Tuesday, December 23, 2014

Sinopsis 'Valid Love' Episode 5 (Bagian 2)

Baca: sinopsis 'Valid Love' episode 5 - bagian 1.

sinopsis valid love episode 5 - bagian 2

Kim Joon mendengar suara pintu studionya diketuk. Ia membukanya. Ternyata seorang pelanggan datang untuk memesan sesuatu pada Kim Joon. Ketika pelanggan itu masuk, Hee Tae ikut masuk dan meminta Kim Joon mengacuhkannya untuk mengurusi pelanggannya lebih dulu. Kim Joon kesal, tapi ia lebih memilih untuk fokus pada pelanggannya dulu. Setelah beberapa saat menentukan jenis produk yang dipesan dan tanggal penyelesaian, pelanggan Kim Joon pergi.

Kim Joon mendekati meja laptopnya dan Hee Tae mendekati Kim Joon. Hee Tae berkata, “Aku berpikir aku bisa mencari toko lain. Tapi sebenarnya, aku suka pekerjaanmu.” Ia mengeluarkan kartu nama, yang diterima oleh Kim Joon, dan kembali bicara. “Apa kau tahu XYZ? Aku sering ke sana karena adik iparku bekerja di sana. Ada sebuah meja yang sangat kusuka disana. Model dan warnanya bagus sekali. Kau yang membuatnya kan? Aku pergi ke tempat lain kalau saja ada yang sesuai. Tapi kau tahu, kau tidak bisa melupakan yang pertama meski kau sudah berkeliling mencari...”

Kesal mendengar celoteh Hee Tae, Kim Joon yang diam akhirnya memotong ucapan Hee Tae dengan pernyataan, “Apa kau selalu banyak bicara?”

Jelas hal ini membuat Hee Tae suprised juga. Pasalnya, dari tadi ia telah memuji-muji kerjaan Kim Joon, tapi yang didapatnya hanyalah penghinaan. “Apa sikapmu selalu seperti itu?” tanyanya. Tapi selanjutnya, ia mulai mengoceh kembali bahwa tujuannya meminta Kim Joon membuatkan meja rias adalah untuk hadiah spesial istrinya. “Aku lama sekali memikirkan apa yang sebaiknya kuberikan padanya. Kurasa meja rias adalah yang terbaik. Ia membeli meja rias saat kami menikah tapi itu sudah lama.”

Lagi, Kim Joon memotong ucapan Hee Tae yang dinilainya terlalu berisik – persis seperti Il Ri. Ia mengaku tidak bisa menerima pesananmu, karena pesanannya sudah menumpuk selama setahun penuh. Bahkan, selama setahun di tahun depan. Hee Tae tidak patah arang. Ia malah minta diajari (wah, ini sih pelanggan maksa), karena sesuatu yang dibuat sendiri terasa lebih berarti. Pastilah Kim Joon menolaknya dengan alasan mesin pemotong kayu sangat berbahaya jika tidak digunakan oleh ahlinya. “Jika mengajari seseorang, aku harus berada di dekatnya untuk memastikan tak ada yang terluka,” sebut Kim Joon dingin, “Tapi, aku jadi nggak bisa kerja kan?” Hee Tae membenarkan.

Pintu studio Kim Joon mendadak terbuka. Pelanggan yang tadi memesan produk pada Kim Joon memutuskan untuk memendingnya, dan berjanji akan menjelaskan alasannya nanti. Setelah pelanggan itu pergi, Hee Tae tersenyum, “Wah aku beruntung rupanya. Kau akhirnya memiliki waktu.” Namun, Kim Joon tetap mengatakan bahwa ia tidak mau mengerjakan pesanan Hee Tae. Kesal, akhirnya Hee Tae memutuskan pergi. Sebelum keluar, ia minta setidaknya Kim Joon menjelaskan padanya kenapa menolak pesanannya. Dengan tetap gaya dinginnya, Kim Joon mengaku tidak menolak pesanan Hee Tae.

