Sunday, December 21, 2014

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 154

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 153.

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Raja Jalal mendatangi kamar Mirza Hakim dan menemukannya telah terlelap dengan pakaian pengantinya, kelelahan gara-gara menangis semalam. Itu terbukti ketika sewaktu memegang bantal, Raja Jalal air mata sang adik. Ia pun berinisiatif untuk melepaskan sepatu yang dikenakan sepatunya. Ketika melihat Mirza pun mengolet, ia memerintahkan pelayan mengambilkan selimut.

Yang datang membawa selimut kemudian bukanlah pelayan, melainkan Ratu Jodha. Raja Jalal meminta selimut itu dari tangan Jodha tanpa bicara, dan segera menyelimutkannya ke tubuh Mirza Hakim. Setelah itu, ia pergi melewati Ratu Jodha tanpa bicara apa-apa. Hal ini membuat Ratu Jodha tersentak, tapi segera menyusulnya.

Raja Jalal menatap tajam Jodha, sebelum berkata, "Kau benar, Jodha, diam menghancurkan seseorang dari dalam. Apa kau tahu jika Mirza diam ketika menanti kedatangan Shivani, bahkan saat mengetahui Shivani kabur bersama pria lain? Kau tahu, ia bahkan tetap diam sampai sekarang." Raja Jalal memberi jeda pada ucapannya untuk melihat reaksi Ratu Jodha, namun yang dilihat terdiam. "Ketika Mirza tertidur," Raja Jalal melanjutkan, "Aku melihatnya menangis! Sebagai kakak, aku bisa memahami apa yang dirasakannya!"

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Raja Jalal memegang tangan kanan Jodha dan mengingatkan bahwa dirinya tidak memerlukan izin Jodha untuk memberinya hukuman. Ia menegaskan, "Tapi, aku lebih tertarik menghukum dua pelaku sebenarnya, yaitu: Shivani dan Tejwant! Karena dua orang itulah, adikku Mirza Hakim menderita. Akan kupastikan mereka tertangkap pasukan yang kuperintahkan untuk mengejar. Tidak ada satu pun orang bisa bersembunyi di Kerajaan Mughal yang kumiliki ini!"

"Baginda..." ucap Ratu Jodha.

Raja Jalal mengacungkan telunjuk kanannya di depan wajah Ratu Jodha. "Cukup...!" katanya. Namun, begitu mau melanjutkan kata-katanya, Raja Jalal teringat kembali kata-kata Mirza Hakim kepadanya, 'Inilah arti cinta sebenarnya: kita tak bisa menyakiti orang yang kita cintai, meskipun kita ingin menyakitinya!' Lidah Raja Jalal tercekat. Diturunkannya tangan kanan Raja Jalal. Tidak jadi ia mengatakan hal sebenarnya, kecuali sebuah pernyataan, "Aku hanya ingin kau ingat bahwa diam menghancurkan seseorang dari dalam."

Ratu Jodha terdiam. Raja Jalal pergi meninggalkannya.

***

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Seorang prajurit, Gulfam namanya, menemui Sharifuddin yang tengah terlentang sambil memejamkan mata di dalam bui. "Gulfam, kau kembali begitu cepat," sapa Sharifuddin, saat Gulfam telah mendekat di terali penjara. Gulfam takjub saat Sharifuddin menebak tepat kedatangannya. Sharifuddin menjawab bila penjara telah mengajarkan banyak hal padanya, termasuk mengendus kedatangan seseorang. "Ngomong-ngomong berita apa yang kau bawa untukku?" tanya Sharifuddin pada akhirnya.

Gulfam menyebutkan jika dirinya telah mengetahui siapa antek Abul Mali yang ditugaskan ke Kerajaan Mughal. Mata Sharifuddin terbuka lebar. Ia segera bangkit menghampiri Gulfam. "Orang itu adalah pelayan Abul Mali," kata Gulfam, yang kemudian menjelaskan panjang lebar (tapi tak ada suaranya). Setelah menerima informasi dari Gulfam, Sharifuddin meminta kertas dan pena untuk menulis surat kepada Ratu Jodha. Segera, Sharifuddin memerintahkan Gulfam memberikan surat itu pada Ratu Jodha. Gulfam bergerak sesuai instruksi. Sharifuddin tersenyum lebar, seolah informasi yang dikirimkannya untuk Ratu Jodha itu akan menjadi tiketnya keluar penjara baginya.

***

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Dalam perjalanan menuju kamar Benazir, Zakira terlihat panik. “Aduh, bagaimana ini? Aku tak lagi punya persediaan ular,” ucap Zakira pada dirinya, “Bisa dibunuh aku jika Benazir sampai tahu. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?”

