Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 164.
Di episode 164, Ratu Jodha memberikan Benazir hadiah lukisan Dewa Krishna tengah mengalahkan Kaliya sebagai bentuk simbolisasi Dewa Krishna akan melindungi Raja Jalal dari racun Benazir. Meski begitu, Ratu Jodha masih belum tahu bagaimana cara membuat Raja Jalal percaya padanya.
Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 165


Ratu Jodha sembahyang – bermunajat kepada Dewa Krishna agar Raja Jalal dilindungi. “Jangan biarkan apapun menimpa suami Hamba. Ini merupakan salah satu tanggung jawab Anda untuk menjagainya,” pinta Ratu Jodha penuh harap. Di sisi lain, Raja Jalal baru saja selesai shalat. Dia juga bermunajat kepada Gusti Allah – memohon untuk menunjukkan berkah-Nya kepada Hamba yang hina dina ini.
***
Di kamarnya, Benazir tersenyum menyambut kedatangan PM Maham yang mengaku menjemputnya ke tempat pernikahan. “Siapkah kamu, Benazir?” tanya PM Maham, “Aku datang untuk menjemputmu – mengantar ke tempat pernikahan.”
“Ya, Hamba sangat siap!” sahut Benazir – senyumnya terlihat makin culas.
“Baiklah, ikuti aku.”
***
Di tempat pernikahan, Ibu Suri Hamida, Ratu Jodha, Ratu Ruqaiya, dan Ratu Salima telah tiba dan duduk di bangku yang disediakan untuk mereka. PM Maham juga tiba – memberitahu jika Benazir telah siap. Ketika melihat muka Benazir, wajah Ratu Jodha mengeras – tegang rupanya dia. Namun, dia tetap berdiri mengikuti yang lain menyambut kedatangan Benazir. Dalam hati Ratu Jodha berkata, 'Kamu tak bisa lakukan apapun kan semalam, Benazir? Meski begitu, aku takkan melepaskan pandanganku walau sedetik pun darimu!'
Ratu Ruqaiya melemparkan senyuman manis pada Benazir dan memuji kecantikan Benazir. Mendapat pujian dari Ratu Kepala, Benazir ucapkan terima kasih.
Tidak berapa lama kemudian, Raja Jalal tiba di tempat pernikahan. Adham Khan menatap tiap langkah Raja Jalal, kemudian menatap prajuritnya – seolah meminta mereka untuk siap jalankan rencana. Dalam benaknya, dia berpikir takhta kerajaan akan segera jatuh ke tangannya. Beberapa potong gambar saat dia perintahkan anak buahnya untuk mengawasi-membunuh Tuan Atgah Khan dan penjaga lainnnya setelah Raja Jalal khatam riwayatnya terlintas. Dia juga bergumam, 'Tandai kata-kataku, Ibunda Maham. Setelah pernikahan ini, Ratu Jodha akan keluar dari panggung istana. Selain itu, bila Raja Jalal tewas sebelum pernikahan berlangsung, Anda akan melihatku naik takhta.'
Raja Jalal kemudian berdiri di hadapan Benazir dengan batas gentong air. Penghulu menyatakan bahwa upacara pernikahan akan segera dilaksanakan. Raja Jalal menatap air dan melihat bayang-bayang Benazir, dan... Ratu Jodha di sana. Dia mengernyitkan dahi kenapa tiba-tiba ada bayangan Ratu Jodha di air, padahal Ratu Jodha masih duduk di bangkunya?
Sesuai adat istiadat, suami-istri akan saling menyuapi. Pelayan datang dengan membawa nampan di mana di atasnya terdapat sebuah cawan berisi manisan. PM Maham mengeceknya terlebih dulu untuk memastikan tak ada racun di sana. Setelah pasti tidak ada racun, PM Maham mengizinkan pelayan lewat dan memberikannya kepada Raja Jalal.
Setelah cawan ada di tangan Raja Jalal, kemudian dia memberikan cawan itu kepada Benazir untuk diminumnya. Penghulu kemudian meminta Benazir memberikan cawan kepada Raja Jalal. Wajah Ratu Jodha mendadak tegang. Dia teringat apa yang telah dilakukan seekor ular pada Benazir dan kata-kata Sharifuddin.
