Baca: sinopsis 'Valid Love' episode 5 - bagian 2.
Seorang rekan kerja memanggil Hee Tae, mengajaknya pulang bareng. Keduanya naik satu bus yang sama. Rekan kerja Hee Tae menghubungi anaknya yang masih lucu dan mengatakan hal-hal lucu. Setelah selesai menelpon, rekan kerjanya mengatakan, “Kalau kamu kepengin, makanya punya anak. Kan nggak masalah kan?” Hee Tae mendengus, karena dulu rekannya ini sempat mengejar-ngejar Hee Soo, tapi sekarang malah hidup bahagia dengan seorang istri dan anak. Rekan kerja Hee Tae tertawa kecil – yah, namanya bukan jodoh.
Ia mengatakan jika sekarang-lah kesempatan Hee Tae untuk memiliki anak, jangan ditunda-tunda lagi. “Ya, bukannya nakutin sih. Kita tahunya dia sehat sekarang, tapi nanti-nanti siapa yang tahu?” ujar temannya lagi. Pembicaraan itu terpotong setelah Hee Tae menerima pesan singkat di HP-nya. Begitu dibuka, Hee Tae menemukan foto Il Ri sedang duduk satu meja dengan seorang pria (yang terlihat hanya kakinya saja).
Rekan kerja Hee Tae sampai bilang kalau Il Ri terlihat seperti gadis berusia dua puluhan saja pakai kirim-kirim foto segala. Hee Tae menyebutkan jika nomor pengirimnya tidak dikenal, dan tentunya bukan nomornya Il Ri. Rekan kerja Hee Tae terkejut dan langsung merebut HP Hee Tae. Ia mengatakan jika foto itu semacam penipuan, yang akan menyedot uang di rekening bank Hee Tae. Karenanya, ia langsung menghapus foto itu. “Nih udah,” katanya, “Aku udah nyelamatin kamu nih. Traktir minum ya?”
Hee Tae bertanya, “Gimana caranya mereka bisa punya foto Il Ri ya?” Rekan kerjanya menjawab santai jika HP Hee Tae diretas oleh hacker.
Waktu temannya ngoceh terus, Hee Tae mendengar suara dari HP-nya. Ia menempelkan HP-nya di telinga, dan terdengar suara Ayah, “Apa Hollywood lagi gempar hah? Kenapa mereka meretas foto istri orang lain? Ini ayahmu. Apa kau bicara pada ayah?” Wajah Hee Tae berubah sungkan. Ayah lanjut mengoceh, “Apa simpananmu di sebelahmu? Kenapa kau menerima telepon, tapi bicara dengan orang lain?”
“Oh, Ayah menelepon?” tanya Hee Tae kaget. Ayah meminta Hee Tae cepat pulang, lantaran Ki Tae bikin masalah lagi – ikut-ikutan j*di online, dan polisi dunia maya ingin mereka datang.
***
Di sisi lain, Il Ri sedang merawat tangannya Kim Joon yang terlihat kasar. Ia memerintahkan Kim Joon mencolek pelembap yang dibawanya. “Pakai itu!” perintahnya. Kim Joon mencoleknya sedikit. “Yang banyak!” pekik Il Ri, “Olesin di balik tanganmu, telapak tangan. Pokoknya semuanya! Terutama di sela-sela kukumu yang kehitaman itu tuh! Terus pijat!”
Perintah terakhir membuat Kim Joon memiliki alasan untuk bersentuhan dengan Il Ri. Ia minta Il Ri memijatkan tangannya.
“Sok imut banget sih?” sahut Il Ri, “Aku Ahjumma tetanggamu tahu. Kau ini bocahnya!” Il Ri menolak melakukannya. Ia memberikan sarung tangan plastik pada Kim Joon, setelah melihat telapak tangan Kim Joon terlihat lebih bersih. Ia mengambil tasnya dan meminta Kim Joon melakukannya setiap malam. Ketika Il Ri mau pergi, Kim Joon menahannya dan memintanya duduk-duduk lebih lama – setidaknya sampai ia melepas sarung tangan plastiknya.
“Tukang Kayu Kim, bukannya kamu harusnya minta maaf?” Il Ri mengatakan, “Tapi ngomong-ngomong kamu ngerasa salah nggak sih?” Belagak dongok, Kim Joon bertanya apa benar dirinya berbuat salah? Ciuman itu terjadi karena ketidak-sengajaan. Il Ri jengkel dengan pernyataan tidak bertanggung jawab itu.
