Sebelumnya baca: sinopsis 'Valid Love' episode 14 - bagian 2.
Ibunya Ki Tae menjalani serangkaian tanya jawab untuk mengecek kondisinya. "Tanggal berapa ini?" tanya dokter. Ibu bertanya pada Ki Tae untuk menjawab pertanyaan dokter.
Dokter mengatakan, "Apa Anda tidak tahu tanggal berapa ini?" Ibu menjawab tahu karena dia harus pergi bekerja dan mengatakan kalau pertanyaannya sangat mudah. Dokter mengganti pertanyaan di mana Ibu bekerja dan di perusahaan apa? "Mansukdong di perusahaan Changing Furniture," sahut Ibu. Ayah terkejut mendengarnya.
Di ruang tunggu Ayah mengatakan kepada Hee Tae dan Ki Tae bahwa Changing Furniture adalah tempat dia pertama kali bertemu istrinya dan berkencan. Itu terletak di Mansukdong.
Il Ri berbicara dengan Hee Soo. Karena hanya mengandalkan isyarat mata, Il Ri jadi menebak-nebak apa yang dikatakannya. Apa perut Hee Soo bermasalah bermasalah akibat stress?
Tapi pada akhirnya, Il Ri bertanya pertanyaan penting, "Apa telah terjadi sesuatu?"
Hee Tae mengatakan kepada dokter apa ada jalan untuk merawat Ibunya? Dokter menjawab ada, tapi tingkat keberhasilannya hanyalah 10 persen saja. Dia bertanya di mana istrinya Hee Tae, karena sejauh ini hanya Il Ri yang pernah merawat orang lumpuh. Dia meminta Il Ri diajak masuk. Hee Tae mengatakan supaya dokter menjelaskan saja padanya.
Sinopsis 'Valid Love' Episode 15: Hwatu
Il Ri bertanya ini - itu mengenai kondisi Hee Soo. Dalam hati Hee Soo menampik semua pertanyaan Il Ri. Dia mengatakan dalam hati bosan hidup, karena Ibu sakit juga jadi dirinya harus menghilang.
Pada akhirnya, Il Ri meminta Hee Soo bertahan, karena musim semi akan datang tidak lama lagi. Dia berjanji akan membawa bunga untuk Hee Soo jika bertandang lagi. Hee Soo yang tetap tak bergerak mendesis dalam hati jika dirinya merasa diejek ketika musim semi di mana bunga bermekaran. Dia mengatakan bahwa Ibu sakit, karena itu sudah sepantasnya dirinya menghilang.
Di dalam perjalanan pulang, di mobil, Ki Tae meminta Ibu dan Ayah sehat selalu, karena yang terpenting nomor satu adalah sehat dan nomor nol adalah uang (aish). Ibu bertanya apa aku terkena demensia? Ketiga orang pria itu terdiam. "Emangnya aku bodoh apa gimana? Seharusnya kalian berakting sejak kita pergi ke RS tauk!" celoteh Ibu, "Kalian semua merasa seperti langit mau runtuh saja. Aku mengikuti kalian, hanya karena ingin tahu saja. Siapa demensia hah? Aku baik-baik saja!"
Hee Tae membatin bahwa seperti biasa, Ibunya akan menolak awalnya, marah, bernegosiasi, dan pada akhirnya menerima. Sebelumnya, dokter menjelaskan kepada Hee Tae bahwa perubahan kepribadian dan ketidakmampuan Ibunya mengenali orang lain akan memengaruhi keluarga. Meski begitu, Ibu akan tetap mengenali orang yang istimewa dan kejadian yang menarik dalam hidupnya. Hee Tae bertanya, "Tapi kenapa Ibuku tidak bisa mengingat Ayahku, bukannya dia orang yang spesial?" Dokter menjawab bahwa kemungkinan besar memiliki alasan tersendiri.
Il Ri keluar dari rumah mertuanya. Tidak lama kemudian, Hee Tae sekeluarga tiba. Ayah saat itu masih berkicau alasan dirinya menyukai istrinya. "Hanya satu hal yang kusukai dari ibu kalian: sangat pintar!" tukas Ayah, tapi mendadak mulutnya terkunci, melihat kedua anaknya menatap istrinya.
