Friday, February 20, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 281

Baca sebelumnya: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 280.

'Jodha Akbar' Episode 281

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 281

Malam hari, ketika semua orang berada di dalam tendanya, Jalal justru berada di luar, memandangi tanah yang digenggam di tangannya. Air matanya meleleh. Jodha keluar dan mendekatinya. Dia bertanya, "Apa yang terjadi? Apa Anda baik-baik saja?"

Jalal menyeka air matanya  dan menjawab, “Tak mengapa Ratu Jodha.”

"Ayolah katakan padaku," pinta Jodha.

Pada awalnya Jalal menolak bicara, tapi setelah Jodha terus mendesaknya, akhirnya, Jalal bicara juga. Dia jongkok dan membuang tanah yang berada di dalam genggamannya. Dia berdiri dan mulai bercerita pada Jodha. “Tanah ini membuatku mengingat banyak kenangan. Tempat kita berdiri adalah tempat dimana Raja Humayun memberikan tanggun jawab padaku. Di tempat ini pula aku diberikan mahkota. Situasi saat itu lebih buruk dibandingkan saat ini. Raja Humayun bersembunyi dan Khan Baba yang menyerahkan takhtanya padaku. Aku berharap Khan Baba bersamaku saat ini.”

“Apa Anda begitu mencintai Khan Baba?”

“Ya. Aku mencintainya, mungkin lebih mencintainya dibandingkan aku mencintai Ayahku...”

Mendadak rasa mual menguasai Jodha. Dia ingin jackpot. Jalal khawatir dan memanggil para pelayan untuk membantu Jodha. Dia minta sang ratu untuk tetirah, karena perjalanan sangat jauh. Meski begitu, Jodha ngeyel bahwa dirinya baik-baik saja. Dia pergi kembali ke tendanya, takut kehamilannya ketahuan Jalal.

*

Sementara itu, Abu Mali memerintahkan pasukannya istirahat, karena esok mereka harus membuat pasukan Jalal kalang kabut.

*

Di sisi lain, Nigaar sedang melatih kemampuan berpedangnya dengan penuh keseriusan serta kebencian mendalam terhadap Jalal. Saking seriusnya, Nigaar sampai-sampai menganggap seseorang yang datang mendekat musuh. Dihunuskan pedang pada orang itu, yang ternyata adalah salah seorang prajuritnya. Prajurit itu memberitahu bahwa Maham ingin menemuinya.

Nigaar langsung menanyakan keberadaan Ibunya? Maham langsung mengompori bahwa Jalal tidak membawa Ratu Chand. Yang dibawa hanyalah ratu-ratu harem. Dia menegaskan, “Kuberitahu satu hal: sebenarnya Raja Jalal takut berperang melawanmu.”

“Kudengar juga dia tidak memiliki kekuatan yang cukup.”

Maham membenarkan pertanyaan Nigaar. Itulah sebabnya, Jalal takut berperang sekarang.  Nigaar tersenyum. Semua sesuai dengan apa yang diinginkannya. Di sisi lain, Maham juga tersenyum dan menyatakan semua berjalan sesuai rencananya. Aih, gimana sih ini?

*

Hamida yang belum tidur menemui Jalal di luar. Dia meminta Jalal untuk beristirahat untuk sementara waktu. Jalal bertanya, “Kenapa Ibu keluar tenda?”

Hamida mengaku tidak bisa tidur bila Jalal tidak tidur. Jalal menenangkan Ibunya dan menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak khawatir soal perang. Keduanya melihat Todal Mal tengah memerintahkan seorang prajurit menggali parit di depan tenda Jodha. Dia kemudian meminta Adham Khan mengawasi pekerjaan.

Hamida dan Jalal mendekati mereka berdua, menanyakan apa yang sedang dilakukan. Todal menyahut bahwa itu untuk tempat sembunyi para wanita harem jika tiba-tiba terjadi serangan mendadak. Jalal menyukai ide Todal. Begitu pula dengan Jodha yang datang kemudian. “Oiya, saya memiliki satu ide. Di Amer, kami memiliki jalan rahasia. Para wanita bisa meninggalkan medan perang. Dan ada wanita yang akan melakukan jauhar (membakar diri hidup-hidup).”

“Kenapa kamu mengambil tindakan berbahaya seperti itu?”

Jodha beralasan lebih baik bagi wanita Rajvanshi untuk bunuh diri sebelum disentuh pria lain. Jalal balik menyatakan kalau Jodha bukanlah hanya seorang Rajvanshi, tapi seorang wanita Mughal. Jodha beralasan bahwa dirinya akan melakukannya demi orang yang dicintainya, yaitu Jalal, sehingga dia rela memberikan nyawa sekalipun.

Jalal menatap Jodha penuh cinta. Dia kemudian mengucapkan terima kasih atas apa yang telah Todal Mal lakukan. Todal Mal tersenyum. Jalal menyatakan kekhawatirannya pada Bakshi. Hamida meminta Jalal tidak khawatir, sebab Sharifudin bersama Bakshi.

