Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 206.
Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 207
Sambil memberi makan burung-burung merpati di taman istana, Ratu Jodha mengatakan kepada Moti, "Hari ini Baginda marah besar. Sepertinya aku harus meminta maaf padanya, karena telah mendorongnya beberapa waktu lalu."
Sang ratu ingin melakukannya sekalian menyatakan bahwa bibit cinta di hatinya mulai bersemai. Moti meminta Ratu Jodha untuk pergi dan mengatakannya pada Raja Jalal sekarang juga.
Di sisi lain, Raja Jalal mengungkapkan pada Ibu Angkatnya, PM Maham, atas kekesalannya terhadap sikap Ratu Jodha. Dia tidak yakin masih bisa mempercayainya atau tidak? "Bagaimana aku bisa bertanya padanya sementara dia ingin menyembunyikannya dariku?" desis Raja Jalal. PM Maham diam mendengarkannya saja.
"Aku tidak meragukannya," sambung Raja Jalal, "Tapi kenapa dia bisa menyembunyikan sesuatu dariku? Itulah pertanyaan besarnya."
Di aula istana, PM Maham memberikan laporan bahwa putranya, Adham Khan, telah kembali dengan berita kemenangan. Tidak hanya itu, dia juga membawa harta rampasan perang yang banyak. Raja Jalal berkomentar bahwa itu berita yang bagus. Meski begitu, dia yakin Bahadur masih hidup dan akan menyusun kekuatan untuk menyerang Malwa lagi. Karenanya, dia memutuskan menunjuk Abdullah sebagai menteri di Malwa atas rekomendasi Tuan Atgah Khan.
Tentu saja Adham Khan menggeram. Yang memenangkan perang dirinya, yang mendapat jabatan orang lain. Raja Jalal memerintahkan Adham Khan untuk terjun lagi ke medan laga – mencari beberapa negara dalam lingkup Mughal yang membutuhkan bantuan. Selepas itu, sang raja pergi. Adham Khan hanya bisa menatap wajah Ibunya sambil menahan amarah yang bergemuruh di dalam dadanya.
Seorang prajurit rekanan Adham Khan, namanya Shahab, meniup-niup api kemarahan di dada Adham Khan dengan melontarkan sebuah pertanyaan: kenapa PM Maham selaku Ibunya Adham Khan tidak mengatakan apapun, sewaktu Raja Jalal menunjuk Abdullah sebagai menteri di Malwa? PM Maham menyahut bahwa dirinya tak berhak mengatakan apapun.
"Aku yang menang perang, tapi orang lain yang mendapat jabatan!" sembur Adham Khan, "Tuan Atgah Khan-lah biang kerok semuanya. Yang kata-katanya lebih dianggap dibandingkan perdana menterinya. Ibu, Raja Jalal hanya menganggap Anda sebagai pelayannya saja, padahal jabatan Anda adalah perdana menteri."
Mendengar pernyataan putranya yang keras, PM Maham meminta Shahab membuat Adham Khan mengerti. Namun, Shahab justru membela apa yang diucapkan Adham Khan. "Kesabaranku habis! Akan kumulai perang melawan Raja Jalal. Tak sudi aku menjadi bayangannya terus. Akan kubunuh dia!" lanjut Adham Khan.
PM Maham meminta semuanya pergi, karena ingin bicara empat mata dengan Adham Khan. Dia menjanjikan akan membawakan takhta Deli untuk Adham Khan tanpa harus berperang atau membunuh Raja Jalal. Dia akan memenangkan takhta itu tidak lama lagi. Adham Khan bosan bertaruh dengan waktu dan muak mendengar janji-janji Ibunya. Dia pergi.
Kepergian Adham Khan membuat PM Maham menitikkan air mata kesedihan. Dalam hati dia berjanji akan merebut takhta Deli dari tangan Raja Jalal dan memberikan pada putranya. "Aku harus memainkan permainanku sekarang!" tukasnya, sambil menyeka air mata.
