Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 204.
Pada episode sebelumnya, Raja Jalal akhirnya mendatangi kamar Ratu Jodha setelah ngililir (terbangun) tengah malam. Dia berjalan dengan sempoyongan ke kamar Ratu Jodha dari kamar Ratu Ruqaiya untuk menanyakan sesuatu.
Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 205
Ratu Ruqaiya dibantu mandi oleh para pelayan. Seorang ratu yang tidak pernah nongol datang (kita sebut dia ratu tak dikenal).
Ratu tak dikenal - "Hari ini, Ratu Ruqaiya tampak lebih cantik, pasca luluran."
Ratu Ruqaiya - "Berhentilah memujiku. Beritahu aku apa yang kau mau?"
Ratu tak dikenal - "Aku mendengar Baginda bersamamu semalam. Bagaimana kau menghabiskan malam? Aku mau tahu tentang itu."
Ratu Ruqaiya (tersenyum) - "Baik, raja dan aku sudah berbicara panjang. Kami bermain Chausar dan beberapa minuman bersama. Raja juga bermalam di tempatku. Dia tak mau bicara tentang siapapun. Kami menghabiskan malam bersama dan dia pergi di pagi hari, tapi dia tak menganggu tidurku.
Ratu tak dikenal - "Kadang-kadang, aku iri padamu. Kau cukup beruntung menghabiskan waktu dengan kaisar. Aku bahkan tak ingat kapan terakhir aku bertemu Baginda."
Ratu Ruqaiya - "Aku harus pergi secepatnya. Aku yakin Ratu Jodha pasti marah, mengetahui Raja Jalal ada di kamarku. Aku takkan membuatnya menunggu."
Ratu Jodha berdoa di kamarnya, sementara Raja Jalal masih terlelap. Moti datang dan langsung mengoceh. Ratu Jodha memintanya bersuara pelan-pelan. Moti pun melirik ke arah tempat tidur.
Moti - “Paduka di sini?”
Ratu Jodha - “Ya. Sepertinya dia kelelahan.”
Moti - “Hamba tahu Beliau pasti akan menemui Anda. Kalau begitu, hamba akan pergi supaya tidak mengganggu.”
Ratu Jodha - “Tunggu! Kamu mau ke mana? Jangan beritahu orang lain bila raja ada di sini.”
Beberapa waktu berikutnya, Ratu Ruqaiya datang ke kamar Ratu Jodha untuk memamerkan kebersamaannya dengan Raja Jalal.
Ratu Ruqaiya - “Ratu Jodha, apa kabarmu? Bukankah ini hari yang indah?”
Ratu Jodha - “Iya, Anda benar, Ratu Ruqaiya.”
Ratu Ruqaiya - “Kusangka kamu masih terlelap karena tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Kamu pasti menduka telah melakukan gerakan pintar, dengan menyerahkan posisi ratu kepala, Paduka akan menghabiskan waktu lebih banyak denganmu hah? Keberuntungan sedang tidak bersamamu, Ratu Jodha. Sudah kehilangan posisi, kehilangan tugas pula menemani Paduka. Semalam Paduka bersamaku, kurasa aku musti memberitahumu. Semalam merupakan malam terindah di antara malam-malamku lainnya. Paduka tampak begitu mencintaku. Dengar ya Ratu Jodha, aku akan selalu menjadi ratu spesial biar bagaimanapun juga. Semuanya milikku!”
Namun, akhirnya Ratu Ruqaiya termakan omongan sendiri ketika melihat Raja Jalal ada di tempat tidur Ratu Jodha. Dia hanya bisa menatap Ratu Jodha tanpa kuasa berkata apa-apa. Kemudian pergi.
Setelah Ratu Ruqaiya pergi dari kamar, Raja Jalal terbangun dan merasa masih berada di kamar Ratu Ruqaiya. Lalu, Ratu Jodha memberikannya segelas air. Raja Jalal mengernyitkan dahi.
Raja Jalal - “Ratu Jodha, apa aku telah bermimpi? Apa yang kamu lakukan di kamar Ratu Ruqaiya?”
Ratu Jodha - “Anda tidak sedang bermimpi atau apapun. Ini bukan kamar Ratu Ruqaiya. Ini kamar saya. Anda disini semalaman.”
Raja Jalal bangun sambil memegangi kepalanya yang pening. Kemudian, dia mencoba memastikannya dengan melihat ke arah patung Dewa Krishna.