"Kan sudah kubilang turunkan aku di toko! Kenapa kalian malah membawaku pulang?" tanya Ibu. Hee Tae meminta ibu untuk libur sehari saja. "Eh, kuberitahu, mana ada toko sukses tanpa ditunggui pemiliknya?" Ibu menghela napas, "Tapi, ya udah deh, kita masuk dulu."
Di dalam, Ibu langsung masuk ke kamar dan mencoba menolak apa yang terjadi pada dirinya. Sementara itu, Ayah, Hee Tae, dan Ki Tae berbincang di luar. Hee Tae mengatakan bahwa sebaiknya mereka mengakomodir kebutuhan Ibu. Ayah setuju dengan usulan itu. Hee Tae mengatakan lagi mulai sekarang Ki Tae harus mengantar Ibu berangkat dan pulang ke toko. Ayah setuju lagi.
Namun, Ki Tae protes bahwa dirinya sedang berusaha mengembangkan bisnisnya. Bila harus mengantar-jemput Ibu ke toko, tentu saja bisnisnya akan terhambat. Hee Tae menyahut bahwa ini bukanlah sebuah pilihan - suka tidak suka mereka tetap harus menjalaninya. Ki Tae mendengus dan berkata, "Yaudah bayar aku, 50 ribu dolar pertahun!" Ayah memukul kepala Ki Tae karena ucapannya. Hee Tae juga meminta Ayah untuk tetap tinggal di rumah supaya tidak terjadi hal tidak diinginkan pada Ibu. Sementara itu, Hee Tae menjelaskan akan tetap bekerja dan menjenguk ke rumah bila malam.
Hee Soo yang mendengar kata-kata para pria seolah keluar dari kamar menanyakan kondisi Ibunya. Dia mempertanyakan kenapa mereka bertiga tidak menjelaskan padanya?
Hee Tae tiba-tiba bertanya, "Apa kalian ada yang punya hwatu?" Ayah dan Ki Tae menjawab tidak punya. Ayah bertanya untuk apa Hee Tae membutuhkan hwatu?
Sebelumnya, dokter menjelaskan kepada Hee Tae bahwa mereka harus membuat Ibu terus berpikir dengan aktivitas-aktivitas yang merangsang kinerja otak. Itu harus mereka lakukan, sebab otak penderita demensia akan cepat menurun dan selesai sampai di situ. Salah satu aktivitas yang merangsang kinerja otak adalah permainan kartu hwatu.
Hee Tae membeli hwatu di warung. Ketika dibayar, penjaga bertanya, "Wah banyak sekali yang kau beli?" Hee Tae tersenyum dan menyerahkan uang. Dia keluar dan melihat-lihat-lihat kartu hwatu. Dia ingat dokter mengatakan supaya memaksa Ibu untuk terus melakukan permainan ini.
Hee Tae tersandung dan kartu pun berantakan ke tanah. Dia buru-buru mengambil. Seseorang datang dan membantunya mengambil cepat. Hee Tae melongok dan menemukan Kim Joon memberikan kartu-kartu itu padanya. Tanpa senyum tanpa sapa, Kim Joon melewati Hee Tae masuk ke dalam toko.
Il Ri menemui dokter yang mengecek kondisi Ibunya Hee Tae. Dia menanyakan kondisi Hee Soo yang terlihat bermuram durja akhir-akhir ini dan meminta dibuatkan resep anti-depresan. Dokter menyatakan tidak bisa membuat resep sembarangan, kecuali pasien dibawa dan diperiksa.
Il Ri pergi. Dokter hanya menatap kepergiannya. Dia tak mengatakan apapun mengenai Ibunya Hee Tae. Pasalnya, dia sudah diberi pesan oleh Hee Tae jika istrinya datang untuk tidak mengatakan apa-apa. Hee Tae ingin istrinya beristirahat mengurusi orang sakit.
