Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 185 (Bagian 1)

Sebelumnya baca: sinopis 'Jodha Akbar' episode 184.

Di episode sebelumnya, Ratu Ruqaiya makin merasa terancam posisinya, setelah semua orang termasuk Raja Jalal memihak Ratu Jodha dan berniat menjadikannya kepala harem yang baru.

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 185 (Bagian 1)

Ratu Jodha dan Moti melewati pasar sepulangnya dari kuil. Mereka melihat rombongan budak yang tampak kehausan digiring oleh para prajurit. Ratu Jodha melihat di antara para budak tampak para manula yang kondisinya terlihat mengenaskan. Dia pun mendekati rombongan itu, tapi salah seorang prajurit yang menggiring budak-budak itu menghalaunya.

“Aku hanya ingin memberi mereka minum,” kata Ratu Jodha. Prajurit penggiring menggeleng bahwa itu tidak boleh dilakukan. “Kamu pikir mereka itu binatang? Mereka manusia yang pantas diberi minum,” hardik Ratu Jodha. Tetap saja si prajurit tak bergeming. Lalu, Ratu Jodha menggunakan kekuasaannya, mungkin karena si prajurit belum mengenalinya, dengan mengatakan, “Aku ini ratu! Kamu menghalangi langkahku, menyingkirlah!” Segera, prajurit memberi jalan kepada Ratu Jodha.

Ratu Jodha menuang air di dalam kendi yang dibawanya, di mana para budak itu berebut meminumnya. Setelah dahaga sedikit terpuaskan, mereka curhat belum makan selama tiga hari tiga malam. Ratu Jodha kemudian mengatakan supaya para prajurit penggiring memberikan makan dulu kepada para budak sebelum membawa mereka ke mana-mana. Para prajurit mengiyakan, kemudian menggiring para budak lagi diikuti tatapan prihatin Ratu Jodha.

Moti mengajak Ratu Jodha pergi dari sana. Ratu Jodha tidak langsung bergerak, seolah memikirkan sesuatu. Tapi, ketika pikirannya sudah kembali, dia mengikuti langkah Moti. Saat membuka tandu, Ratu Jodha kaget melihat seorang anak kecil telanjang dada ada di sana. Prajurit pengawalnya bertanya, “Ada apa ratu?”

Anak kecil itu menyatukan kedua tangannya dan menggeleng, memohon Ratu Jodha tidak memberitahu pengawalnya akan keberadaan dirinya. “Oh, tidak ada apa-apa,” sahut Ratu Jodha kemudian masuk ke dalam tandu.

Di dalam tandu, Ratu Jodha bertanya siapa nama anak kecil itu? “Babu,” sahut anak kecil itu. Kemudian, Ratu Jodha memberikan prasad yang dibawanya dari kuil untuk Babu, yang segera memakannya dengan lahap.

Ratu Jodha menanyakan asal usul Babu. “Hamba sampai ke sini, setelah kabur dari prajurit yang membawa hamba, ratu,” sahut Babu, “Hamba memiliki seorang ibu, tapi Beliau dijual oleh tuan tanah. Karena itulah, hamba terpisahkan dari ibu hamba.” Menunjukkan perasaan kasihnya, Ratu Jodha mengelus kepala Babu.

Setelah sampai di istana, Ratu Jodha membawa masuk Babu ke kamarnya. Moti berkomentar bila tindakan Ratu Jodha telah melanggar aturan harem. Namun, Ratu Jodha menyahut bahwa dirinya tidak tega meninggalkan Babu. Moti tersenyum – itulah yang disukainya dari Ratu Jodha.

“Ya, Allah, anak siapa ini?” tanya Ratu Ruksar begitu masuk ke kamar Ratu Jodha. Lalu, Ratu Jodha memberitahu siapa Babu sebenarnya. Ratu Ruksar tersenyum, “Itulah mengapa kamu cocok memimpin harem menggantikan Ruqaiya. Hatimu baik dan kamu memiliki kelayakan itu.”

Ratu Jodha tersenyum canggung bahwa tujuannya membawa Babu bukanlah itu. Dia menilai bahwa Ratu Ruqaiya tetap lebih cocok dibandingkan dirinya, sebab dia adalah ratu utama. “Ah, tetap kamu ini cocok mengurusi harem,” sahut Ratu Ruksar, “Apa kamu mau tahu kondisi harem ini yang sebenarnya?” Ratu Jodha berpikir beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk tahu apa yang telah terjadi di harem.

Ratu Ruksar mengajak Ratu Jodha berkeliling. Salah satunya menemui pelayan yang telah dilanggar hak-haknya oleh Ratu Ruqaiya, karena dipaksa tetap bekerja walaupun sakit. “Apa Ratu Ruqaiya tahu semua ini?” tanya Ratu Jodha.