Raja Jalal - “Kenapa kamu membawaku ke sini?”
Ratu Jodha - “Saya tidak membawa Anda. Justru Anda-lah yang datang sendiri. Anda mabuk semalaman. Jadi...”
Raja Jalal turun dari tempat tidur dan Ratu Jodha memanggilnya.
Ratu Jodha - “Baginda, apa yang ingin Anda tanyakan kemarin pada saya?”
Raja Jalal mengernyitkan dahi, coba mengingat-ingat.
Raja Jalal - “Apa saja kukatakan padamu semalam, Ratu Jodha?”
Ratu Jodha - ”Anda mengatakan tidak menyukai apa yang saya lakukan.
Raja Jalal - “Terus?”
Ratu Jodha - “Terus, Anda terlelap, sebelum mengatakan apa-apa.”
Raja Jalal (lega) - “Ratu Jodha, kurasa aku harus segera kembali ke kamarku.”
Ratu Jodha (menahannya) - “Tunggu, Baginda. Saya mau tahu apa yang ingin Anda utarakan semalam?”
Raja Jalal bertanya pada dirinya sendiri, haruskah dirinya menanyakan soal pertemuan Ratu Jodha dengan pria tak dikenalnya itu. Apa harus Ratu Jodha menjelaskan yang sebenarnya?
Ratu Jodha (sedikit memaksa) - “Kumohon katakanlah.”
Namun, Raja Jalal memutuskan untuk tidak mengatakannya. Dia mengaku sedang mabuk, sehingga mulutnya berkicau tanpa kontrol. Dia mendekati Ratu Jodha, seolah ingin memeluknya, tapi yang terjadi adalah dirinya cuma mengambil gelas yang berada di meja. Setelah melihat-lihatnya dan meletakkannya di meja kembali, Raja Jalal pergi. Ratu Jodha hanya terdiam.
Beberapa pelayan membantu Raja Jalal mandi. Tapi, kemudian mereka pergi saat Ratu Ruqaiya datang dengan wajah kesal.
Raja Jalal - “Aku senang kamu datang. Kamu akan memandikanku dengan lebih baik dibanding para pelayan. Setelah itu, kamu bisa memilihkan aku pakaian yang sebaiknya kukenakan.”
Ratu Ruqaiya (duduk di sisi bak mandi) - “Kenapa harus saya lakukan semua itu? Kenapa Anda tidak meminta Ratu Jodha saja untuk melakukannya?”
Raja Jalal - “Kenapa kamu mau dia yang melakukannya?”
Ratu Ruqaiya - “Jangan membodohi saya, Paduka. Semalam Anda mengatakan tak mau bicara dengan Ratu Jodha, tapi kenapa Anda ke kamarnya?”
Raja Jalal - “Hanya karena aku pergi ke sana dalam keadaan tidak sadar, bukan berarti dia penting bagiku kan? Bila kamu tidak mau memandikanku silakan saja pergi.”
Ketegangan Ratu Ruqaiya melunak. Dia akhirnya mau memandikan Raja Jalal, yang bertanya alasan Ratu Ruqaiya selalu marah kepada Ratu Jodha.
Ratu Ruqaiya - “Kenapa Anda semalam bertandang ke kamarnya? Aku jadi merasa bila dirinya penting bagi Anda?”
Raja Jalal - “Aku hendak mengajukan beberapa pertanyaan untuknya.”
Kemudian, Ratu Ruqaiya memeluk kepada Raja Jalal untuk memunculkan suasana romantis. Dia minta mereka tidak membicarakan hal ini.
Sementara itu, Ratu Jodha sedang mondar-mandir kebingungan di kamarnya ketika Moti kembali datang. Moti memberitahukan Hoshiyar menangis tanpa mengatakan alasannya. Ratu Jodha pergi untuk mencari tahu alasannya.
Ratu Jodha - “Hoshiyar, kenapa kamu menangis? Apa yang mengganggu pikiranmu?”
Hoshiyar berdiri melihat Ratu Jodha datang. Dia menjelaskan alasannya menangis hari ini adalah ultahnya dan dirinya merindukan Ibunya. Dia memperlihatkan kalung yang diberikan Ibunya saat dirinya ultah.
Ratu Jodha - “Kenapa tidak memberitahuku soal ultahmu?”