“Aku punya kartu namamu. Akan kuhubungi jika aku memiliki waktu luang,” ucap Kim Joon. Hee Tae berharap Kim Joon bisa mengerjakannya, meski tidak berharap banyak. Ia pergi sambil merutuk apa Kim Joon kerasukan setan ya? Sementara itu, Kim Joon menatap kartu nama Hee Tae dan meremasnya kemudian.

***

Yi Ri sedang membuatkan minuman jus untuk pelanggannya. Setelah selesai, ia celingak-celinguk membuka tutup blender dan meludahi jus itu, hiaks. “Hei, satu saja tidak cukup,” kata bosnya sambil mengumpulkan ludah, hiaks lagi (bener-bener jijik adegan ini).

Setelah menghidangkannya, Yi Ri memberikan pada pelanggan yang memesannya, yang ternyata adalah Ki Tae. Yi Ri berbalik begitu saja ketika Ki Tae menegurnya. “Hei, kau belum mengucapkan selamat menikmati!” Yi Ri tersenyum dan berkata sesuai perintah Ki Tae. Namun, Ki Tae kesal karena Yi Ri mengucapkannya dalam bahasa Banmal. Ia berdiri hendak menghadapi Yi Ri, tapi Yi Ri keburu mengatainya si kuntet yang menyebalkan, hehehe. Ki Tae kembali duduk, biar tidak disama-samai tingginya dan bertanya, “Coba ulangi apa yang kau katakan?”

“Si kuntet yang menyebalkan!” Ki Tae mengulangi kata terakhir yang diucapkan Yi Ri. Ia bertanya apa Yi Ri itu sosialita terkenal, penggosip terkenal, atau semacam itu? Yi Ri malas meladeni Ki Tae dan berbalik, tapi Ki Tae menahannya, “Adik ipar.” Yi Ri berhenti. Ki Tae minta dipinjami ponsel, karena ponselnya hilang. “Kalau kupinjami kau mau menghabiskan minumanmu sebelum pergi?” tanya Yi Ri. Ki Tae mengambil gelasnya dan segera menandaskan jusnya diiringi tatapan jijik dari Yi Ri, bosnya, dan teman sekerjanya. Setelah menghabiskannya, Yi Ri menyerahkan ponselnya tanpa curiga apa-apa.

Ki Tae langsung mengambil langkah seribu ketika ponsel sudah berpindah tangannya. Yi Ri mengejarnya dan melemparnya dengan nampan (sayang tidak kena). Ki Tae berbalik dan berkata, “Stasiun Shinsa pintu keluar nomor 2. Ponselku ditahan di sana. Jika kau mengambilnya, aku akan mengembalikan milikmu. Dah!” Yi Ri mengumpat mengatai Ki Tae lagi.

***

Il Ri sedang mengecat ketika teringat beberapa waktu lalu di studionya Kim Joon. Kilas balik: Kim Joon bertanya dengan suara yang naik, 'Kau benar-benar datang untuk perkalian? Kau benar-benar datang untuk itu?” Il Ri meminta Kim Joon tenang. Tapi, Kim Joon meledak, “Kau membuatku marah!” Il Ri merasa terganggu dengan ingatan itu. Ponselnya berdering, ketika mengangkatnya panggilan itu berasal dari Yi Ri.

Di kafe Yi Ri bekerja, Il Ri bertanya, “Kenapa kau menghubungiku?” Yi Ri yang baru saja beberes kafe mengeluh, “Kenapa semua iparmu itu sableng sih?” Il Ri minta Yi Ri menjelaskan kenapa tiba-tiba mengata-ngatai keluarga suaminya. “Jang Ki Tae,” sebut Yi Ri, “Dia mencuri ponselku. Dia ingin menukarnya.” Il Ri mengeluh kenapa adik ipar gantengnya itu melakukannya? Ketika ditagih laptopnya, Il Ri yang baru menyeruput air hangatnya berteriak kecil, karena terkejut dengan kabar itu dan tersengat air panas.

