Kita teman kan sekarang?” tanyanya.

Jung Hee melihat tas pundak yang dipakai Hae Joo. Ia merasa tas itu cantik. Hae Joo mengaku membuat tas pundak cantik itu sendiri waktu SMP. Mereka pun berpisah.

Besoknya, Hae Joo menghadiahi Jung Hee tas pundak cantik buatannya. Ia membuat tas itu semalaman. Jung Hee menerima tas itu dengan senang hati.

Gwi Ja, ketua Klub Siaran, memberitahu anggotanya bahwa akan diadakan acara siaran bareng dengan anak-anak cowok dari SMA Gyeryoon. Sebelum acara itu digelar, mereka akan merembuk konsep acaranya. Jung Hee senang betul, apalagi rembukan itu akan dihadiri oleh Son Jin.


Jung Hee cerita kepada tiga sahabatnya. Mereka mendukung Jung Hee ikut rapat supaya bisa makin lengket sama Son Jin. Yang jadi masalah adalah Hae Joon. Mereka menilai Hae Joon terlalu cantik, sehingga bukan tidak mungkin Son Jin akan klepek-klepek dibuatnya.  Jung Hee tidak percaya, sebab ia dan Hae Joo berteman sekarang.

Eun Ja mengatakan, “Saatnya kita menerapkan taktik The Jang Hui Bin yang menyembunyikan para cewek cantik dari pandangan raja.” Dalam kata lain, Jung Hee harus menahan Hae Joo agar tidak ikutan rapat sehingga Son Jin tidak sempat melihatnya. Jung Hee tidak mau. Ia berpikir itu curang.

“Jika kamu nggak mau mengotori tanganmu, kita aja deh yang melakukannya atas nama persahabatan!” kata Eun Ja. Jung Hee terdiam, tanda setuju.



Besok siang, Jung Hee dan anggota klub lainnya sedang membersihkan ruangan klub. Sementara itu Hae Joo sedang ditahan teman-temannya Jung Hee yang pura-puranya minta diajari Matematika di kelas. Gwi Ja yang juga masih di kelas mengingatkan Hae Joo untuk ke ruangan klub. Begitu Hae Joo mau pergi, Eun Ja minta diajari lagi. Jadilah Hae Joo tertahan lagi.

Son Jin dan anggota klub siaran SMA Gyeryoon datang. Anak-anak cowok itu menyapa Jung Hee dan anggota klub siaran SMA Jeonghyeon. Jung Hee merasa diacuhkan Son Jin, tapi Son Jin menoleh dan melihatnya, “Kita jumpa lagi. Ini pasti takdir.”

Rapat pun dimulai. Jung Hee masih memikirkan kata-kata terakhir Son Jin soal “takdir”. Ia senang. Apakah itu berarti Son Jin merindukan Jung Hee juga?

Teman-teman Jung Hee sedang sibuk sendiri. Begitu sadar, mereka sudah tak menemukan Hae Joo lagi. Ki Ryu menyebutkan kalau Jung Hee sudah pergi ke ruangan klub siaran.



Rapat menentukan siapa yang akan menjadi pembawa acaranya. Belum sempat diputuskan Hae Joo muncul. Dan ia ditanyai tentang siapa kira-kira yang bagus jadi pembawa acara dari SMA Jeonghyeon? Hae Joo menyebutkan Jung Hee. Dan Jung Hee malah ingin menyebutkan Hae Joo. Son Jin lebih setuju Jung Hee dijadikan sebagai pembawa acaranya, karena lebih mewakili identitas dari Daegu. Jung Hee senang. Ia beranggapan Son Jin hanya melihat dirinya.

Jung Hee-Hae Joo keluar sekolah bareng. Saat itu Jung Hee menemukan pesan dari Son Jin yang mengajaknya ketemuan. Ia langsung pergi meninggalkan Hae Joo.



Hae Joo menemui Young Choon di apotek. Ia memberikan undangan acara siaran di sekolahnya. Young Choon berucap terima kasih dan meminta Hae Joo tidak memanggilnya dengan sebutan “Tuan”.

Hujan turun lebat saat itu. Jung Hee tidak peduli dan tetap pergi menemui Son Jin. Ia memanggil Son Jin yang berdiri memakai payung. Son Jin berharap yang memanggilnya adalah Hae Joo. Begitu menemukan Jung Hee, antusiasnya merosot seketika. Jung Hee mengaku datang karena Son Jin mengajaknya bertemu melalui pesan di secarik kertas.



Son Jin memayungi Jung Hee yang kehujanan. Ia mengaku harus les sekarang dan menyerahkan payung yang dibawanya untuk dibawa Jung Hee. “Jangan jatuh, sampai jumpa,” ia pun pergi hujan-hujanan. Jung Hee makin besar kepala. Ia berpikir Son Jin ingin menemuinya lagi. Ia yakin akan hal itu.

Dalam perjalanan pulang, Jung Hee menyanyi-nyanyi sendiri. Hatinya sedang berbunga-bunga sekale. Bong Soo, yang sedang jalan bareng Dong Moon, meneriaknya, “Sehat? Kenapa masih pakai payung? Hujan dah reda!”


“Terus kenapa kamu masih memakai payung?” tanya Dong Moon. Jung Hee menjawab sedikit tapi tetap ketus, “Bu-kan-u-rus-an-mu!” Ia berjalan pergi meninggalkan Bong Soo-Dong Moon.