Adham Khan juga ikut tegang – ini momentum penentuan naik-tidaknya dirinya sebagai raja. 'Kamu benar-benar hebat, Benazir, menemukan cara yang sangat sempurna,' pujinya, 'Kita lihat apa yang akan dilakukan Ratu Jodha kali ini?'
Ratu Jodha kemudian bangkit dan segera mendekati Raja Jalal dan Benazir. Dia segera mengambil paksa cawan itu dari tangan Rajaj Jalal. Hal itu langsung membuat Raja Jalal emosi, “Takkan kumaafkan perilakumu kali ini!”
“Saya tidak meminta pengampunan dari Anda, Yang Mulia, karena saya tidak melakukan kesalahan apapun. Manisan yang akan Anda makan ini telah terkontaminasi dengan racun. Akan saya buktikan kali ini!” pekik Ratu Jodha.
“Diam, jangan berkata-kata lagi!!!”
“Saya akan membuktikan ucapan saya sendiri soal ini,” jelas Ratu Jodha, “Lihatlah Raja Jalal, Anda pernah mengatakan pada saya takkan melihat saya meskipun saya mati.”
“Baiklah.”
Adegan waktu pernikahan Raja Jalal dan Ratu Jodha pun diperlihatkan kembali. Dalam hati, Ratu Jodha mengatakan, 'Anda tidak perlu memandang saya. Biarpun begitu, saya takkan biarkan siapapun coba membunuh suami saya. Selamat tinggal! Saya mungkin takkan membuka mata lagi setelah ini.' Setelah itu, dia pun memakan manisan dari cawan. Dalam tempo beberapa detik kemudian, dia terhuyung-huyung, sehingga Raja Jalal segera menangkapnya. Prajurit mengacungkan pedang ke leher Benazir.
Adham Khan meminta prajuritnya tidak perlu melakukan apapun, karena kondisinya tidak seperti yang mereka rencanakan sebelumnya. Raja Jalal yang memangku Ratu Jodha berteriak memanggil dokter. Sementara, semua orang terlihat menegang.
Ratu Ruqaiya maju, melabrak Benazir. “Dasar iblis wanita!” pekik Ratu Ruqaiya, yang setelah itu langsung disandera Benazir. Raja Jalal mencoba menyelamatkan istrinya, tapi Benazir memperingatkan jika Raja Jalal mencoba melakukannya, maka dia akan langsung membunuhnya. Raja Jalal memerintahkan semua orang menjaga jarak.
Dalam posisi tersandera, Ratu Ruqaiya bertanya, “Jadi benar, kedatanganmu kemari hanya untuk membunuh suamiku? Takkan kumaafkan kamu!!!”
“Ya!” sahut Benazir, “Memang kamu pikir aku ke mari dengan tujuan melayani rajamu hah? Kedatanganku untuk membebaskannya dari kehidupan ini. Kau ini memang tidak tahu apa-apa soal aku dibandingkan Ratu Jodha. Ya, aku ini wanita beracun yang telah berhasil membodohi semua orang.”
Benazir memandang Raja Jalal dan melanjutkan kata-katanya, “Aku punya banyak peluang untuk membunuhmu! Tapi Ratu Jodha selalu menyelamatkanmu. Hari ini dia yang khatam! Sungguh malang nasibnya, melindungi seseorang yang bahkan tidak mempedulikannya. Kamu benar-benar bodoh Raja Jalal, jauh melebihi Ratu Ruqaiya!” Tidak hanya itu saja, Benazir juga mengungkapkan bahwa si busuk PM Maham juga telah membantunya.”
***
Di kamar, Ibu Suri, Ratu Salima, dan yang lainnya meminta tabib menyelamatkan nyawa Ratu Jodha. Tabib berusaha sekerasnya. Ratu Salima bahkan melelehkan air mata, karena usaha keras Ratu Jodha berbuah malapetaka.
***
Sementara itu, Benazir masih terus mengoceh. “Sekarang, tak seorang pun mampu selamatkan Ratu Jodha. Juga, tak seorang pun bisa menangkapku!”