“Hah, laptop?” tanya Il Ri, pikun, “Kenapa emangnya?”

“Kembalikan. Kau kan membawanya kemarin,” ingat Yi Ri. Il Ri menjatuhkan kepalanya di atas meja. Ia meringis bingung dan mengeluh bahwa ini bukanlah hidup. Namun, Il Ri beringsut dari tempatnya dan meminta Yi Ri mengambil ponselnya sendirian, sementara ia akan mengurus laptopnya. Il Ri pergi dengan langkah gontai. Yi Ri berteriak, “Kenapa aku yang harus mengurusnya? Kau kan yang memegang ponselnya kan?” Il Ri tidak menggubrisnya.

Pemuda yang mengintip Il Ri ciuman dengan Kim Joon menyatakan dirinya tahu dimana laptop Yi Ri berada. Bosnya bertanya, “Dimana?” Mendadak pemuda itu teringat tidak bisa sembarangan bicara, karena itu ia meralatnya dengan menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak tahu. Bosnya mengernyitkan dahi. “Beneran, aku bener-bener nggak tahu kok.”

***

Il Ri gusar saat sampai di depan rumah Kim Joon. Sementara itu, Kim Joon membawa bangku yang dibawa Il Ri untuk diperbaiki ke bagian perbaikan. Saat itu, dari sela-sela pintu, ia melihat Il Ri ada di luar rumahnya. Kim Joon keluar untuk melihatnya. Tapi di luar, Il Ri menerima telpon dan berbalik arah pergi dari depan rumah Kim Joon.

Yi Ri dan teman sekerjanya mengangkut barang-barang untuk persiapan Natal di kafe, sementara bosnya menerima telpon dari Kim Joon, yang menanyakan nomor telpon Il Ri. “Kau tidak punya nomor ponselnya saat bekerja bersama?” tanya bosnya Yi Ri, dan mengaku tidak punya nomornya juga.

***

Kim Joon tampak bekerja dengan perhatian penuh sepanjang hari mengerjakan setiap pesanan, termasuk kursi yang dibawa Il Ri untuk diperbaiki. Setelah selesai, saat hari mulai malam, Kim Joon keluar ke belakang studio. Ia menanti-nantikan pesan singkat atau telpon terkait Il Ri. Makanya, begitu ponselnya berdering, ia buru-buru mengambilnya dari kantong celana dan agak terlihat kecewa ketika itu bukan pesan mengenai Il Ri.

***

Hee Tae tengah sibuk di kantor. Tiba-tiba ada pesan masuk ke ponselnya. Rupanya itu foto Il Ri saat ada di kafe tempat Yi Ri bekerja. Ia mendecak kesal. Setelah selesai dengan pekerjaannya, ia menghubungi Il Ri yang rupanya ada di rumah ibunya (sedang masak), dan segera mengatakan, “Il Ri jangan terus-terusan mengirim hal seperti ini. Mereka akan beranggapan kau jomblo.”

Il Ri tidak mengerti maksud suaminya. Hee Tae kemudian memperjelasnya, “Kau tidak mengirim foto di kafe?” Namun Il Ri mengaku tidak melakukannya. Hee Tae pun menutup telpon sambil mengernyitkan dahi, merasa aneh. Ia memencet beberapa tombol di ponselnya, dan... terhapus... Seorang rekan kerja Hee Tae lewat. Hee Tae mengeluh, “Aku menghapus foto sampel lagi.” Rekan kerja Hee Tae itu berkomentar jika Hee memang seperti itu, selalu menghapus foto sampel.

