Sunday, February 8, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 260

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 259.

'Jodha Akbar' Episode 260

Di dalam kamar, Jalal duduk menatap lukisan dirinya bersama Ruqaiya dengan tatapan sedih. Jodha masuk bawakan makanan. Dia bersimpuh di lantai samping Jalal.

Jodha: “Baginda, Anda belum makan apapun. Jelas ini, tak bagi bagi kesehatanmu. Ayolah, jangan Anda tolak makanan seenak ini.”

Jalal: “Aku tak nafsu makan. Saat marah, tak ada makanan apapun yang terasa enak!”

Jodha: “Bila Anda tak makan, maka Anda bisa sakit.”

Jalal: "Aku tak mau makan! Aku sedang berkabung untuk diriku sendiri. Harapanku menjadi seorang ayah lenyap saat ini. Aku tak merasakan masa kecil yang membahagiakan, karenanya aku ingin memiliki anak yang bisa kuajak bermain-main. Belum terwujud, aku sudah kehilangannya.”

Pengakuan itu buat mata Jodha berkaca-kaca. Dia juga mengaku sedih.

Jodha: “Saya pun sedih belum dipercaya jadi Ibu bagi anak dari istri Anda lainnya. Sama seperti Anda, saya juga kecewa. The show must go on! Serahkanlah semua pada Yang Kuasa. Saya yakin ada kebahagiaan yang akan diberikannya kelak. Makanan ini juga berkat dari Yang Kuasa. Bila Anda menolak makanan ini, Dia akan kecewa juga!”

Melihat Jalal bersikeras tidak mau makan, dengan cemberut Jodha juga tidak mau makan. Buru-buru Jalal melemparkan senyuman manisnya. Dibelainya cemberut Jodha.

Jalal: “Kamu ini memang wanita pemaksa dan keras kepala!”

Jodha: “Anda tahu sifat saya yang takkan menyerah sebelum mengubah keputusan Anda ke arah yang saya inginkan.”

Jalal tersenyum. Dia menyuruh Jodha duduk di kursi sebelahnya. Jodha menurutinya dan segera mengambil makanan untuk suapi Jalal. Hal ini mengingatkan Jalal akan kejadian yang telah lalu saat Jodha menghentikannya memainkan ayunan bayi dengan alasan tidak baik. Lamunan itu pecah tatkala Jodha menyuapinya lagi.

Jalal: “Sekarang aku mengerti maksud ucapanmu untuk tidak membiarkanku memainkan ayunan bayi yang kosong.”

Jodha: “Jangan sesali yang telah terjadi. Gunakan saja waktu sekarang untuk berdoa.”

Jalal iya-iya saja dengan kata-kata Jodha. Kemudian, diambilnya makanan dan disuapinya Jodha. Mereka suap-suapan jadinya, hihihi...

Shehnaz yang masih bersembunyi di dalam bejana besar bertanya-tanya sampai berapa lama harus sembunyi?

Maham berada di hutan bersama tabib.

Maham: “Kamu sudah melakukan yang terbaik. Kuharap semuanya baik-baik saja.”

Tabib: “Saya sudah mengerahkan kemampuan. Tinggal kita berharap pada Tuhan untuk bermurah hati padanya.

Beberapa prajurit membawa bejana besar dan mengeluh bejananya berat sekali. Salah seorang prajurit pembawa bejana besar itu membukanya. Shehnaz yang ada di dalamnya ketakutan. Dia pejamkan mata dan berpikir khatam riwayatnya. Namun, belum sempat dilihat isinya, teman prajurit menyuruhnya menurupnya. Shehnaz menarik napas legaaa.

Saat mereka semua pergi, barulah Shehnaz keluar dari dalam bejana. Dia menyapu pandangan dan merasa ada di tempat yang salah. Belum sempat pergi, dia dengar suara berisik. Dicarinya asal suara. Dia pun temukan seorang wanita yang sedang menggendong boneka. Obor di tangannya pun terjatuh waktu mengetahui siapa wanita yang dilihatnya itu... adalah Ibunya Shehnaz, yaitu Ratu Chand.

Shehnaz: “Ibu... akhirnya kutemukan dirimu. Semua orang bilang ibu sudah meninggal, tapi aku sama sekali tak pernah mempercayainya. Sekarang lega perasaanku.”

