Baca: sinopsis 'Valid Love' episode 4 - bagian 2.
Di luar masih hujan, ketika Kim Joon bertanya pada Il Ri, “Tapi, apa?” Il Ri menyebutkan jika dirinya merasa lebih malu jika dibandingkan Kim Joon. Ia menyebutkan penyakitnya bisa kambuh di mana pun dan itu membuatnya malu. Bahkan, di depan ibunya sendiri, ia tetap merasa malu saat penyakitnya kambuh. “Jadi, lebih baik sih bila itu terjadi di jalan dengan orang asing yang tidak akan pernah kutemui lagi,” ungkap Il Ri.
“Terus?” tanya Kim Joon, masih tidak mengerti arah ucapan Il Ri, “Aku harus bagaimana – pura-pura sama sekali tidak tahu gitu?” Il Ri membandingkan apa yang dideritanya dengan apa yang diderita Kim Joon berbeda jauh. Tidak hapal kali-kalian itu bukan masalah besar, sebab semua orang sudah punya kalkulator di HP masing-masing. Wajah Kim Joon mengeras. “Kau cuma datang untuk perkalian? Kau benar-benar datang untuk itu?”
Il Ri meminta maaf karena sudah sok tahu, tapi ia meminta Kim Joon tidak perlu marah. “Kau membuatku marah!” pekik Kim Joon, membuat Il Ri ketakutan dan makin menggenggam erat laptopnya. Il Ri berkata, “Kepribadianmu benar-benar aneh. Ketika orang-orang bersikap tulus, kau harusnya belajar mendengarkan!” Sebelum mulutnya mengeluarkan kata-kata lagi, Kim Joon membungkamnya dengan ciuman.
Seluruh tubuh Il Ri merasakan sensasi yang sangat aneh. Ciuman pria lain. Ia tak pernah merasakan dicium pria selain suaminya. Tubuh Il Ri menegang lalu melemas sampai laptop yang dipegangnya terjatuh.
Episode 5: Nomor Telepon
Sementara itu, di luar hujan masih turun. Seorang pria teman kerja Yi Ri (belum tahu namanya) mengintip dari luar Castadiva Studio. Ia melihat dengan jelas, kakaknya Il Ri berciuman dengan Kim Joon. Ia begitu terkejut sampai-sampai harus berbalik, tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dan menutupi wajahnya dengan payung ketika ada orang lewat. Kemudian ia membalikkan tubuh untuk melihatnya lagi, dan pindah tempat ketika di dalam Kim Joon menutup tirai jendela studionya. Tapi, karena adegan ciuman Il Ri dan Kim Joon sudah tidak terlihat lagi, ia memutuskan berhenti.
Di dalam, Kim Joon menghampiri Il Ri lagi, yang masih mematung di tempatnya. Bahkan, Il Ri masih membeku ketika Kim Joon memberinya tempat duduk. Kim Joon harus memaksa Il Ri duduk untuk selanjutnya ia duduk tak jauh dari Il Ri duduk. Dari gayanya duduk, Kim Joon terlihat sangat gelisah. Il Ri memandangi kaki Kim Joon yang bergoyang-goyang, kemudian memandangi tangannya yang terus meremas-remas. Kim Joon memandangi Il Ri, membuat Il Ri terbangun dan langsung menampar pipi Kim Joon perlahan untuk membuktikan bahwa semua ini nyata, bukan mimpi. Ia kembali duduk di bangkunya.
“Kau boleh datang lagi,” kata Kim Joon perlahan, “Kapan saja. Datang kapan pun kau mau. Kim Il Ri.” Il Ri meminta Kim Joon seharusnya tidak berkata seperti itu, “Katakanlah supaya aku tidak datang lagi dan aku menyebalkan.” Lalu, ia berdiri dan pergi. Di depan pintu keluar, ia berhenti – sepertinya baru sadar hari sedang hujan. Meski begitu, ia tetap berlari menerabas hujan. Kim Joon menyusulnya beberapa saat kemudian sambil membawa plastik untuk dipakai di kepala Il Ri.
Pemilik warung tempat dimana Kim Joon sering jajan melihat Il Ri berlari dan berkomentar, “Ia sudah lama menikah, tapi masih saja sesembrono itu. Astaga.” Tidak lama kemudian, ia melihat Kim Joon berlari ke arah yang sama dengan Il Ri, dan berkomentar kembali, “Oh? Dia membawa payung. Apa yang dia lakukan?”
Il Ri terdiam di depan sebuah gedung. Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan, setelah tenang ia berniat masuk, tapi justru dikejutkan oleh seorang pemuda yang baru mau keluar dari dalam gedung – ia adalah Jang Ki Tae, adik iparnya. Il Ri mengeluh jika Ki Tae mengejutkannya. Ki Tae berkomentar itu sebabnya manusianya sebaiknya tidak berbuat jahat dalam hidup, kemudian minta HP-nya dikembalikan. “Cepat!” perintah Ki Tae, “Cepat kembalikan!”