“Tentu saja dia tahu,” sahut Ratu Ruksar, “Tapi dia menutup mata mengetahuinya, karena menilai para pelayan ini dianggap sebagai tawanan perang yang harus bekerja memenuhi perintahnya. Mereka mau tak mau mengikuti aturan yang berlaku.”

“Ini tidak manusiawi!” desis Ratu Jodha. Meski begitu, Ratu Jodha mengaku tidak ingin memicu polemik terhadap siapapun, apalagi terhadap Ratu Ruqaiya.

“Kumohon pikirkanlah Ratu Jodha. Kekuasaan Ratu Ruqaiya hanya bisa dihentikan olehmu atau paduka sendiri,” jawab Ratu Ruksar. Setelah mengatakan hal itu, dia pergi meninggalkan Ratu Jodha yang jelas masih menggalau.

Pada malam harinya, Ratu Jodha merenung di dekat timbangan besar. Dia bertanya pada dirinya sendiri mengapa Ratu Ruqaiya bertindak sewenang-wenang? Bayangan Ratu Ruqaiya tertawa-tawa pun muncul dan mengatakan, “Akulah ratu utama. Harem milikku, selamanya milikku!”

Kemudian, muncul pula bayangan para budak manula dan Babu yang meminta pertolongannya. Hal ini membuat hati Ratu Jodha semakin bimbang.

Raja Jalal muncul dan mendekati Ratu Jodha. Melihat suaminya datang, Ratu Jodha berkata, “Saya bingung Paduka. Apa yang harus saya lakukan?”

Raja Jalal memegang pundak Ratu Jodha, yang tumbennya tidak ditepis, dan berkata menenangkan bahwa setiap permasalahan pasti memiliki jawabannya. “Dan jawabannya akan diberikan oleh timbangan itu,” tukas Raja Jalal. Ratu Jodha mengernyitkan dahi, bertanya-tanya bagaimana bisa timbangan memberikan jawabannya? Namun, sang raja tersenyum menjelaskan bahwa sang ratu akan memiliki keputusan yang tepat. “Kamu lebih baik dibandingkan Ratu Ruqaiya, semua orang mengakui itu, termasuk Ibu Suri dan Ratu Salima.”

Dia menambahkan, “Bila kamu mengambil keputusan yang tepat, seluruh orang di harem akan menaruh hormat padamu. Sejak kita menikah, kamu kan tahu aturan yang berlaku di sini. Aturan yang berlaku bahkan sebelum aku menjadi raja. Aturan itu akan selalu seperti itu. Kadang bila menghadapi masalah, kita selalu bergantung pada kekuatan, kini saatnya kamu menggantungkan bakatmu untuk menyelesaikan tiap permasalahan yang kamu hadapi Ratu Jodha. Kamu tak bisa selalu mengandalkan kekuatan.”

Belum selesai, dia melanjutkan, “Bila kamu tak sanggup merampungkan sebuah masalah, takkan ada orang yang akan menghormatimu. Tunjukkan pada semua orang kamu mampu, walaupun itu adalah masalah yang pelik sekalipun. Kamu harus yakin bisa menyelesaikannya. Jangan merasa lemah, hanya karena dirimu lemah!”

Ratu Jodha menyeresapi kata-kata sang raja. Dia melipat tangannya di dada, lalu memberi pamit. Seperginya Ratu Jodha, Raja Jalal mengatakan dalam hati, “Walau kamu tak mencintaiku, aku tetap akan selalu berusaha membantumu.” (poor you are Jalal, poor your are...).

PM Maham melihat Ratu Jodha sedang berjalan. “Lihat dia, Resham,” kata PM Maham, “Dia sedang kebingungan. Rasakan!”

Resham nyengir kuda dan meremehkan Ratu Jodha, “Ah, kalau dia sih tidak ada apa-apanya dibanding...”

Belum kalimatnya selesai, PM Maham memotongnya, “Ratu Ruqaiya pasti sedang mengalami hari-hari yang berat.”

Ratu Ruqaiya terlihat ceria di kamarnya. Dia bertanya pada Hoshiyar apa yang membuatnya bersuka cita? “Itu karena takkan ada orang yang bisa menggganggu posisiku lagi.” Hoshiyar setuju dengan itu. Lalu, Ratu Ruqaiya mengatakan bahwa dirinya ingin tidur. Hoshiyar membantu menyelimuti Ratu Ruqaiya yang segera tidur dengan cantik.

“Tapi, kalau ada yang berani melawanku sekarang, akan kuusir mereka dari sini!” desisnya sebelum memejamkan mata.

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 185 - bagian 2.