Il Ri menceritakan pada Kim Joon jika dirinya menemui Hee Soo yang sakit hatinya, tapi dirinya tidak tahu apa yang penyebabnya. Kim Joon menjawab bahwa Hee Soo sama seperti mereka, seorang manusia biasa. Mungkin penyebab sakit hatinya adalah seorang pria. "Yeah, seperti yang kau rasakan belakangan ini," kata Kim Joon tersenyum, "Apa yang menyebabkanmu terluka? Aku kan?" (wek, pedeh!)
Il Ri mengatakan itu tidak mungkin, sebab Hee Soo tidak pernah bertemu orang lain. Kim Joon santai menjawab berarti Hee Soo yang ingin sakit hati saja. Il Ri bertanya, "Kita mau kemana nih?" Kim Joon menyahut bahwa dia akan mengajak bermain seluncuran es, mumpung masih musim dingin.
Kim Joon tampak senang bermain seluncur es. Dia memanggil dan mendekati Il Ri, mengajaknya turut serta.
Awalnya Il Ri menolak dengan beragam alasan, tapi ketika mencobanya dia ketagihan dan emoh diajak pulang. Kim Joon memanyunkan bibirnya (kayaknya menyesal mengajak Il Ri main). "Ayo kita pulang!" ajak Kim Joon. Il Ri akhirnya berlari menghampiri Kim Joon sambil berteriak, "Menyenangkan!"
Malam harinya, mobil yang dikendarai Kim Joon mogok di tengah jalan yang sepi. Il Ri panik bagaimana bisa pulang, terlebih perutnya lapar. "Telponlah tukang derek," pinta Il Ri, "Aku lapar nih." Kim Joon mengiyakan, kemudian dia pergi untuk mencegat mobil derek di jalan besar, karena mungkin di tempat mereka mogok takkan bisa terlihat. Tentu saja Il Ri ikut karena tidak mau ditinggal sendirian.
Mereka menemukan tempat peristirahatan, tapi mengeluh karena pasti tempat itu tidak menjual makanan. Pemilik tempat peristirahatan itu keluar dan mengatakan bahwa mereka juga menjual makanan. Il Ri bergegas masuk, disusul Kim Joon kemudian.
"Ini baru namanya makanan, enak!" puji Il Ri. Kim Joon terpana melihat tingkah Il Ri. Saat itu, Il Ri bertanya apa Kim Joon tidak menghubungi tukang derek secepatnya. Kim Joon mengaku lupa dan segera mengambil HP-nya untuk menelpon. "HP mati begitu mana bisa buat telpon?" sindir Il Ri. Mengetahui triknya terbongkar, Kim Joon membeku.
"Kenapa kau jadi kikuk begitu sih?" tanya Il Ri, "Sebenarnya tujuanmu apa sih?" Kim Joon mengaku ingin menunggu tukang derek datang di luar saja. Namun, Il Ri menahannya dengan alasan di luar dingin. Kim Joon menelan ludahnya (apa yang dia pikirkan sebenarnya? Trik usang!).
Pada akhirnya, Il Ri dan Kim Joon bermain hwatu. Kim Joon kalah. Il Ri menarik lengan Kim Joon dan memukulnya kencang sebagai hukuman. Sementara itu, Hee Tae meminta tukang listrik untuk memperbaiki kelistrikan di rumahnya.
Il Ri dan Kim Joon tidur bersebelah-belahan. Dia mengungkapkan impiannya untuk melakukan ini - itu pada Kim Joon. "Aku bertemu lagi dengan suamiku setelah tujuh tahun berpisah. Tiga bulan kemudian kami menikah. Tak ada pacaran, karena aku sibuk mempersiapkan pernikahan. Setelah menikah, kau tahu kelanjutannya," tukas Il Ri.
Kim Joon menghadap ke Il Ri dan bertanya, "Kalau begitu adakah hal yang ingin kau lakukan?" Il Ri mengaku telah melakukan banyak hal hari ini. Aku merasa sedih setiap memikirkan hal-hal yang orang lain bisa lakukan dan aku tidak."