Ibunya Il Ri bertanya foto apa sih yang ditanyakan Hee Tae? Il Ri hanya mengedikkan bahu, tanda ia sendiri juga tidak tahu. Ia mendekati Ibunya dan memintanya berhenti memasukkan bumbu. Soalnya, itu sudah sesuai selera suaminya, yah meskipun rasa itu bertentangan dengan selera Ibunya yang mengatakan tidak enak. Il Ri mencicipinya dan mengaku sudah cocok. Ia kemudian mengomentari pencecap rasa yang dimiliki Ibunya semakin hilang kemampuannya seiring bertambahnya usia.

Ibu bertanya apa Il Ri tidak mau minum obat-obatan herbal untuk mempercepat kehamilan? Seperti bocah, Il Ri menjawab, “Aku akan memiliki anak jika waktunya tiba.” Yah, Ibu hanya bisa mengikuti kemauan putrinya. Lagipula, ia yakin jika Il Ri-Hee Tae memiliki anak, Il Ri takkan punya waktu membesarkan anak. Toh, sudah banyak anak di rumah mertua Il Ri. Il Ri membenarkan hal itu.

“Mau minum soju sambil makan sup sapi pedas?” tanya Il Ri. Awalnya, Ibu menolaknya, tapi mendadak jadi kepingin. Il Ri mengatakan bahwa masing-masing dua gelas, tiga untuk ibu. “Ibu, bukankah menyenangkan memiliki putri yang sudah dewasa?” goda Il Ri, “Ibu tidak perlu minum sembunyi-sembunyi.” Ibu menampik dirinya bersembunyi minum soju. Ia mengaku meninggalkan di bawah mesin cuci waktu Il Ri kecil dulu lantaran kulkas sudah penuh, dan di bawah situ cukup dingin.

Yi Ri keluar dari kamar mandi dan bertanya, “Dimana laptop dan ponselku? Kau membawanya?”

***

Yi Ri sedikit terkejut waktu Il Ri memintanya untuk membeli laptop yang baru. “Gunakan kredit tanpa bunga. Selama enam bulan,” kata Il Ri sambil meletakkan kartu kredit di meja rias Yi Ri.

Yi Ri duduk di depan Il Ri dan sedikit merajuk, “Kau serius? Aku baru memakainya tiga bulan.” Dengan sungkan, Il Ri menjawab bila selama tiga bulan pasti ada laptop baru yang lebih bagus daripada yang sudah dimiliki Yi Ri. Permasalahannya bukan di situ Il Ri noona. Yi Ri mengatakan jika dokumen, musik, dan fotonya ada di dalam laptop itu. Jika ia menggantinya dengan yang baru, bagaimana dengan semua itu? Otak Yi Ri bekerja dan segera menuduh Il Ri menghilangkannya?

“Tentu saja tidak,” tampik Il Ri.

“Kalau begitu sebaiknya kembalikan. Kau lari seperti orang bodoh,” tukas Yi Ri ketus, “Apa perlu kutemani?” Il Ri mengatakan jika itu tidak perlu dan berjanji akan mengembalikannya, kemudian pergi. Yi Ri berteriak bagaimana dengan ponselnya? Tidak ada jawaban.

***

Ki Tae sedang berada di warnet dan mencoba membuka kunci pattern ponsel Yi Ri. Tapi, ketika tidak mau terbuka, ia mengeluh kesal. “Ia mungkin punya foto telanjang di dalamnya,” ucap Ki Tae asal, menghibur perasaan frustasinya. Ia mau mencoba lagi ketika menyadari gaya Yi Ri di foto ponsel mirip dengan seseorang yang pernah dilihatnya.

“Apa kau Babi Stroberi?” tanya Ki Tae. Kemudian adegan berubah saat seorang perempuan berisi sedang makan.

Sambil memamah makanan di mulutnya, perempuan itu mengatakan, “Kau tahu saat kau memesan kaki babi, kau menginginkan babi gulung. Saat kau memesan babi gulung kau menginginkan cakar ayam. ... Terima kasih telah membeli 10,000 babi gulung virtual.” Ki Tae tertawa melihat aksi Yi Ri saat gendut dulu. Namun tawa itu berubah menjadi air mata, saat tim yang dijagokannya kemasukan gol. Ia berteriak-teriak seperti orang gila, sampai-sampai pengunjung warnet lainnya menengok ke arahnya.