Begitu sampai di kamar Benazir, Zakira menemukan Benazir muntah-muntah. Ia bertanya, “Apa yang kau lakukan Benazir? Kenapa membuang-buang racunmu seperti ini? Aku tidak lagi memiliki persediaan racun.”

“Kenapa kau tidak punya lagi – dasar bod*h!” pekik Benazir (berang dan gelisah), “Kau kan tahu aku membutuhkan asupan racun berdosis tertentu secara teratur, dan akan gelisah tanpanya!” Zakira meminta Benazir memelankan suaranya, jika sampai ada orang yang mendengar bisa-bisa kepala mereka berdua berpisah dari badan. “Bagaimana aku bisa memelankan suaraku jika kau tak lagi memiliki racun ular lagi?” ucap Benazir, masih dalam kondisi muntah-muntah, “Cepat carikan! Kita juga akan mati oleh Abul Mali jika tidak melakukannya karena kelambanan melaksanakan perintahnya. Sekarang ini makin sulit menemui Raja Jalal!”

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Ketika Benazir sedang mengeluhkan permasalahannya pada Zakira, lewat Ratu Jodha di luar kamar Benazir. Ratu Jodha bertanya-tanya siapa yang telah berteriak-teriak? Ia melihat ke dalam kamar Benazir melalui sela-sela dinding, sementara Benazir di dalam sedang memarahi Zakira atas keteledorannya kehabisan ramuan racun ular. Moti muncul dan memanggil Ratu Jodha.

Ratu Jodha mendekat pada Moti dan bertanya ada apa? Moti menjelaskan, “Anda mendapatkan surat Ratu Jodha dari Sharifuddin, yang mengatakan bahwa ia telah mengetahui siapa orang yang hendak mencelakai Baginda.” Mendengar hal tersebut, Ratu Jodha menyatakan akan menemui Sharifuddin di penjara. Namun, Moti coba menahannya dengan mengatakan bahwa itu bisa saja muslihat Sharifuddin. Jodha menggeleng, “Bahkan, bila itu tidak benar aku tetap akan ke sana. Andai kata Sharifuddin benar, maka nyawa Baginda sedang terancam. Sebagai seorang istri, aku tak bisa berpangku tangan – itu sudah tugasku!”

***

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

PM Maham “mencuci otak” Ratu Ruqaiya atas sikap Raja Jalal terhadap Raja Bharmaal. “... Adham Khan adalah adik angkat Raja Jalal, tapi ketika melakukan kesalahan tetap saja dihukum. Adik iparnya, Sharifuddin, juga dihukum atas kesalahan. Bahkan, Bakshi Bano adik kandung Raja Jalal sendiri telah mendapatkan hukuman sosial dari Raja Jalal,” ungkap PM Maham menggebu-gebu, “Pertanyaannya: kenapa Raja Jalal justru membebaskan Raja Bharmaal yang jelas-jelas telah melakukan kesalahan dan mengizinkannya kembali ke Amer? Ini tidak lain gara-gara Ratu Jodha telah sangat dekat dengan Raja Jalal. Inilah alasan kenapa aku sangat keras memintamu menyingkirkan Ratu Jodha.”

“Apa yang harus kulakukan?” tanya Ratu Ruqaiya dengan nada khawatir.

“Benazir adalah jawaban atas pertanyaanmu?” sahut PM Maham cepat. Ratu Ruqaiya mengulangi kata Benazir untuk memastikan telinganya tak salah mendengar. PM Maham mengiyakan dan menyatakan bahwa Benazir telah membuat Raja Jalal menyingkirkan Ratu Jodha (sebuah pemikiran yang keliru dari seorang PM Maham).

Resham masuk dan menginformasikan jika beberapa pelayan Ratu Jodha hendak menemui PM Maham. Mereka ingin minta izin untuk pergi ke festival besok. PM Maham meminta Resham tidak mengganggunya, tapi Resham menegaskan jika hal ini penting dilakukan, sebab beberapa pelayan Ratu Jodha ini telah bekerja untuk PM Maham juga. Ketika PM Maham mau keluar, Ratu Ruqaiya menahannya dan memerintahkan Resham membawa beberapa pelayan Ratu Jodha masuk. PM Maham bertanya, “Kenapa melakukan itu?”

“PM Maham,” ucap Ratu Ruqaiya, “Mereka adalah para pelayan Ratu Jodha.” Setelah Resham keluar untuk mengajak masuk para pelayan itu, Ratu Ruqaiya undur diri usai mengatakan dirinya akan memikirkan kata-kata PM Maham. Saat keluar Ratu Ruqaiya berpapasan dengan para pelayan Ratu Jodha dan memberikan salam yang dibalas para pelayan itu. Ratu Ruqaiya pergi.