“Kamu lagi mainin aku ya?” Il Ri menghembuskan napas berat. Ia kemudian menyatakan takkan pernah kembali ke studio Kim Joon, takkan menyimpan nomornya, juga takkan menyapanya kalau berpapasan. Namun, Il Ri buru-buru meralat pernyataan terakhir, karena dinilainya terlalu berlebihan. Ia kemudian menegaskan kalau tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Il Ri menerima telpon dari mertuanya.
***
Sementara itu dirumah, Ayah Mertua sedang mengejar-ngejar Ki Tae dengan tongkat golf. Ia hendak memberi pelajaran putra bungsunya itu. Ibu Mertua minta Il Ri kembali cepat untuk memisahkan mereka berdua, karena Hee Tae bakalan pulang telat – masih di bus, terjebak kemacetan. Ibu mengatakan kalau suara Ayah dan Ki Tae terdengar keras yang tentunya akan mengganggu ketenangan Hee Soo. “Kamu datang kan?” tanya Ibu Mertua. Il Ri mengiya-iyakan.
***
Il Ri menutup telponnya dan mau beranjak, tapi Kim Joon lagi-lagi menahannya. Kim Joon minta Il Ri tidak pulang. “Nggak bakalan terjadi apa-apa juga kalau kamu nggak di sana kan?” tukas Kim Joon. Il Ri menjawab apa Kim Joon tidak apa yang sudah terjadi? Kim Joon menegaskan makanya Il Ri sesekali tidak perlu muncul. Lihat, apa terjadi sesuatu atau tidak jika Il Ri tidak ada di sana? Kemudian, ia dengan seenak udelnya mengatakan jika Il Ri mau tinggal, dirinya akan minta maaf.
Tapi yang ada Il Ri jadi makin kesal. “Aku udah bikin kesalahan. Emang harusnya nggak kulakuin itu. Berhentilah menggangguku.” Il Ri pergi, tapi Kim Joon mengatakan bahwa semuanya ini adalah awal baginya. Ia mengatakan jika Il Ri telah melakukan kesalahan di depannya, yaitu kolaps di depannya.
“Harusnya kamu nggak kambuh di hadapanku.”
***
Ayah memukul kepala Ki Tae yang telah mengikuti j*di online. Ia kemudian menyuruh Ki Tae untuk ikut kerja sama Il Ri, biar ada kerjaan! Tapi namanya darah muda ya gitu deh, Ki Tae menolaknya, bahkan mempertanyakannya, “Kenapa juga aku harus belajar ngecat?”
Ki Tae meminta dukungan Ibunya untuk melepasnya satu kali ini saja. Ibu menjawab jika Ki Tae harus melakukan apa yang diperintahkan. “Waktu kakak iparmu bilang mau ngajak kamu, Ibu dipaksa memberi izin,” Ibu mengelus dada, “Tapi sekarang beda. Sini, mana kartu kreditmu! Mau ngecat pake tinta apa cat, urus sendiri urusanmu!” Ki Tae merasa pekerjaan mengecat itu terlalu rendahan bagi lulusan perguruan tinggi S1.
Sementara mereka bertengkar, Hee Tae sibuk menghubungi tempat Ki Tae main j*di online. Ia mengucapkan terima kasih sama orang yang diajak ngobrol di telpon, kemudian duduk di sebelah Ibunya yang bertanya bagaimana kelanjutannya – apa Ki Tae bakalan di penjara? Hee Tae mengaku tidak sejauh itu. Tapi Ibu menegaskan jika seharusnya begitu, supaya Ki Tae sadar diri telah membuat situs (memanipulasi) permainan.
Ki Tae menampik tuduhan itu, “Manipulasi apaan? Aku ini cuma seorang pemain – pemain bola profesional! Aku hanya bertaruh.” Pertanyaan terakhir membuat orang tua Ki Tae bertanya dari mana Ki Tae mendapatkan uang? Apa meminjam uang dari lintah darat? Soalnya, mereka yakin Ki Tae sama sekali tidak memegang uang tunai. Entah bohong atau tidak, Ki Tae menyebutkan jika dirinya berinvestasi di pasar saham. Karena mendapat keuntungan, ia mengambil sahamnya sebagian.
