Thursday, February 19, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 278

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 277.

'Jodha Akbar' Episode 278

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 277

Jodha: "Ya, aku ingat suara di penjara."

Jalal: "Kurasa itu Ratu Chand ada di sana. Tapi ketika aku ke sana Ratu Chand sudah tidak ada. Tidak tahu kemana dia. Tidak tahu, kenapa Tuhan menghukumku."

*

Adham: "Berapa banyak tempat rahasia yang Ibu punya?"

Maham: "Tempat ini terletak persis di sebelah kamarku. Bukakan pintunya."

Adham membukanya dan melihat ruangan Ibunya.

Maham: "Aku mengatakan ini padamu supaya kamu bisa lebih berhati-hati. Tidak lama lagi, Nigaar akan menyerang Agra.

*

Nigaar: "Abu Mali, apa kamu mengirimkan surat untuk Jalal?"

Abu Mali: "Ya."

Nigaar: "Aku telah menantikan hari ini, hari dimana aku bertarung dengannya memakai pedang. Bagaimana jika mengabaikan suratku?"

Abu Mali: "Tenang dan istirahatlah."

Nigaar pun pergi. Abu Mali berpikir bahwa pasukanya akan sampai ke Agra, cepat atau lambat Jalal pasti akan mengetahuinya.

*

Di aula istana, Jalal menerima laporan bahwa Punjab diserang. Semua orang tertegun mendengarnya.

Jalal: "Pasukan siapa itu?"

Prajurit pelapor: "Saya tidak tahu Paduka."

Salah seorang prajurit kemudian membacakan surat yang dikirim Nigaar, yang menyebutkan bahwa dirinya akan segera menyerang Agra. Dia juga minta jawaban atas surat tersebut.

Jalal: "Aku akan menjawabnya nanti setelah berpikir."

*

Jodha: "Apa yang membuat Anda berpikir Paduka?"

Jalal: "Kakakku membenciku. Dia ingin bertarung melawanku."

Jodha: "Dia tidak mau bicara padamu dan jika dia berpikir bahwa Andalah yang telah menyekap Ibunya berarti ada seseorang yang telah menghasutnya."

Jalal: "Aku merasa tercekik dengan perkelahian antar-keluarga ini. Waktu aku kecil juga Bibi dari Ayah juga berkelahi dengan Ayah demi takhta. Ayah coba menjelaskannya. Dia sangat mencintainya. Kini, kejadian ini terulang kembali."

Prajurit datang untuk melaporkan pada Jalal bahwa Agra tengah diserang. Jalal bergegas pergi dengan prajurit itu. Bersama Todal Mal dan Atghah, Jalal pergi ke jalan utama Kerajaan Agra. Di sana, mereka melihat para penyerang membunuh rakyat dan membakar rumah-rumah. Segera mereka menyerang bersama pasukan, membunuh para penyerang itu.

Jalal: "Mereka menyerang kita hari ini. Karena itu, kita tidak bisa tinggal diam sekarang."

Atghah: "Nigaar telah menyerang Agra. Kita tidak bisa duduk tenang melihat dia menyerang sekarang."

Jalal: "Seseorang telah memanfaatkannya."

Atghah: "Nigaar telah membunuh orang-orang tidak bersalah, bagaimana kita bisa duduk tenang?"

Jalal: "Tidak. Aku tidak akan melakukan apapun pada kakakku. Orang-orang memanggilku Akbar. Aku tidak bisa membunuh kakakku!"

Jalal pergi dari sana.

Todal: "Setuju atau tidak, tetap saja kita harus melawan pasukan Nigaar tidak lama lagi."

*

Jodha mendatangi Jalal untuk meminta ketegasan Jalal, suka tidak suka, Jalal harus melawan Nigaar.

Jalal: "Tidak. Aku tidak akan memulai perang!"

Sementara itu, Atghah dan Todal Mal telah merencanakan pertempuran.

Atghah: "Prajurit kita sedang mencari Nigaar. Kita dalam posisi lemah sekarang."

Seorang prajurit datang dan mengatakan bahwa pasukan yang menyerang adalah pasukannya Mahachuchak yang dikirim dari Kabul. Atghah tertegun dan menanyakan apa si prajurit yakin. Prajurit mengangguk tegas.

Jodha: "Anda tidak bisa bersikap lembut padanya sekarang. Yang harus Anda lakukan sekarang adalah berjuang. Jika Anda tidak melakukan itu, maka rakyat Anda akan terbunuh. Ini sudah menjadi tugas Anda, menyelamatkan orang-orang. Kadang-kadang, Anda harus bersitegang dengan seseorang untuk membuatnya mengerti. Krishna juga bertarung dengan pamannya. Anda harus bersikap keras untuk membuat Nigaar mengerti. Sebab, Andalah raja, pelindung rakyat."

