Sunday, February 8, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 259

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 258.

'Jodha Akbar' Episode 259

Semua ratu datang ke kamar Ruqaiya atas titah Jalal.

Hamida: “Kenapa Anda menyuruh semua ratu datang ke kamar Ratu Ruqaiya? Apa terjadi sesuatu?”

Jalal: “Semua baik-baik saja Ibu. Hanya saja, Kerajaan Mughal lagi-lagi harus mendapatkan hari yang buruk. Sekali lagi, aku belum diberi kesempatan untuk menjadi seorang ayah. Ratu Ruqaiya keguguran lagi.”

Ruqaiya terdiam mendengar pernyataan Jalal yang menatapnya tajam. Itu membuat Ruqaiya ketakutan dan tegang, sehingga dia memilih menangis sebagai rasa perwujudan itu. Semua orang kaget mendengar itu.

Hamida: “Benarkah?”

Tabib: “Ma... Maafff... saya tak becus meracik obat yang mampu memperkuat kandungan Ratu Ruqaiya.”

Jalal: “Anda bisa pergi, Tabib.”

Kemudian, memeluk Ruqaiya. Dipinta istrinya itu untuk tidak menangis.

Jalal (berbisik): “Aku tahu kamu bohong padaku! Itu pengkhianat! Tapi, takkan kupermalukan kamu di hadapan orang-orang. Takkan kubiarkan tatapan marah dan hina orang lain mencoreng wajahmu. Biar bagaimana pun, kamu istriku sekaligus teman terbaikku.”

Jalal melepas pelukannya. Ruqaiya menangis tersedu-sedu.

Jalal: “Semua kehendak Yang Maha Kuasa. Kita tak bisa menentang takdirnya. Kita tak bisa membohongi nasibku tertulis dengan pedang. Aku tahu tak ada pedang yang bisa berjalan tentukan nasib.”

Ruqaiya makin keras menangis. Jalal lantas pergi. Hamida kemudian membicarakan “keguguran” ini dengan Ruqaiya – tujuan memberinya penghiburan.

Sipir menyiapkan makanan untuk narapidana. Shehnaz ngumpet di sebuah panci besar. Dia merasa pasti bisa menemukan Ibunya, karena ikatan batin anak-orang tua tak bisa dipisahkan.

Ditempat lain Tentara sedang menyiapkan makanan untuk para tahanan di penjara. Shehnaz bersembunyi di panci besar, dia berpikir karena aku anak ibu maka aku akan menemukan ibu. Tentara berhenti di suatu tempat & bertemu tentara lain. Tentara lalu mengatakan bahwa tak seorangpun boleh tahu bahwa kita melakukan hal ini, mereka mengambil beberapa karung dri tentara lain & pergi. Shehnaz berpikir kemana mereka pergi, lantas berkata pada diri sendiri bahwa dia harus kepenjara menemui ibunya.

Maham menemui beberapa Tabib.

Maham: “Bila kalian membantu, maka semua permasalahanku bisa terpecahkan. Bila tidak, kalianlah yang akan mendapat masalah. Jangan lupa, kalian harus menyembunyikan apa yang kukakatan demi kebaikan Kerajaan Mughal. Pastikan rahasia ini tetaplah menjadi rahasia.”

Hamida: “Baginda memikirkan Anda, Ratu Ruqaiya. Beliau sedih telah kehilangan lagi.”

Salima: “Saya bisa memahami apa yang Ibu dan Baginda rasakan. Anak sangat berarti baginya.”

Jalal: “Istirahatlah.”

Hamida dan Salima pergi meninggalkan Ruqaiya dan Jalal. Setelah mereka berdua pergi, Jalal pandangi Ruqaiya.

Ruqaiya: “Saya minta maaf. Percayalah, apa yang saya lakukan hanyalah sebuah upaya menarik perhatian Anda. Sama sekali tak ada niatan menyakiti hati Anda. Saya janji takkan mengulanginya lagi.”

Jalal mendatangi Ruqaiya dan memeluknya erat.

Jalal: “Akan kulupakan semuanya. Karena kita tidak main catur selama beberapa hari, marilah kita bermain bersama.”

Ruqaiya menatap Jalal terheran-heran. Ditatapnya mata sang raja.

Ruqaiya: “Anda benar-benar memaafkan saya? Saya merasa hidup saya akan segera berakhir.”

Jalal: “Aku bisa memahami apa yang kamu rasakan. Kamu ketakutan, karena belum melahirkan. Kuterima alasanmu. Tapi, aku enggan membicarakan hal-hal yang telah berlalu. Aku tidak menyukainya. Aku hanya ingin berbicara tentang hal-hal dalam hidup kita yang membuat kita merasa damai. Hal yang membuat rasa bersalahmu menghilang.”

Ruqaiya: “Anda pria sekaligus suami terbaik dan bijaksana. Tak seharusnya saya melakukan ini pada Anda.”

Jalal: “Lupakanlah. Jangan bicarakan itu lagi. Kamu istri pertamaku, jadi jangan lakukan itu lagi.”

Hari makin larut. Karenanya, Jalal membatalkan bermain catur dengan Ruqaiya. Dia pergi, setelah sebelumnya menatap istrinya itu dan memintanya berjanji tidak mengkhianatinya lagi.

