Thursday, February 12, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 264

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 263.

'Jodha Akbar' Episode 264

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 264

Machuchak masuk ke aula istananya di Kabul. Di sana sudah ada para petinggi istana. “Apa para pengkhianat sudah kita ringkus semuanya?” tanyanya.

“Beberapa orang masih berkeliaran. Kami sedang berusaha menangkap mereka.”

“Aku ingin bukti, bukan janji!”

Para petinggi istana tinggalkan aula istana. Tinggallah di sana, Machuchak bersama pelayan setianya.

Dalam sebuah kilas balik, Machuchak teringat dirinya sempat bertemu dengan Nigaar (Shehnaz). Dia meminta Nigaar menggunakan bahunya sebagai sandaran dan mengatakan akan ikut mengalahkan Jalal. Nigaar pun memercayai apa yang dikatakan Machuchak.

Kembali pada aula istana. Kepada pelayan setianya, Machuchak berkata, “Aku putuskan membantu Nigaar meraih apa yang diinginkannya (mengalahkan Jalal). Sayangnya, orang yang akan menjadi pemimpin bukanlah dirinya, melainkan AKU!”

Atgah melaporkan tentang Maan Singh di forum pertemuan petinggi Agra. Namun, tidak ada yang mendengarkan laporannya. Mirza memperhatikan Jalal yang matanya tak mau lepas dari halaman istana. Dia melihat keluar dan menemukan Jodha dan Rahim yang sedang bermain-main di sana. Tersenyumlah Mirza mengetahui benak kakaknya. "Tuan Atghah, silakan memberi laporannya nanti saja. Saat ini bukan waktu yang tepat." Atghah melihat arah yang ditatap Jalal. Dia jadi maklum. Bersama para petinggi lainnya, dia pergi tinggalkan aula istana.

"Kakak, bisa aku bicara denganmu? Atau harus kupanggilkan Ratu Jodha untuk datang kesini?"

"Memangnya kenapa?" Jalal melirik Mirza. Dia lantas memendarkan pandangan ke sekeliling aula istana. Tak ada Atghah maupun petinggi istana lainnya. Jalal bertanya apa Mirza yang telah menyuruh mereka pergi?

"Habis, Anda terus saja menatap ke arah Ratu Jodha di halaman istana tanpa memperhatikan topik yang sedang didiskusikan." Jalal hendak menyangkal. Tapi Mirza langsung menembak kalau mata Jalal mengatakan semua padanya. "Kakak mencintai Ratu Jodha?"

Jalal membenarkan. "Dulu, aku merasa tidak punya hati, tapi sekarang aku merasa aku memiliki hati dan mencinta Ratu Jodha. Hatiku-cintaku hanya untuknya seorang."

"Ah, kuberitahu Ratu Jodha saja." Mirza pun ngacir menemui Jodha yang ada di halaman istana. Dia tidak peduli meski Jalal coba menahannya. Akhirnya Jalal mengikuti Mirza ke halaman istana.

Melihat kedatangan Mirza di halaman istana, Jodha mengatakan kalau sudah lama Mirza tidak menemuinya. Mirza menyuruh Jodha melimpahkan kesalahannya pada Jalal. Ketika datang, Jalal langsung nyerocos kalau bukan salah dirinya. "Tidak. Itu salahmu!" tukas Jodha.

"Aku cuma bilang sama Mirza bahwa aku sangat mencintaimu." Mendengar pengakuan Jalal, Jodha jadi malu sendiri. Melihat kemesraan mulai tercipta, Mirza pamit undur diri. Jalal langsung membisiki Jodha kalau Mirza hanya bercanda.

"Tidak perlu. Aku tidak merasa buruk kok dengan hal itu."

Jalal kemudian mengungkapkan satu rahasia tentang Mirza. "Memang benar Mirza bukan saudara kandungku. Tapi cintanya padaku lebih besar dari cinta saudara kandung yang kumiliki."

"Apa maksud Anda?"

"Mirza bukanlah putra Hamida. Mirza putra Machucak, Ratu Istana Kabul."

Machuchak mengatakan pada pelayan setianya, "Apa yang kuingin akan terjadi sekarang! Akan kurebut takhta dari tangan Jalal!" Si pelayan menarik keluar seorang perempuan yang mencuri-dengar pembicaraan mereka. Dia mengatakan, "Perempuan ini pasti sudah dikirim oleh musuh untuk mendapat informasi dari kita."