Tinggallah para pelayan Ratu Jodha itu menemui PM Maham minta izin untuk datang ke festival Savitri (semacam festival keagamaan umat Hindu). PM Maham menolaknya dengan keras! Para pelayan mencoba banding dan mengatakan bahwa mereka telah diundang secara khusus oleh Ratu Jodha. “Kalau begitu, kenapa tidak sekalian kalian pergi ke Amer untuk merayakannya? Pergilah! Aku tidak peduli dengan festival-festival itu!” pekik PM Maham. Resham ikut bersuara, “Ayo, tunggu apa lagi? Majikanku sudah menitahkan kalian tidak boleh ikut! Pergi sana!” Para pelayan Ratu Jodha pun pamit undur diri.

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Setelah mereka pergi, PM Maham teringat kembali penghinaan seorang pelayan yang menyatakan, “Sekarang, kau akan tunduk di hadapan seorang Ratu beragama Hindu! Itu akan menghancurkan semua egomu!” PM Maham geram mengingatnya. Ia bergumam, 'Ratu Jodha, hari-harimu di Kerajaan Mughal akan segera berakhir, persiapkan dirimu. Orang bijak berkata: kau takkan bisa mengalahkan musuh-musuhmu, kecuali kau berpikir seperti mereka. Dan orang yang akan mengalahkanmu adalah Benazir.” (Benarkah?)

***

Ratu Jodha celingak-celinguk, memastikan tidak ada orang lain yang melihatnya pergi ke penjara. Ketika sampai di depan terali besi Sharifuddin memunggunginya. “Sharifuddin hentikanlah semua omong kosong ini. Kau tidak bisa memberikanku pesan-pesan padaku,” ucapnya, membuat Sharifuddin menengok dan segera menyatakan, “Pelayannya. Pelayannya-lah yang akan membunuhnya! Kau takkan bisa menemukan kesalahannya sampai kau menangkapnya.”

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Ratu Jodha mengernyitkan dahi, tak mengerti pelayan mana yang dimaksud Sharifuddin? “Benazir!” akhirnya Sharifuddin menyebutkan nama, membuat Ratu Jodha terkejut. “Selama ini ia sudah berusaha mendekati Baginda untuk mendapatkan waktu yang tepat membunuhnya. Aku tahu, ia berasal dari hareem Abul Mali dan berada di Mughal sebagai hadiah atas penaklukan kerajaannya, tapi jangan salah ia adalah senjata Abul Mali membunuh Raja Jalal yang sebelumnya sudah dimanfaatkan untuk membunuh banyak orang.”

***

Ratu Jodha menemui Moti dan segera mengajaknya pergi. Moti bertanya pergi kemana? Ratu Jodha meminta Moti berhenti bertanya-tanya. Kemudian, ia menyebutkan jika Sharifuddin telah menginformasikan bahwa orang yang berencana membunuh Raja Jalal adalah Benazir. “Biar kukatakan sesuatu padamu, Ratu Jodha. Adalah tidak benar pergi menemui seorang pengkhianat macam Sharifuddin. Baginda akan marah jika mengetahuinya,” ucap Moti, “Lagipula kenapa Anda mempercaryainya?”

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

"Aku punya alasan untuk mempercayainya,” tangkis Ratu Jodha, “Sharifuddin adalah orang yang memberitahuku bahwa Abul Mali sedang merencanakan sesuatu untuk membunuh Baginda. Benazir berasal dari harem Abul Mali, dan selama ini telah dipercaya untuk bisa berdekatan dengan Baginda. Takkan ada penjagaan ketat ketika Benazir berada di dekat Baginda. Setelah mengetahui semua itu bagaimana aku bisa diam saja?” Moti mengangguk-angguk. Seorang pelayan datang dan menginformasikan kepada keduanya bahwa Raja Jalal telah meminta semua orang datang, akan ada perang yang terjadi.

“Perang?” tanya Ratu Jodha. Sang pelayan mengangguk-angguk membenarkan. Ratu Jodha dan Moti bertanya-tanya perang dengan siapa?