Ratu Ruqaiya menemui PM Maham untuk memberitahu bahwa dirinya ingin memberikan Raja Jalal dan Ratu Jodha sebuah kejutan. Dengan begitu, keduanya akan semakin menjauh. Dia telah menerima informasi perselingkuhan Ratu Jodha dari Hoshiyar. "Bukankah Hoshiyar telah menjadi pelayan Ratu Jodha?" tanya PM Maham. Ratu Ruqaiya membenarkannya, tapi Hoshiyar menyatakan kesetiaan untuknya. Menjadi pelayan Ratu Jodha adalah alibi sempurna untuk mendapatkan informasi. PM Maham tersenyum, memuji kehebatan Ratu Ruqaiya.
"Aku tidak peduli pujian Anda, Ibu Maham. Yang ada di benakku adalah membiarkan Ratu Jodha menemui pria itu, sehingga Raja Jalal akan meragukan kesetiaannya jika tahu."
"Baiklah, saya akan memberikan kejutan untuk Anda," tukas PM Maham, "Pria yang ditemui Ratu Jodha ada di istana ini. Dia menyamar sebagai seorang pelayan, yang bekerja untuk Bakshi Bano. Anda tentu tahu siapa dia?" Mendapat informasi ini, Ratu Ruqaiya terlihat bersemangat, mengajak PM Maham untuk melaporkannya pada Raja Jalal, biar Ratu Jodha diusir.
PM Maham meminta ratu kepala bersabar hingga Ratu Jodha dan Dilawar KW bertemu. "Kita akan membuat Raja Jalal melihat dengan mata kepalanya sendiri. Mereka akan tertangkap basah tanpa bisa mengelak!" Dia mengatakan rencananya.
Bakshi sedang tertidur, ketika Dilawar KW duduk di sisinya sambil berpikir bahwa keragu-raguan Raja Jalal mulai muncul. Dia merasa telah salah mengambil langkah, karena tidak mencari seorang pria untuk dijadikan calon pendamping - sehingga tidak dicurigai.
Sharifudin datang dan berkomentar bahwa Bakshi terlihat sangat cantik. Dia memerintahkan Dilawar KW untuk mengambil mantel dan mengenakannya pada Bakshi. "Katakan padanya, jika dia bangun, aku datang," katanya, kemudian pergi lagi. Seperginya Sharifudin seorang pelayan datang memberitahukan bahwa PM Maham memanggil.
PM Maham meminta seorang pelukis menggambar seseorang sesuai ciri-ciri yang disebutkannya. Di saat bersamaan, Dilawar KW datang. Segera PM Maham mengatakan, "Mulai ini hari, kamu akan melayani Ratu Ruqaiya. Aku telah menunjuk pelayan lain untuk mengurusi Bakshi."
Dilawar KW aka Sujamal merasa bahwa PM Maham mengetahui sesuatu. Toh, saat Raja Jalal bertanya padanya PM Maham ada di sana. Dia pergi.
Pelukis bertanya kepada PM Maham alasannya meminta dibuatkan lukisan pelayan. "Beraninya kamu mempertanyakan itu?!" tukas PM Maham mendelik, "Lakukan saja pekerjaanmu!"
Di kamarnya, Ratu Ruqaiya menyuruh seorang pelayan memberikan perhiasan pada Ratu Salima dan Bakshi. Pelayan bertanya bagaimana dengan Ratu Jodha? Marahlah Ratu Ruqaiya. "Apa aku menyebut namanya? Beraninya kamu menyebutnya padahal tidak kusebut dia, pergi!" ucap Ratu Ruqaiya.
Dilawar KW datang. Ratu Ruqaiya menebak bila Dilawar KW adalah seorang pria Rajvanshi yang datang menemui Ratu Jodha. Dia memerintahkan Dilawar KW untuk memijat kakinya, karena lelah. Dia tahu seorang Rajvanshi takkan pernah mau menyentuh kaki seorang Mughal! Dilawar KW aka Sujamal memikirkan hal yang sama. Dia lebih memilih dicabut nyawanya daripada melakukan itu.
Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 208.
0 komentar:
Post a Comment