Il Ri menyahut jika Ki Tae mau bekerja pasti Ibu akan memberinya izin. Ki Tae menggeleng, merasa Il Ri belum paham maksudnya, “Aku tidak tahu apa yang kau lakukan untuk meyakinkan ibu dan ayah. Tapi, aku benar-benar tidak menyukaimu! Bahkan, aku tidak mengakuimu sebagai bagian keluargaku.” Ia masih belum berhenti mengoceh bahwa dirinya malu memiliki kakak ipar lulusan SMA yang bekerja sebagai buruh. Il Ri kesal dan menyodok dada Ki Tae dengan tangan kanannya, kemudian menyebutkan jika dirinya juga sama sekali tidak pernah mengakui Ki Tae sebagai adik iparnya. Ia kemudian masuk ke dalam gedung. Ki Tae memekik minta HP-nya dikembalikan. Namun, Il Ri mengingatkan jika Ki Tae benar-benar menginginkan HP-nya, maka sebaiknya datang ke tempat kerja besok jam delapan pagi tepat.
Melihat Il Ri masuk, Ki Tae mendengus dan berteriak jika ia akan menjawab tantangan Il Ri, dan melihat siapa yang bisa menang di antara mereka. “Noona ada di kafe,” kata Ki Tae, “Memangnya kau bisa meninggalkannya begitu saja?” Il Ri kembali berlari keluar untuk menemui Hee Soo. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan Kim Joon. Mereka berhenti sebentar. Ketika Kim Joon hendak memberikan payung, Il Ri meneruskan langkahnya.
Yi Ri, bosnya, dan rekan Yi Ri yang mengintip adegan ciuman Il Ri-Kim Joon menatap Il Ri yang baru masuk dengan kepala ditutupi kardus. Ibu Mertua Il Ri segera berteriak pada Il Ri, mempersalahkannya karena telah meninggalkan Hee Soo di kafe dalam kondisi cuaca dingin dan hujan. “Bagaimana jika dia terkena pneumonia?” tanyanya. Il Ri beralasan jika dirinya harus pergi ke suatu tempat. Ia kemudian bertanya pada Hee Soo, seolah-olah Hee Soo bisa bergerak, “Unni, kau tidak apa-apa kan?” dan memberikan handuk.
Namun Ibu Mertua merampas handuk itu dan menyuruh Il Ri tidak melakukan itu. Sejurus kemudian, Ibu Mertua Il Ri berkicau, “Kau tidak punya takut karena selalu dipuji. Kau duduk di atas kepala Ibu Mertuamu. Kau meninggalkan kakak iparmu yang sakit.” Didamprat Ibu Mertuanya, Il Ri hanya bisa mematung, membuat Ibu Mertuanya bertanya, “Sedang apa kau? Ayo ambil mobilnya.” Il Ri bergerak mengikuti apa yang diperintahkan. Yi Ri dan bosnya (teman sekolah Il Ri) hanya menatapnya kesal.
Kemudian, selagi Ibu Mertua duduk di dalam mobil di sebelah bangku sopir, Il Ri membuka pintu belakang mobil untuk memasukkan Hee Soo mengaitkan beberapa pengait ke kursi dorongnya. Setelah selesai Il Ri masuk ke kursi sopir. Ibu Mertua berkata, “Jangan membawanya ke sini lagi. Ini lingkungan kita. Apa ini sesuatu yang perlu dipamerkan? Kenapa kau selalu membawanya ke sini dan membuatnya sebagai tontonan?”
Il Ri beralasan Hee Soo unni menyukainya, karena bisa melihat laut dan pemandangan indah lainnya. Namun, Ibu Mertua mencemooh pendapat Il Ri. Dalam penilaiannya, Hee Soo sama sekali tidak menyukai apa yang menurut Il Ri baik. Ia bertanya, “Apa kau tidak mengenal kepribadiannya?”
Saat mobil yang ditumpangi Il Ri, Ibu Mertua, dan Hee Soo pergi, Yi Ri dan bosnya masih memandang dengan tatapan konyol. Yi Ri bertanya-tanya apa kakaknya sedemikian b*doh dan t*lolnya? “Kenapa hidup seperti itu?” pekiknya. Bosnya menyahut itu akibat dari memakan buah terlarang. “Suruh siapa menggoda seorang guru?” Yi Ri mendengus sebal dan pergi ke dapur. Pemuda yang mengintip Il Ri dan Kim Joon berciuman berdiri di belakang bosnya, membuat bosnya bertanya, “Kenapa kau berdiri seperti itu?”