Raja Jalal mengatakan bahwa dia akan berusaha semampunya, sekarang (terlambat ah), akan melindungi Ratu Jodha dari malapetaka. “Namun, jika kamu menyentuh Ratu Ruqaiya sehelai rambut pun, akan kubunuh kamu!!!” pekik Raja Jalal berjanji, “Aku janji akan kubiarkan hidup, aku kubiarkan kau pergi, jika melepaskan Ratu Ruqaiya.”
Mata Benazir melotot. Dia merasa Raja Jalal meremehkan nyalinya. “Bila, aku takut mati, takkan sampai aku disini!” Dia memerintahkan Raja Jalal menyuruh minggir prajuritnya jika tidak mau kehilangan istrinya yang lain. Sambil menyandera Ratu Ruqaiya, Benazir pun mengajak Zakira pergi dari sana. Zakira meragu sebelum akhirnya melangkah membuntuti Benazir. Tapi, langkahnya kemudian tertahan saat PM Maham mencekik dirinya.
Kemudian, Tuan Atgah Khan bersama anak buahnya meminta izin untuk mengejar Benazir. Raja Jalal terpana. Tanpa disuruh lebih lanjut, Tuan Atgah Khan bergerak. Raja Jalal kemudian pergi ke tempat Ratu Jodha.
Adham Khan masih terpaku di tempatnya. Dia bergumam andai Benazir sampai tertangkap, maka kebenaran akan terungkap dan Raja Jalal akan memancungnya.
***
Raja Jalal sudah berada di kamar tempat Ratu Jodha dirawat. Tabib menjelaskan telah melakukan usaha sekuat dia bisa, tapi sama sekali Ratu Jodha belum sadar sehingga racun belum bisa dikeluarkan. “Jika Ratu Jodha siuman, Hambi bisa membuatnya memuntahkan
racun.”
Raja Jalal mempertanyakan kenapa Ratu Jodha belum sadar juga? Tabib menjelaskan jika racun yang dimasukkan Benazir sangat kuat – terdiri dari campuran racun ular paling berbahaya se-dunia. Raja Jalal muntab. Dia mengambil kesimpulan bahwa Abu Mali adalah biang kerok semuanya, yang harus bertanggung jawab. “Penggal dia!” katanya memberi perintah.
***
Para prajurit masih dalam pengejaran menangkap Benazir. Mereka harus mendapatkan Benazir, tanpa membahayakan keselamatan Ratu Ruqaiya.
***
Prajurit yang diperintahkan memancung Abu Mali tiba di penjara dan menemukan penjara Abu Mali dalam keadaan kosong. Tahulah mereka jika Abu Mali telah melarikan diri dengan melihat jendela penjara sudah terkoyak.
Mereka segera melapor kepada Raja Jalal, dan mendapat dampratan. “Kaki tangannya datang kemari untuk membunuhku, Ratu Jodha tak sadarkan diri demi menyelamatkanku, dan Ratu Ruqaiya sudah diculik, tapi kalian mengatakan jika Abu Mali kabur? Apa ini semacam lelucon? Apa yang dilakukan penjaga di sana? Tidur? Makan? Main gaple?” ucap Raja Jalal geram, “Penggal pelayaan Benazir segera! Hukum juga siapapun orang yang berhubungan dengan semua ini.”
***
Benazir menjatuhkan Ratu Ruqaiya yang bodoh dari kuda. Dia mengatakan butuh Ratu Ruqaiya sebagai jaminan hidupnya. Dia langsung membekap mulut Ratu Ruqaiya ketika prajurit pengejar sudah mendekati dan menariknya bersembunyi.
Ketika para prajurit celingak-celinguk di sana, Ratu Ruqaiya mengambil batu dan memukulkannya ke kepala Benazir. Sehingga, dia bisa menunjukkan diri pada prajurit yang segera menangkapnya (mampus kamu Benazir!!!).
***
Raja Jalal masih belum melihat Ratu Jodha sadarkan diri. Dia bertanya pada tabib, “Kapan kiranya dia akan sadarkan diri?” Tabib menjawab tidak tahu dan menyebutkan bahwa dalam waktu 24 jam ke depan akan menjadi masa kritis Ratu Jodha. Raja Jalal terlihat panik.
Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 166.
0 komentar:
Post a Comment