Kim Joon menyahut bahwa dirinya juga telah melakukan banyak hal hari ini. Il Ri menuduh Kim Joon membohongi dirinya! Namun, Kim Joon menandaskan bahwa dirinya tidak berbohong, sebab hari ini dirinya telah memikirkan banyak cara hingga kepala mau meledak supaya bisa tidak pulang malam ini. "Jadi, kau cuma menghentikan mobilnya," ledek Il Ri. Kim Joon menyahut biar bagaimana dirinya sudah berhasil membuat mereka menginap, tidak pilihan (dasar otak pria!).
"Kau tidak berhasil. Akunya saja yang menyerahkan diri," sambung Il Ri. Kim Joon berpendapat Il Ri menyerahkan dirinya karena pikirannya nakal. Pendapat itu membuat Il Ri tersenyum dan membenarkannya bahwa dirinya nakal.
Mereka kembali pada posisi masing-masing saling menghadap langit-langit. Il Ri mengulurkan tangan kirinya menyentuh selimut Kim Joon. Kim Joon menatap Il Ri, yang meminta tangannya digenggam. Dia tidak menolak ajakan itu. Setelah saling menggenggam, mereka saling bertatapan tanpa kata-kata. Seolah cinta telah cukup bagi mereka berdua.
Hee Tae menghubungi Ibunya untuk mengucapkan selamat malam. Tapi, Ibunya meminta Hee Tae tidak melakukannya. Hee Tae mengaku bukan melakukannya karena itu, tapi naluri Ibu lebih tahu. Dia merasa Hee Tae melakukannya karena merasa dirinya, itulah mengapa Ibu mengatakan dirinya baik-baik saja.
Hee Tae kemudian memberes-bereskan rumah seorang diri, mulai dari mengepel dan mencuci. Dia mengatakan bahwa Ibunya sedang sakit tapi tidak membaginya dengan Il Ri. Dia mulai mengambil pakaian kotor untuk digiling di mesin pencuci. Ketika menemukan pakaian kotor Il Ri di keranjang baju kotor, dia sempat termangu teringat sang istri. Tapi dia melanjutkan kembali dan menemukan botol soju milik Il Ri di rak sabun. Dia menuang sedikit dan menghabiskannya dalam sekali tegukan.
Sementara itu, di luar salju turun, suara narasi Il Ri mengatakan bahwa dari dulu ingin tidur di sebelah pacarnya sambil berpegangan tangan. Sedangkan Kim Joon menarasikan bahwa dari dulu ingin menunggu seseorang.
Keesokan harinya, Ki Tae sibuk bertanya ini - itu kepada Ibunya. Ini bentuk aktivitas mengingat yang harus dilakukan Ibunya. Pada akhirnya, Ibu tak tahan lagi dan bertanya, "Sampai kapan kau mau melakukan ini? Sudah kubilang aku baik-baik saja!" Ki Tae terdiam. "Lebih baik kau komentari baju yang Ibu kenakan. Modis kan?" tanya Ibu, kemudian dia segera menemui calon pembelinya yang baru saja datang. Ki Tae mendengus, melihat keadaan Ibunya, apa jangan-jangan dokter salah mendianosisnya.
Ibu mengucapkan selamat datang kepada calon pembelinya, yang datang kembali setelah setahun membeli barang darinya. Si calon pembeli mengernyitkan dahinya, "Aku terakhir ke sini minggu kemarin kok." Ibu bingung tak tahu harus mengatakan apa.
Rekan kerja Hee Tae terkejut waktu Hee Tae mengatakan bahwa Ibunya terkena demensia. "Ibumu kan orangnya 'tajam', kok bisa ya?" tanyanya, "Terus apa yang kau lakukan?" Hee Tae menjelaskan bila terapi adalah jalan satu-satunya sepanjang tidak ada hal aneh yang mereka lakukan. Temannya mengatakan itu harus dan meminta Hee Tae tidak perlu terlalu khawatir.
Selanjutnya baca: sinopsis 'Valid Love' episode 15 - bagian 2.
0 komentar:
Post a Comment