Jalal: "Jangan sebut apa yang menjadi tugas-tugasku. Aku tahu lebih baik apa yang terbaik untuk rakyatku. Tinggalkan aku sebentar."

Jodha menatap Jalal dengan tatapan sedih. Tapi, tak ada yang bisa dilakukannya, karena itu dia pergi meninggalkan Jalal.

*

Mengetahui bahwa Mahachuchak adalah ibu kandungnya, yang kini menyerang Agra, Mirza Hakim menjadi malu. Dia kaget dengan kenyataan bahwa Mahachuchak tidak menyukai Jalal.

*

Tidak dapat membujuk Jalal untuk bergerak, Jodha pergi menemui Ruqaiya yang sedang di kamar bersama Hoshiyar, main catur.

Ruqaiya: "Ini bukan kamar Jalal. Tidak sembarang waktu kamu bisa datang."

Jodha mengungkapkan apa yang menjadi tujuannya datang menemui Ruqaiya, yaitu memintanya membujuk Jalal untuk mengangkat pedang melawan pasukan Nigaar.

Ruqaiya: "Kenapa tidak kamu saja yang melakukannya?"

Jodha: "Sudah. Tapi, dia tidak bisa memahami kata-kataku. Anda adalah istri pertama Raja Jalal sekaligus teman terbaiknya. Anda memahaminya dengan lebih baik. Karena itu, Anda bisa membuatnya bergerak."

Ruqaiya: "Tidak. Sekarang, kamulah yang lebih bisa memahami Raja Jalal. Buatlah dia setuju."

Jodha: "Tidak. Cobalah pahami situasinya. Baginda tidak ingin berperang melawan Nigaar, tapi Nigaar sendiri telah menyerang Agra."

Ruqaiya: "Jadi, kamu mau Raja Jalal melawan kakaknya?"

Jodha: "Aku mau Raja Jalal memerangi orang-orang yang memanfaatkan Nigaar. Orang-orang yang telah mengambil keuntungan dari situasi. Anda tahu, Abu Mali juga menyerang Agra, setelah melihat kesempatan ini. Aku hanya ingin Raja Jalal menyelamatkan bangsanya. Apa Anda ingin Kesultanan Mughal kalah? Kalau pun sekarang Raja Jalal maju ke medan perang, maka dia akan bertarung setengah hati. Tapi Anda memberi pengertian pada Raja Jalal mengerti."

Ruqaiya terdiam, berpikir, eh malah menyuruh Jodha pergi karena dirinya mau tidur. Dia merasa Jalal masih bisa melihat permasalahan Kesultanan. Jodha pun pergi, dengan sedih. Tapi... Ruqaiya kemudian memerintahkan Hoshiyar untuk memberitahu Jalal bahwa dirinya hendak mengajak bertemu di ruang catur manusia.

*

Ruqaiya dan Jalal pun bertemu di ruang catur manusia.

Ruqaiya: "Sudah berhari-hari, kita tidak main catur manusia."

Jalal: "Agra diserang dan kamu mengajakku bermain catur?"

Ruqaiya: "Tepat. Ini bukan waktunya bermain catur ataupun bersikap emosional. Anda bukan hanya seorang sahabat, tapi raja juga. Raja adalah raja. Dia mementingkan posisinya di atas segala-galanya, termasuk saudara atau anak. Raja berhubungan erat dengan takhta. Aku tahu Anda punya hati, tapi sekarang takhta tidak membutuhkan hati yang lembut. Sekarang takhta menginginkan Raja Jalal untuk melawan semua prajurit. Kesultanan membutuhkan Raja Jalal yang akan memenangkan perang di segala perang, yang telah mengangkat pedang ketika usianya baru sembilang tahun."

Ruqaiya: "Pergilah Raja Jalal. Pakailah baju zirah Anda. Pikirkanlah, bagaimana jika mereka menghabisi Kesultanan, bisakah Anda melihat istri-istri spesial Anda mengelap peralatan di istana musuh Anda."

Jalal: "Tapi, aku tak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa melawan kakakku."

Ruqaiya: "Dia bukanlah kakakmu! Dia orang yang coba membunuh Anda. Yeah, mungkin dia tidak berhasil membunuh Anda, tapi kekuatan itu bisa menghancurkan segalanya. Pikirkanlah ayahmu. Ambillah pedang! Lawanlah orang-orang yang memanfaatkan Nigaar. Di mana Raja jalal yang menghukum kakak dan Ibunya? Bangkitlah Raja Jalal! Pergi berperang dengan musuh! Anda harus berjuang demi rakyat Anda!"

Jalal teringat kata-kata Jodha sebelumnya bahwa dirinya harus mengambil tindakan keras demi menghukum musuh-musuhnya. Dia berpikir keras.

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 279.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 278

0 komentar:

Post a Comment