***

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Semua orang sudah berkumpul di tempat Raja Jalal mengadakan perkumpulan, termasuk ribuan tentara. Ia berkata, “Beberapa orang b*doh telah mencoba mengganggu kedamaian Kerajaan Mughal. Mereka adalah tentara Afgan Pathans yang telah mengusik Chandheri. Aku tipe orang yang tidak senang diganggu. Karena itu, kita harus melawannya!” Semua orang menunggu siapa pemimpin pasukan yang Raja Jalal kirimkan untuk melawannya? “Dan aku telah menunjuk adikku, Mirza Hakim, untuk memimpin penyerangan ini,” pekik Raja Jalal. PM Maham, khususnya Adham Khan, tampak kecewa mendengar pengumuman ini.

Adham Khan membatin, “Kenapa Raja Jalal mengirim bocah bau kencur itu ke medan pertempuran yang besar ini?”

Pertanyaan Adham Khan dijawab Raja Jalal, “Aku tahu, beberapa di antara kalian ada yang meragukan kemampuan Mirza Hakim. Tapi perlu kalian ketahui, jika ada baru berusia 13 tahun saat mengambil tanggung jawabku sebagai raja! Jadi, aku yakin Mirza Hakim akan memenangkan pertempuran ini dan kembali dengan membawa kemenangan bagi kita semua.” Para prajurit memekik – memuji dan mengelu-elukan nama Raja Jala yang Agung.

“Maan Singh, ini merupakan waktunya pembuktian terhadap kemampuan yang telah kau pelajari selama ini untuk Kerajaan Mughal. Jangan kecewakan aku,” ungkap Raja Jalal kepada seorang pria yang berdiri di sebelah kanannya. Maan Singh menjawab bila dirinya akan memenuhi ekspektasi Raja Jalal terhadapnya, tapi sebelum berangkat ia meminta izin Raja Jalal untuk meminta restu terlebih dulu terhadap Ratu Jodha. Raja Jalal memberinya izin melakukan itu.

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Maan Singh pun berjalan menghampiri Ratu Jodha dan segera menyentuh kakinya. Ia minta Ratu Jodha memberinya restu kemenangan. “Maan Singh,” kata Ratu Jodha, “Ingatlah selalu jika kau harus membuat ayahmu bangga. Bhagwan Das telah berada di garis depan untuk melindungi Baginda, kini giliranmu yang harus melindungi Mirza Hakim.”

“Ratu Jodha, aku akan berusaha untuk tidak membuat malu keluarga Rajput.”

Ratu Jodha menyatukan kedua telapak tangan dan memejamkan matanya. “Aku berdoa supaya Tuhan melindungimu selalu,” Ratu Jodha berdoa demi keselamatan Maan Singh. Athgah Khan bertanya kenapa Raja Jalal mengirim Mirza Hakim yang seperti bayangannya sendiri? Raja Jalal menjawab sangat percaya terhadap Maan Singh yang akan melindungi kehormatan keluarganya. Athgah Khan mengangkat tangannya dan meminta para prajurit memuji kebesaran Raja Jalal.

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Di sisi lain, Adham Kham menggeram memegang pedangnya, seolah-olah hendak mengeluarkannya dan menancapkannya di dada Raja Jalal. Ia merasa Raja Jalal meremehkan kemampuan bertempurnya dengan menyerahkan kepemimpinan bertempurnya pada Mirza Hakim – bocah ingusan yang belum memiliki pengalaman berperang apapun. Ia pun memutuskan pergi dari sana, membuat PM Maham bertanya-tanya apa yang dirasakan putranya.

Ratu Jodha mengatakan kepada Moti bahwa ia ingin menyampaikan apa yang dikatakan Sharifuddin padanya. Namun, ia menyadari jika waktunya kurang tepat, sebab Raja Jalal yang pemarah sedang marah dengan adanya para pengganggu ini. Mereka pun pergi dari sana.

***

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154
Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 154

Raja Jalal bertanya apa yang Ibu Suri Hamida ingin bicarakan, ketika mereka bertemu. Ibu Suri bertanya, “Aku berusaha untuk tidak mencampuri urusan politikmu. Hanya saja, aku penasaran, kenapa kau tidak mengirim Adham Khan putra PM Maham untuk memimpin pasukan dan justru mengirim Mirza Hakim? Aku khawatir padanya – ia belum stabil sama sekali.”

“Seperti yang Anda pikirkan Ibu,” sahut Raja Jalal, “Aku juga mengkhawatirkan Mirza Hakim. Tapi Ibu juga harus ingat, jika Mirza juga merupakan bagian dari Mughal. Seorang Mughal memiliki tugas memenangkan perang ketimbang hanya memenangkan cinta. Aku sadar, ia masih terluka hatinya karena kegagalan pernikahannya, tapi aku mengirimnya ke medan peran supaya ia bisa melupakan semua masalahnya.”

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 155.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 154

0 komentar:

Post a Comment