Machuchak keluarkan belati. Diacungkannya ke leher mata-mata itu. "Kau menemukannya. Kau sendiri yang putuskan nasibnya." Machuchak pergi. Pelayan Machuchak mencekik mata-mata perempuan yang telah mencuri dengar pembicaraan mereka. 

Maham berjalan di dalam hutan dan melihat kain sari diikat di sebuah batang pohon. Dia merasa ada seseorang yang membuntutinya dan membuat tanda-jalan untuk menguak jalan ke tempat rahasianya. “Apa benar ada orang yang tahu tempat rahasia Ratu Chand?“

Di tempat lain, Shehnaz menggumam, 'Maafkan aku Bu, aku belum bisa menemuimu, tapi telah kubuat tanda-jalan di hutan. Aku akan segera bertemu denganmu!'

Ruqaiya menemui Jalal dan mengucapkan selamat padanya telah mendapatkan nama Akbar. Dia mengatakan, "Jadi, bagaimana saya harus memanggil Anda sekarang?"

Jalal teringat saat Jodha menuliskan nama Akbar di kertas dan merasa dirinya harus menggunakan nama itu mulai sekarang.

Ruqaiya mengatakan, "Aku bangga memanggil Anda dengan nama itu." Dia melihat kertas yang terdapat nama Akbar, tulisan tangan Jodha dan menilai bahwa nama itu sangatlah indah. Dia menyangka nama Akbar itu diberikan oleh orang-orang hebat.

"Tidak. Ini ditulis oleh Jodha untukku."

Ruqaiya terkejut mendengarnya. Jalal menjelaskan kalau itu bukan soal tulisan nama Akbar semata, melainkan perasaan juga.

"Baguslah kalau begitu," sahut Ruqaiya tampak kecewa, "Oiya, saya masih ada pekerjaan, jadi saya akan meninggalkan Anda." Ruqaiya melihat mata Jalal terpaku pada kertas itu dan menggumam, 'Jodha hanya menulis dua kata untukmu dan itu tampak sangat penting untukmu, huh?'

Shehnaz berjalan dengan tingkah mencurigakan. Maham melihatnya dan membuntutinya. Rupanya, Shehnaz memasuki hutan dan melacak tanda-jalan yang telah dibuatnya. Dia terkejut melihat tanda-jalan itu sudah tidak ada. Dari balik pepohonan, Maham memantau gerak-gerik Shehnaz.

Di istana, Jalal memanggil keluarganya untuk mengadakan meena bazar lagi. Sudah lama meena bazar ini tidak dilakukan. “Aku memikirkan sesuatu berbeda. Oiya, meena bazar ini hanya akan diikuti oleh Ruqaiya, Salima, dan Jodha saja. Hadiah yang kuberikan nantinya berkaitan erat dengan gelarku yang baru: Akbar.”

Ruqaiya merasa ide itu sangat bagus. Dia minta Jalal memberikan waktu pada mereka untuk memikirkan apa yang harus dilakukan dalam meena bazar. Tidak seperti sebelumnya.

Shehnaz merasa orang yang menghilangkan tanda-jalannya menyadari bahwa dirinya tidak gila. “Aku musti hati-hati mulai saat ini. Jika tidak, bisa game over aku.”

Di kejauhan, Maham sadar bila Shehnaz tidak gila sebagaimana diketahui orang-orang. Pertanyaan yang menggelayut di benaknya adalah kenapa Shehnaz mau pergi ke tempat rahasianya? Apa Shehnaz pergi atas titah Jodha? Apa Jodha tahu tempat rahasianya dan Ratu Chand? “Aku musti mendapatkan informasi, apakah Shehnaz bersekongkol dengan Jodha atau tidak.”

Beberapa pelayan pun datang mendekati Shehnaz. Mereka meminta Shehnaz datang menemui Maham. Dag-dig-dug-lah Shehnaz ketika pergi ke kamar Maham. Sesampainya di sana, seperti biasa, doi pura-pura gila (hahaha, bisa nih trik ini dipakai kalau ada tilang polisi :))).

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 265.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 264

0 komentar:

Post a Comment