Ayah mengambil tongkat golfnya kembali dan mengayun-ayunkannya, membuat Ki Tae ketakutan. Mereka pun kejar-kejaran lagi bak Tom and Jerry, haha, sementara Ibu dan Hee Tae mendengus karena Ayah bisa menilai Ki Tae salah jalan. “Dasar satu gen!” dengus Ibu. Hee Tae menenangkan Ibu dan berjanji akan bicara padanya.
***
Di sisi lain, Il Ri tercenung di depan mesin cuci. Ia memikirkan semuanya, tentang Kim Joon. Pikirannya makin gusar waktu Kim Joon mengiriminya pesan singkat, “Kau baik-baik saja? Sengaja ninggalin laptop ya?” Il Ri menepuk jidatnya. Pikunnya bertambah. Kim Joon tersenyum waktu mengirimi pesan singkat untuk Il Ri, pasalnya Il Ri ketinggalan laptopnya lagi. Ia kemudian memberitahu Il Ri jika telapak tangannya sudah lebih melembut. Dalam pesannya, Kim Joon bertanya apa Il Ri orang yang bisa dipercaya? Mau tahu sebuah rahasia? Tapi balas dulu.
Kesal, Il Ri memasukkan HP-nya ke mesin cuci. Tapi, mengambilnya lagi setelah beberapa saat. Ia membuka HP-nya dan menemukan pesan singkat dari Kim Joon yang cukup panjang – itu rahasianya. Pesan itu berbunyi: “Dulu, aku sempat berpikiran kalau kayu itu hidup. Kakek bilang begitu terus. Kayu bagus bisa bertahan 1000 tahun. Emang bener kayu bisa bernapas. Kau harus mengingat hal itu saat membuat sesuatu. Sebagai contoh, memasang kaki meja makan. Saat bentuk meja berubah, supaya kaki meja bisa ikut berubah. Kita harus memberinya jarak. Tapi di hari itu, Kupikir seperti itulah rasanya hidup. Panas... menggelitik... dan nekat. Sesuatu yang mengejutkan. Telapak tanganku panas sejak saat itu. Seolah aku menyentuh api. Panas dan menyakitkan. Aku ingin memberitahumu itu tadi.”
Kim Joon terlihat keluar dari studionya dan pergi ke suatu tempat. Il Ri masih asyik di depan mesin cuci dan membaca pesan Kim Joon. “Oiya, ini juga, meski aku nggak ikut campur, dunia tetap berputar. Lupain pikiran bahwa cuma kamu orang yang bisa ngelakuinnya. Soalnya, kamu kelihatan capek.” Kim Joon sampai di depan restoran soju dan berencana minum di sana. Di depan pintu masuk, Ki Tae menabraknya.
Di dalam, Kim Joon duduk di bangku yang kosong, di mana persis di belakangnya ada Hee Tae – lagi minum juga. Mereka sama-sama memesan soju lagi. Sehingga, keduanya menengok karena merasa mengenali suara masing-masing. Hee Tae berkomentar, “Kayak kamu suka soju juga ya? Sempatin keluar walau kerjaan lagi numpuk.”
Kim Joon kemudian mengatakan, “Aku mau ngerjain pesananmu. Ada pelanggan yang membatalkan pesanannya.” Merasa sakit hati ditolak tanpa alasan, Hee Tae bilang tidak perlu. Ia mengatakan alasannya kalau lagi sibuk banget seseorang pasti takkan membuat karya yang bagus. Tapi, Kim Joon seolah tidak peduli dengan cibiran Hee Tae. Ia mengatakan jika benda spesial yang cocok dihadiahkan kepada istrinya Hee Tae adalah kursi, jangan meja rias. Sebuah kursi yang nyaman untuk tetirah.
Namun, Hee Tae minta Kim Joon melupakannya, karena berencana membuat di tempat lain saja. Kim Joon percaya diri mengatakan takkan ada tukang kayu sebagus dirinya. Hee Tae bertanya, “Tapi, kenapa tiba-tiba berubah pikiran?” Kim Joon terdiam, membuat Hee Tae mengatakan:
“Begitulah, begitulah yang kurasakan. Begitulah yang kurasakan. Itu kalimat paling sempurna yang kudengar sejauh ini. Aku tidak bisa bertanya lagi. Alasan sempurna yang tidak bisa kudebat. Aku suka orang ini.”
Selanjutnya baca: sinopsis 'Valid Love' episode 6 - bagian 1.
0 komentar:
Post a Comment