Young Choon menatap undangan yang diberikan Hae Joo untuknya. Tiba-tiba seorang gangster muncul di hadapannya. “Young Choon lama nggak jumpa. Kamu sudah dengar kan aku sudah keluar? Oiya, Ae Sook bilang kamu mengabaikannya? Benarkah?” Young Choon diam dan ingin meninggalkannya. Gangster itu tak membiarkan pergi dengan mudah dan malah memberinya tinju.

Ketika Young Choon coba tak menggubrisnya gangster itu malah mengajaknya berkelahi. Young Choon melawan dan berhasil menekan si gangster. “Heh 'teman', jangan ganggu aku atau kamu akan kubunuh!”

Jung Hee masih bersikap bak orang gila. Ia tiduran sambil membuka payung. Bibi masuk dan menanyakan apa yang terjadi? Jung Hee memang gila.


Papanya Jung Hee pulang. Ia bertanya pada Bibi kenapa tidak datang menemuinya? Wuah ada aroma perselingkuhan disini. Belum menjawab, Mamanya Jung Hee bangun. Bibi pura-pura mengepel lantai, Papa langsung masuk kamar. Hahay.

Jung Hee dan teman-teman dari klub siaran bersih-bersih di aula untuk mempersiapkan acara. Ia melihat tulisan Siaran Bareng dan membayangkan duduk di sebelah Son Jin melakukan siaran bareng.

Hae Joo meminta Jung Hee istirahat di rumah supaya bisa suara bagus dan segar. Jung Hee pun mengikuti anjuran Hae Joo. Ia pulang.

Dalam perjalanan, Jung Hee dicegat Ae Sook dan dua anteknya. Ae Sook tampak masih dendam gara-gara dilaporkan, meskipun Jung Hee sudah meyakinkannya berkali-kali kalau bukan dirinya yang mengadukannya. Mereka ingin memukuli gigi Jung Hee.


Untung Jung Hee cerdik. Waktu dipegang dua antek Ae Sook, ia berteriak, “Pak Guru Oh!” Dua anteknya Ae Sook segera melepas cengkeramannya. Itu tak disia-siakan Jung Hee yang langsung mengambil jurus seribu bayangan. Mereka kejar-kejaran. Ah, aku jadi ingat adegan dalam film Forest Gump. “Run Forest! Run!” Hahaha.

Jung Hee terpojok karena dihadapannya terhampar danau. Ae Sook dan dua anteknya mendorong Jung Hee. Terjungkal-lah Jung Hee ke dalam danau. Saat itu Jung Hee berteriak-teriak minta tolong. Bukan apa-apa ia tak bisa berenang.


Seorang “pahlawan” muncul dan langsung nyemplung ke danau untuk menyelamatkan Jung Hee. Dalam pandangan Jung Hee “pahlawan” itu adalah Son Jin. Ketika berhasil memegang Jung Hee, Son Jin si pahlawan langsung membawanya terbang keluar danau. Hihihi.

Tapi ternyata itu hanyalah imajinasinya. Kenyataannya, orang yang menolong Jung Hee adalah Dong Moon.


Setelah menarik Jung Hee keluar danau, Dong Moon kebingungan harus melakukan apa. Ae Sook dan dua anteknya menyuruh Dong Moon melakukan CPR. Dong Moon malah menyuruh mereka melakukannya. Mereka tidak mau dan meninggalkan Dong Moon sendirian.

Dong Moon mau tak mau harus melakukan CPR sendirian. Ia menekan dada Jung Hee (kena t*ket sih, hihihi). Air keluar dari mulut Jung Hee, tapi Jung Hee belum langsung sadar. Dong Moon pun meniup udara ke mulut Jung Hee dengan mulutnya. Jiah mereka ciuman. Jung Hee pun siuman.

Jung Hee membuka matanya dan menemukan dirinya ada di kamar rumah sakit. Bong Soo heboh melihat Jung Hee siuman dan memanggil Mama. Mama masuk bersama Bibi. Jung Hee menanyakan Son Jin. Bong Soo-Mama-Bibi tidak paham. “Jin, orang yang menyelamatkanku!” kata Jung Hee.


Tidak ada Son Jin. Orang yang menyelamatkan Jung Hee adalah Dong Moon. Mama memarahi Jung Hee karena telah membahayakan nyawa anak orang. Sekarang Dong Moon juga masuk rumah sakit ada di kamar sebelah.

“Oiya, aku harus cepat-cepat mandi. Besok aku siaran!” kata Jung Hee. Mama memberitahu kalau siaran sudah selesai. Jung Hee kelamaan siumannya sih. Sontak Jung Hee bangun dan kabur dari rumah sakit. Ia ke sekolah.

Benar saja, setibanya di sana, Jung Hee hanya menemukan aula yang dipakai acara sudah kosong. Ia duduk di salah satu kursi. Terpekur merenungi nasib. Dari balik panggung terdengar suara, “Hae Joo, jangan begitu, tolong jangan lakukan itu. Coba pikirkan lagi.” Tak lama kemudian, muncul Son Jin yang lagi “nembak” Hae Joo.


Jung Hee kaget. “Apa mereka berdua kencan ya?” pikir Jung Hee, “Jadi Son Jin jatuh hati padanya juga?” Hae Joo kaget melihat Jung Hee.

Ikuti tautlink berikut untuk sinopsis drama korea lainnya


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis Girls' Generation 1979 Episode 2

0 komentar:

Post a Comment