*

Di Agra, Sharifudin tengah menyentuh singgasana Jalal yang berada di aula istana. Dia merasakan singgasana itu, seolah-olah dialah rajanya. Dia berkata pada dirinya bahwa takhta itu menjadi bersinar.

Bakshi melihat tingkah konyol Sharifudin dan mendekatinya untuk mengetahui apa yang telah dilakukan suami tercintanya itu. Saat mendekat, Bakshi mengatakan bahwa singgsana itu tampak bersinar karena itu singgasana Jalal. Kesallah Sharifudin mendengarnya. Dia tetap ngeyel duduk di atas singgasana Jalal, meskipun Bakshi melarangnya.

“Aku sekarang sudah duduk disini tuh, apa yang mau kamu lakukan? Mau memberitahu Raja Jalal? Dia takkan balik lagi, karena perang yang dilakukannya sangat berbahaya, antara hidup-mati. Lagipula, Nigaar memiliki pasukan kuat. Raja Jalal juga membawa penghuni harem bersama, sehingga sulit baginya bergerak.” Sharifudin tersenyum sinis.

Bakshi marah dengan pernyataan Sharifudin. “Senangkah kamu mengetahui kenyataan ini semuanya?” Gugup Sharifudin mendengar tudingan Bakshi. Pura-puralah dia membujuk.

“Tidak. Aku sama sekali tidak menginginkan ini. Aku hanya ingin hidup demi anakku. Aku ingin anakku yang duduk di singgasana ini setelah Raja Jalal, sebab dialah keturunan Mughal sejati. Aku hanya mencintaimu Bakshi dan anak kita. Katakan padaku jika aku salah berpikir bahwa kamu menjadi mariam zamani? Apakah aku salah berpikir anakku yang akan menjadi raja nanti?”

Bakshi luluh. Dipeluknya suami jelek itu. Sharifudin membalas pelukannya, meski dalam hati berkata, 'Tapi boong!'

*

Jodha serta Moti di luar tenda. Jodha mendadak pusing dan mual. Ruqaiya mendekat dan menanyakan apa yang terjadi pada Jodha, melihat wajahnya pucat? Gugup Jodha diserang pertanyaan itu. Moti ingin menjawabkannya untuk Jodha, tapi doi malah kena semprot Ruqaiya karena memotong pembicaraan.

Ruqaiya mengingatkan Jodha supaya tidak boleh sakit. Pasalnya, jika Jodha sakit maka akan mengganggu konsentrasi Jalal dalam berperang. Dia meminta Jodha untuk mengurus diri sendiri. Setelah itu, dia pergi meninggalkan keduanya.

Seperginya Ruqaiya, Moti merasa heran karena Ruqaiya mempedulikan keadaan Jodha sekarang. Dia merasa perang telah mengubah pikiran orang-orang. Jodha terdiam.

*

Di luar tenda, Jalal mengasah pedangnya. Ruqaiya menemuinya. Mereka duduk di dekat api unggun. Ruqaiya minta Jalal beristirahat. Jalal menyuruh Ruqaiya istirahat terlebih dulu.

Di luar dugaan, Ruqaiya meminta Jalal untuk menghabiskan waktu malam ini di tenda Jodha. Hal ini supaya Jalal bisa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan. Jalal menatap Ruqaiya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Ruqaiya menunduk, menahan air matanya. Meski sedih, dia menegarkan diri untuk menyembunyikan kesedihannya.

*

Di tenda, Moti masih membantu Jodha minum obat supaya tidak pusing-pusing dan mual-mual lagi. Jalal datang dan melihat wajah pucat Jodha. Moti dan pelayan lainnya meninggalkan mereka berdua. Jalal menanyakan ada apa dengan Jodha?

Jodha beralasan bahwa cuaca panas membuat tubuhnya merasa tidak enak. Jalal mengkhawatirkannya. Tapi Jodha minta Jalal untuk tidak memikirkannya, sebab ini waktunya Jalal istirahat.

“Aku tidak siap berperang,” kata Jalal tiba-tiba, “Mungkin aku takkan kembali.”

“Jangan bicara seperti itu. Berjanjilah Anda akan kembali. Anda pejuang yang hebat.”

“Terima kasih dukunganmu, tapi tetap aku merasa takkan kembali...”

Jodha meletakkan tangannya di mulut Jalal. Lalu, Jalal menyatakan bahwa dirinya ingin menghabiskan malamnya bersama Jodha. Mereka menatap penuh cinta-kasih. Jalal pun terlelap di pangkuan Jodha. Jodha bernyanyi dan mengelus perutnya sambil berkata, “Kuharap Ayahmu dan kamu mendengarkan lagu ini.”

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 282.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 281

0 komentar:

Post a Comment