“Uangku. Bagaimana dengan uangku?” ucap Ki Tae, “Sial kau Babi Stroberi.”

***

Il Ri sedang berjalan di jalan ketika berpapasan dengan Kim Joon yang habis belanja mie instan. Keduanya mematung, Il Ri memutar matanya dan tubuhnya. Kemudian pergi ke arahnya berlawanan dengan Kim Joon, yang kemudian membuntutinya. Ketika mereka berada di jembatan, Kim Joon bertanya buntelan apa yang dibawa-bawa Il Ri (percakapan untuk membuka percakapan). Il Ri menjawab, “Bukan apa-apa.” Resek, si tukang kayu ganteng ini menyuruhnya membuangnya.

Habis sudah kesabaran Il Ri. Ia bertanya, “Kenapa kau mengikutiku?”

“Siapa?” sahut Kim Joon.

“Kau!”

“Aku?” tunjuk Kim Joon pada dirinya, “Aku sedang berjalan-jalan kok.” Il Ri memintanya jalan lebih dulu. Kemudian Kim Joon mengaku bahwa dirinya sedang istirahat, karena kakiku sakit. Tapi sejurus kemudian, Kim Joon mengaku selesai beristirahat dan pergi meninggalkan Il Ri. Hal itu membuat Il Ri berteriak, “Kembalikan laptopnya!”

Kim Joon menyuruh Il Ri mengambilnya sendiri.

***

“Aku sudah memeriksanya dan kondisinya baik saja,” ucap Kim Joon sambil meletakkan mie instan yang baru dibelinya pada tempatnya. Il Ri melihat laptopnya. Kim Joon juga mengatakan bahwa laptop itu sudah dilapisi sekarang, tapi ia meminta supaya Il Ri tidak salah paham. Ia tidak membawakan itu untuk Il Ri.

Il Ri mengucapkan terima kasih dan membawa laptop dan tentengannya. Baru mau beranjak dari tempat, Kim Joon minta Il Ri meminjaminya telpon untuk mencari ponselnya yang entah ada di mana. Kim Joon menghubungi nomor telponnya sendiri dan mendengar suara samar-samar di belakang studio. Ia turun ke bawah diikuti Il Ri dan menemukan ponselnya terletak di antara sampah-sampah dedaunan. Setelah mendapatkan ponselnya, i menyerahkan ponsel Il Ri dan meminta, “Simpan nomornya. Itu nomorku. Kita bisa tahu nomor masing-masing.”

“Kau sengaja melakukannya?” skak Il Ri, “Semua ini demi mendapatkan nomorku kan?”

Kim Joon menjawab, “Jadi menurutmu aku berpikir akan bertemu denganmu. Dan menjatuhkan ponselku di sini? Kau terlalu besar kepala.” Il Ri memejamkan matanya untuk menahan rasa kesal di dada.

Kembali ke dalam, Il Ri langsung mengambil laptop dan bungkusannya. Ia mengucapkan, “Selamat tinggal selamanya.” Dan segera pergi. Sebelum keluar, Kim Joon mengatakan dirinya membuat ramen. Ia mengatakan hal yang membuat Il Ri berbalik, yaitu: “Jangan minta.”

Il Ri bertanya, “Apa aku memintanya padamu?”

Kim Joon menggoda jika ia sebal ada orang lain yang meminta ramennya setelah matang. Terlebih ia akan mencampurkannya dengan telur sekarang. Il Ri menarik napas dan menunjuk tangan Kim Joon. “Bisa kau lakukan sesuatu soal tanganmu?”

Selanjutnya baca: sinopsis 'Valid Love' episode 5 - bagian 3.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Valid Love' Episode 5 (Bagian 2)

0 komentar:

Post a Comment