Ratu Chand: “Kamu putriku?”

Shehnaz menyangka Ibunya masih mengenalinya. Tapi, waktu Ibunya menyorongkan boneka itu sebagai putrinya senyum diwajahnya hilang. Shehnaz menatap Ibunya dengan tatapan sedih. Dia menggeram.

Shehnaz: “Jalal harus bertanggung jawab! Akan kubuat dia membayar dan meletakkan kepalanya di kaki Ibuku! Aku berjanji pada Ibu akan kurebut takhta Mughal dan membuatmu bahagia melihatku berada di pucuk pimpinan kerajaan ini!”

Ruqaiya: “Aku tidak mengerti kenapa Baginda tidak marah dan membenciku?”

Jodha datang dan Ruqaiya bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Dia yakin benar Jodha datang untuk meminta maaf padanya.

Jodha: “Maaf, saya baru menjenguk Anda, Ratu Ruqaiya.”

Ruqaiya: “Aku tak butuh simpatimu. Saat ini, aku tak menginginkan apapun.”

Jalal masuk menemui mereka berdua. Jalal membenarkan ucapan Ruqaiya bahwa mereka berdua akan move on lupakan masa lalu yang sedih dan menyakitkan.

Jalal: “Harusnya ayunan bayi ini dibawa keluar. Aku tak mau lihat Ratu Ruqaiya terluka lagi.”

Jalal panggil pelayan dan minta ayunan itu dipindahkan ke kamar Jodha. Ruqaiya mengatakan ingin bicara empat mata dengan Jalal. Jodha tinggalkan mereka berdua.

Ruqaiya: “Saya tak tahan dengan sikap Anda. Kenapa Anda tak memberi saya hukuman atas kesalahan yang telah saya perbuat? Silakan hukum saya, Baginda.”

Jalal: “Biar Allah saja yang memberimu hukuman. Aku hanya bisa sedih belum diberi kesempatan menjadi ayah dan kamu sendiri belum mendapat kesempatan menjadi Ibu!”

Ruqaiya menangis mendengar kata-kata itu.

Javeda datang menemui Maham di kamarnya.

Javeda: “Apakah Anda sedang tidur Ibu?”

Maham: “Tidak. Aku sedang berkuda!”

Javeda: “Saya hanya mau sampaikan sesuatu yang gangu tidur saya. Anda pergi ke mana semalam Ibu?"

Maham, “Aku ke neraka!"

Resham geli mendengar perbincangan itu. Javeda sih senyum saja. Tidak sadar Maham menyindirnya untuk enyah dari hadapannya!

Javeda: “Ibu, Ratu Ruqaiya keguguran lagi.”

Maham bangun mendengar kabar itu, sepertinya terkejut. Maham menatap Resham minta penjelasan.

Resham: “Saya juga baru mendengarnya.”

Javeda: “Ini pasti membuat Anda patah hati. Anda bisa menangis di bahu saya, karena saya adalah anak menantu Anda.”

Maham: “Tidak butuh!”

Javeda: “Baiklah, saya pergi saja.”

Javeda pun ngeloyor pergi. Maham langsung mendamprat Resham. Disuruhnya Resham pergi.

Maham: 'Kamu mendapat gilirannya pada akhirnya. Seharusnya kamu sadar bahwa kamu takkan pernah hamil, apalagi sampai punya anak? Bagaimana mungkin anak di dalam kandungannya mati? Apa ini trik baru kamu Ruqaiya?'

Shehnaz melihat Jalal. Dia mendesis takkan melepaskan Jalal.

Shehnaz: “Kamu telah buat Ibuku menderita. Bertanggung jawablah! Aku putri raja, tapi hidupku bak pengemis. Semua itu gara-gara kamu, Jalal!”

Shehnaz mengikuti langkah Jalal dan bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa Jalal berkeliaran seorang diri? Kemudian, dia mengambil pisau yang diselipkan di pinggang Jalal. Tanpa berlama-lama, dia tusuk perut Jalal. Tersungkurlah Jalal. Dia muntah darah. Shehnaz menikamnya berkali-kali.

Shehnaz: “Kamu tak pantas hidup!”

Prajurit pengawal datang menangkap Shehnaz yang masih saja menatap Jalal yang sudah meregang nyawa.

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 261.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 260

0 komentar:

Post a Comment