Hoshiyar - “Kenapa seorang pelayan seperti hamba harus memberitahu ultah kepada Anda, Ratu Jodha? Hamba mengutuk hari kelahiran hamba sendiri. Hamba bukan pria, bukan juga wanita (manusia sengketa, red.) karena tak seorang pun mau menikah denganku. Bukan hanya hamba yang mengutuk hari kelahirannya, semua pelayan melakukannya.”
Ratu Jodha - “Hoshiyar, hidup adalah anugerah Tuhan, bagaimana bisa kamu mengutuknya? Itu sama saja kamu telah mengutuk Tuhan, yang telah memberikan kita kesempatan hidup. Tuhan akan marah waktu kita marah terhadap hidup yang telah diberikan-Nya. Hoshiyar, belajarlah mencintai dirimu. Syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah.”
Di sisi lain, Ratu Ruqaiya, PM Maham, dan para pengurus harem lainnya tengah mengecek pembukuan harem. Ratu Ruqaiya melempar buku keuangan tersebut setelah melihat pengeluaran yang membengkak. PM Maham memungutnya untuk melihat secara sekilas, dan seperti biasa mengipasi api kecil yang telah terbentuk.
PM Maham - “Pasti ini ulah Ratu Jodha. Dia pintar memanipulasi penambahan pengeluaran ketika menjabat ratu kepala.”
Dan kebetulan, Ratu Jodha datang untuk meminta izin kepada Ratu Ruqaiya merayakan hari ultah Hoshiyar. Jelas saja, ini membuat Ratu Ruqaiya tertawa. Bagaimana bisa seorang ratu merayakan ultah pelayannya? PM Maham si pahlawan kesiangan mendukung opini Ratu Ruqaiya. Ditolak, Ratu Jodha berniat menemui Raja Jalal untuk meminta izin.
Ratu Ruqaiya masih terus tertawa. Dia yakin benar, Raja Jalal akan memarahinya. Dia juga menginformasikan kepada PM Maham bahwa Ratu Jodha telah menemui seorang pria tak dikenal malam-malam. Keduanya menertawakan kebodohan sang ratu yang telah membohongi Raja Jalal.
Dilawar KW memberikan lukisan Ratu Jodha ke empunya atas perintah Bakshi. Sharifudin melihatnya dan menahannya. Dia perintahkan Dilawar KW untuk mengembalikan lukisan itu ke kamarnya. Di saat itu, Raja Jalal lewat dan Sharifudin memerintahkan Dilawar KW untuk membawa lukisan itu ke kamar Raja Jalal. Hal itu sempat membuat Dilawar KW bertanya-tanya.
Di kamarnya, Raja Jalal memandangi lukisan Ratu Jodha dan buru-buru menutupinya dengan kain ketika pelayan memberitahunya Ratu Jodha datang. Saat itu, Ratu Jodha meminta izin untuk merayakan ultah Hoshiyar.
Raja Jalal - “Tidak. Bila Ratu Ruqaiya menolaknya, aku takkan mengizinkannya.”
Ratu Jodha coba memberikan penjelasan, tapi Raja Jalal memotong dan membentaknya.
Raja Jalal - “Kamu tidak dengar ucapanku? Apa kamu pikir aku akan mengubah keputusanku jika kamu memintanya lagi? Tidak! Aku sibuk!”
Raja Jalal pergi meninggalkan Ratu Jodha yang menangis setelah dibentaknya.
Dalam sebuah narasi, terdengar Ratu Jodha dan Raja Jalal saling berbincang (Tidak diperlihatkan adegannya, hanya dialog).
Ratu Jodha - 'Kita makin jauh. Saya tak bisa memberitahu Anda apapun, setelah Anda salah paham pada saya.'
Raja Jalal - 'Aku marah, sebab kamu telah membohongiku, tapi aku juga marah padamu atas sebab lain. Aku tak mau kehilangan ketenangan. Keadaan memaksaku. Aku tak bisa kendalikan diri, karena kamu juga tak memberitahuku kebenarannya.”
Ratu Jodha - 'Saya memiliki alasan sendiri untuk tidak mengatakannya pada Anda.'
Raja Jalal - 'Ratu Jodha, aku tak ingin menyakitimu. Kondisilah yang membuat kita salah paham. Kita tidak berdaya melawannya.'
Ratu Jodha - 'Saya selalu percaya pada Anda, Baginda.'
Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 206.
0 komentar:
Post a Comment