Pemuda itu menjawab, “Joon, punya pacar.” Bos pemuda itu terlihat cerah dan meminta anak buahnya menginformasikan kepadanya siapa pacar Kim Joon? Pemuda itu menjawab akan memberitahu bosnya jika sudah menanyakannya sendiri. “Tapi, bagaimana kau bisa tahu?” tanya si bos, “Cantik tidak?”
“Il Ri noona cantik tidak?” tanya si pemuda, membuat bosnya kesal karena membawa-bawa nama Il Ri segala. Sementara itu di dapur, Yi Ri baru sadar laptopnya belum kembali.
Kim Joon kembali ke studionya dan menemukan laptop putih yang dibawa Il Ri masih berada di tempatnya dan masih menyala pula. Ia mengambil sebuah bagian yang pecah dari laptop itu saat jatuh ke lantai dan membuka layarnya, di mana tertulis perkalian angka 3 kali 4 sama dengan 12.
Di sisi lain, Hee Tae baru saja turun dari bus dan berjalan kaki ketika tiba-tiba melihat nama Castadiva Studio milik Kim Joon. Ia menatap nama tempat itu, dan teringat ketika Il Ri tiba-tiba menanyakan nama dari arti Castadiva itu. Ia lantas celingak-celinguk di depan pintu masuk, memanggil-manggil sang empunya. Karena tidak ada jawaban, ia membuka pintu dan masuk untuk memastikan sang pemilik ada di dalam. Kim Joon masuk kemudian dan bertanya, “Ada perlu apa? Kenapa kau datang kemari?”
Hee Tae berbalik menghadap Kim Joon dan bertanya, “Oh, apa pemiliknya sudah pulang?” Kim Joon menyebutkan jika hanya ada dirinya di studio itu, tak ada orang lain. Hee Tae menebak jika Kim Joon adalah pemilik studio itu. Kim Joon minta dipanggil Tukang Kayu Kim. Hee Tae pun menjelaskan maksud kedatangannya.
Dalam sebuah narasi Hee Tae mengatakan, “Begitulah, cara kami bertemu. Saat bertemu di waktu dan tempat yang sama, disebut kebetulan. Tidak, seperti kisah cinta tragis yang disamarkan sebagai sebuah kebetulan. Kesan pertamaku atas dirinya adalah masih sangat muda. Karena, aku membayangkan tukang kayu pasti berusia paruh baya. Dan, ia memancarkan aura yang unik.”
Kim Joon menjawab tidak bisa ketika Hee Tae minta dibuatkan meja rias. Ia tahu, Hee Tae ada “monyet-nya” (baca: suami) Il Ri. Ia lantas mengusir Hee Tae keluar begitu saja, membuat pertanyaan di benak Hee Tae. Hee Tae mengernyitkan dahi, “Hei, apa maksudmu? Aku datang sebagai pelanggan loh.” Tetap saja, Kim Joon mengeluarkan Hee Tae dan segera menutup pintunya. Hee Tae tidak menyerah dan membuka pintu kembali dan bertanya, “Kenapa tidak bisa? Berilah semacam alasan, kau ini sibuk atau bagaimana gituh? Apa kau pikir aku ini sales?”
Kim Joon tidak mempedulikan semua ucapan Hee Tae. Ia mengusirnya dan menutup pintunya lagi, kali ini pintu dikunci dari dalam. Hee Tae terheran-heran, apa yang menyebabkan Kim Joon bersikap demikian? Karena semua lampu dimatikan, terpaksa Hee Tae pergi dengan pikiran dipenuhi tanda tanya.
Il Ri duduk di atas ranjang Hee Soo sambil memegangi bibirnya, merasakan kehangatan bibir pria lain yang baru kali ini dirasakannya. Ia teringat jika Kim Joon telah mengizinkannya datang sesukanya. Hee Soo yang sedang merajut (bayangan) penasaran melihat Il Ri terdiam di atas ranjangnya dan segera mendekatinya. Ia bertanya apa yang telah terjadi? Il Ri menatap mata Hee Soo dengan tatapan mata kucing, membuat kakak iparnya makin penasaran. Akhirnya, Il Ri membisiki telinga Hee Soo dan Hee Soo pun memukul kepalanya sampai Il Ri terjengkang.
Il Ri bangkit dari bawah tempat tidur dan menemukan Hee Soo masih stuck di tempatnya berbaring. Ia mendekati telinga Hee Soo (yang dalam batinnya memarahi Il Ri karena telah mencium pria lain) untuk memintanya menjaga rahasia. “Jangan beritahu siapapun ya,” pinta Il Ri, “Janji ya?” Il Ri kemudian mengambil tangan kanan Hee Soo dan melekatkan jari kelingking dan jempol sebagai bentuk kesepakatan takkan ada yang dibocorkan. Meski begitu Il Ri tetap saja merasa frustasi.
Bersambung ke sinopsis 'Valid Love' episode 5 - bagian 2.
0 komentar:
Post a Comment