Bagi Songyi, kuliah itu menjemukan. Yang terjadi adalah Songyi malah ngantuk. Selepas kuliah, Manajer Mun menutup pintu kelas supaya Songyi dan Minjoon bisa berbincang-bincang barang beberapa menit.
Karena bingung mau membicarakan apa, akhirnya Songyi mencoba berbasa-basi dengan pujian dan kata-kata kosong. Awalnya. “Profesor, eh bukan, anda sangat muda, aku tak menyangka. Anda senang melihatku?”
“Pastinya. Tapi, jangan bilang ini gara-gara persoalan semalam."
“Kadang-kadang aku mendapati diri bertemperamen bipolar. Semalam lagi kambuh,” Songyi berdalih asal.
“Apa yang sebenarnya mau kau bicarakan?” Minjoon bertanya langsung.
“Kan baru-baru ini Anda bilang jika aku harus menyetor tugas pada anda. Oiya, apa anda percaya kalau Asia bakal menyatu? Aku pikir hal ini disebabkan oleh hallyu…” (*matabelo*)
“Terus?”
“Baiklah, aku akan terbuka saja padamu. Belakangan ini aku begitu sibuk sampai-sampai tak ada waktu luang. Kemarin ada kabar yang kurang mengenakkan. Jadi, aku tak punya pilihan lain selain ke kampus. Jujur ya, untuk memberikan tugas jadi terasa berat untukku.”
Minjoon tak mempedulikan ocehan Songyi dan mau segera berlalu. Namun, Songyi –dengan gayanya- merengek-rengek minta dibantu. “Anda harus membantuku. Sebelumnya maaf sudah merepotkan, meski perjumpaan pertama kita tidak berkesan. Semua ini suratan takdir. Aku pindah ke apartemenku dan bertemu denganmu sebagai tetangga. Pun ketika di kampus, ternyata kau adalah dosenku. Bila anda mau memberikan bantuan, akan kuingat kebaikanmu kelak.”
“Hidup tidak dilakukan dengan cara seperti itu. Bila aku membantumu, kelak pasti ada yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Di saat seperti itu, mereka takkan mau membayar apa yang sudah mereka janji-janjikan sendiri,” kata Minjoon sambil mukanya mendekati muka Songyi dan memandangnya secara tajam.
Songyi bingung, dan agak terusik, kala profesor muda itu berbicara dengan nada bicara yang terdengar seperti merendahkannya.
***
Minjoon asik main catur dengan Pengacara Jang (Kim Chang Wan), temannya yang umurnya jauh di atasnya. Ternyata Minjoon menemui Pengacara Jang untuk memintakan surat kematian untuknya.
Pengacara Jang heran. Sebab, biasanya Minjoon membikin surat kematian tiap satu dekade. Padahal, sekarang baru sepuluh tahunan.
Minjoon menerangkan jika permintaannya ini adalah kali terakhir. Karena, tiga bulan mendatang dirinya bakal pulkam ke planetnya.
“Permintaanmu terlalu mendadak,” ungkap Pengacara Jang yang terlihat sedih.
“Kaulah temanku satu-satunya.”
***
Di lain tempat, Songyi lagi makan malam dengan Hwikyung dan Semi. Kemudian, Hwikyung mengeluarkan sebuah cincin. DIa memanggil Semi… dan memintanya untuk bertindak sebagai saksi atas lamarannya terhadap Songyi. Semi seperti kambing congek yang menyaksikan temannya mendapatkan cincin lamaran.
***
Pengacara Jang kemudian melihat foto tua –dirinya dan Minjoon. Saat itu, dia berusia tak beda jauh dengan Minjoon yang masih terlihat seperti pria berumur tiga puluhan.
“Inilah kenapa aku takut punya teman. Manusia lebih cepat meninggal, dan menyisakanku seorang diri.”
“Mengapa kau tak langsung pulang saat mendarat ke bumi kali pertama?”
“Sebuah kecelakaan membuatku tak bisa kembali. Seorang anak juga harus meninggal –orang pertama yang memberiku hadiah,” kata Minjoon menjelaskan.
[Flashback: janda muda di masa Joseon (baca part 1) mengasihnya hadiah berupa lukisan pemandangan yang terdapat UFO di atasnya. Janda muda tersebut bilang jika itu merupakan hari saat Minjoon ada di dalamnya, laiknya bulan. Janda muda itu bertanya, apakah Minjoon sejenis malaikat maut atau bukan? Minjoon hanya menjawab dengan senyuman.]
Minjoon juga teringat kejadian dua belas tahun silam bertepatan di malam Natal. Kala itu, Minjoon yang berprofesi sebagai dokter merasa bahwa akan ada seorang gadis muda ditabra truk. Wajah gadis tersebut persis dengan si janda muda Joseon.
Kemudian, Pengacara Jang menanyakan sudahkah Minjoon datang ke lokasi yang ada di firasatnya itu?
***
Songyi melihat cincin berlian itu tanpa rasa antusias. Dia masih ingat kalau Hwikyung pernah memberikan cincin padanya di malam Natal ketika mereka SMP. Hwikyung menukas jika kala itu Songyi juga tidak mau menerimanya.
Songyi minta maaf lagi kepada Hwikyung, karena kali ini dia juga tetap menolaknya. Hwikyung mencoba menghilangkan kekecewaanya dengan mengatakan bahwa dia tak begitu sakit hati, sebab Songyi sudah sering menolak cintanya.
Namun, Hwikyung bertanya-tanya dalam hati, mengapa Songyi belum mau menerima cincin lamarannya.
Songyi bertanya kepada Hwikyung apakah dia masih ingat muka seseorang?
[Flashback. Di malam Natal dua belas tahun silam, Hwikyung membawa buket bunga serta cincin. Saat itu, Songyi juga masih abg –wajahnya masih mirip dengan janda muda era Joseon empat abad silam– marah dan menangis gara-gara “paket” bunga dan cincin dari Hwikyung. Songyi pun berlari tanpa menyadari ada truk yang mengarah ke arahnya. Tabrakan tak mungkin lagi terhindarkan, membuat Hwikyung ketakutan. Namun, tiba-tiba seorang pemuda (Minjoon) muncul dan menyelamatkan nyawa Songyi.]
Baik Hwikyung maupun Songyi sama-sama tak ingat dengan Minjoon. Semi menjelaskan jika pria itu yang jadi cinta pertama Songyi. Hwikyung mengesah bagaimana bisa Songyi menjatuhi cinta pertama pada seorang pria, yang bahkan wajahnya lupa-lupa ingat. Songyi kemudian membeberkan bila dia ingin bertemu lagi sama pria misterius itu untuk mengucapkan terima kasih.
***
Minjoon memberi penjelasan kepada Pengacara Jang bila dirinya datang ke lokasi tersebut. Akhirnya, dia menyelamatkan Songyi. Saat itu, Songyi juga bertanya pertanyaan yang sama dengan janda muda empat abad sebelumnya. “Ahjussi, Anda itu hantu atau malaikat maut?”
***
Songyi serta Minjoon pulang ke apartemen. Keduanya bertemu. Benarkah hubungan mereka telah ditakdrirkan?
Bersambung ke episode 2
0 komentar:
Post a Comment