Jalal: “Aku tak kuasa menanggungnya. Bila kamu ingin mengeluh, katakanlah padaku, jangan membohongi kami semua.”

Ruqaiya menyesal denga apa yang sudah dia lakukan.

*

Maham membawa para Tabib ke tempat rahasianya. Dia meminta para prajurit membiarkan Tabib mengecek kondisi Ratu Chand. Shehnaz memperhatikan semua itu dari kejauhan.

*

Jodha sedang melamun ketika Jalal mendekatinya sambil menangis. Jodha mendekati Jalal dan memeluknya.

Jalal: “Aku kehilangan calon anakku hari ini dan di satu sisi aku tidak kehilangan temanku. Terima kasih nasihatmu.”

Jodha membayangkan lagi ketika Jalal hendak melampiaskan kemarahan pada Ruqaiya yang telah membohonginya. Beruntung dia cepat-cepat menghentikannya.

Jodha: “Anda baik-baik saja?”

Saat itu, dia melihat sekilas kemarahan Jalal.

Jalal: “Tolong, tinggalkan aku sendiri. Keadaan sekarang ini tidak tepat menghentikanku.”

Jodha: “Setidaknya beritahu saya, apa yang sedang Anda rasakan?”

Jalal: “Tinggalkan aku sendiri!”

Jodha: “Saya tidak kesini untuk meninggalkan Anda. Juga, saya tidak takut dengan kemarahan Anda. Karena itu katakan saja, apa yang sedang Anda rasakan?”

Jalal mengajak Jodha ke kamarnya. Disana, dia menjelaskan secara psikis dirinya terguncang. Dibohongi, dikhianati, dihancurkan impiannya.

Jalal: “Ratu Ruqaiya tidak hamil dan tidak akan pernah menjadi seorang ibu! Dia tak cuma khianati aku, tapi juga Ibu dan Kerajaanku! Aku memikirkan rasa kecewa yang Hamida dan Rahim rasakan. Kamu sendiri bagaimana? Siang-malam dia bersandiwara, kamu selalu perhatikan dirinya. Apa yang telah dia lakukan?”

Emosi membuat Jalal mau pergi menemui dan memarahi Ruqaiya.

*

Jodha: “Berhenti! Saya takkan membiarkan Anda memarahi Ruqaiya. Saya tak ingin Anda seperti itu.”

Jalal: “Dia mengkhianatiku! Apa maksudmu mengatakan itu?”

Jodha: “Berpikirlah dengan tenang. Apa yang menyebabkan dirinya melakukan itu? Saya yakin, dia tak ingin menyakiti atau mengkhianati Anda.”

Jalal: “Aku tdak bisa mengerti kenapa dia melakukan itu? Kenapa dia mengkhianati sahabat baiknya?”

Jodha memberikan diya pada Jalal.

Jodha: “Saya berikan ini pada Anda. Bersumpahlah pada Kahna, Anda takkan menghardik Ruqaiya. Dia melakukan itu, karena sangat mencintaimu. Dia berpikir Anda menjauh darinya, lantaran Anda tertarik dan menjadi dekat dengan saya. Dia tak mau Baginda yang dikenalnya berubah – dulu dan sekarang tetap ada untuknya. Dia coba menarik perhatian Anda. Bila Anda tak letakkan jurang cinta, maka takkan Ruqaiya melakukannya.”

Jodha (melanjutkan): “Berjuang demi memperoleh cinta suami bukanlah perbuatan dosa. Karena itulah, Anda harus melakukan tugas Anda sebagai seorang suami dan teman. Jangan biarkan seorang pun tahu rahasia kita. Apa yang akan dilakukan Ibu Suri bila mengetahui hal ini? Beliau akan sakit hati. Ratu Ruqaiya akan selalu menunduk malu oleh rasa bersalahnya. Sedangkan, Ratu Salima? Beliau juga takkan percaya lagi pada Ratu Ruqaiya, dan hubungan mereka pun bisa saja merenggang. Tidak hanya itu, Ratu Ruqaiya juga akan sulit memperoleh kepercayaan lagi dengan harem dan kesultanan ini. Saya meminta pada Anda untuk melupakan kesalahannya. Jadi, saya mohon Baginda tidak membiarkan apapun untuk memalingkan Anda dari Ratu Ruqaiya, demi kelanggengan hubungan kita. Aku janji takkan mengatakan apapun pada siapapun.”

Mendengar penjelasan itu membuat Jalal tersadar. Well, dia merasa Jodha adalah istri terbaik di antara yang terbaik. Tatkala semua ratu ingin mendapatkan cinta dan perhatiannya untuk diri sendiri, di sisi lain Jodha menawarkan cinta dan perhatiannya untuk diri sendiri dan ratu lain.

Jalal: “Karenamu, aku jadi bisa memahami hubungan dan tugas-tugas mereka. Kuucapkan terima kasih padamu.”

Jodha letakkan kepalanya di bahu Jalal.

Jodha: “Kita adalah satu dalam cinta. Cinta saya akan selalu bersama Anda, Paduka.”

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 260.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 259

0 komentar:

Post a Comment